"Aku tahu caranya," kata Gaby.
"Bagaimana?" Gibran bangkit dari pangkuan Gaby dan menunggu Gaby melanjutkan kalimatnya.
"Tadi, aku sudah menghubungi mantan-mantanku yang kebetulan tinggal di Indonesia saat ini. Aku ingin mengadakan reuni kecil-kecilan bersama mereka, di apartemenku..." ucap Gaby memberitahukan rencananya pada Gibran yang langsung disambut dengan gelengan kepala oleh lelaki itu.
Kenyataan bahwa Gaby masih Virgin cukup membuat Gibran terkejut. Tapi dengan alasan yang telah dikemukakan Gaby kepadanya malam ini, pun tentang cerita rahasia masa lalu yang Gaby ungkap setelah sebelumnya berhasil dia simpan rapat-rapat dari dunia, cukup membuat Gibran percaya dengan pengakuan itu.
Terlebih dengan keberadaan Theo di sekitar Gaby selama ini.
"Aku nggak setuju, Gab! Itu terlalu beresiko. Aku tau siapa mereka, aku nggak mau kamu sampai kenapa-napa," kata Gibran menyampaikan rasa
Pagi harinya, Gaby bangun lebih dulu dari pada Gibran. Percakapan panjang yang terjadi antara dirinya dengan Gibran semalam, terasa membekas di hati Gaby.Walau menyakitkan, tapi Gaby berusaha untuk menerima apa yang menjadi keputusan Gibran dengan lapang dada. Gaby tahu kalau sejak dulu, Gibran bukan tipikal lelaki pengobral cinta.Sosok Gibran di mata Gaby adalah sosok lelaki yang bertanggung jawab dan memegang teguh janji yang telah dia ucapkan.Gibran itu tipe laki-laki setia bukan pengkhianat cinta.Jika kini Gibran memutuskan untuk memilih Mirella, itu hak Gibran. Gaby tidak memiliki secuil pun alasan untuk melarang apalagi marah atas tindakan Gibran.Siapa yang menanam benih, maka dia pula yang akan menuainya.Gaby sudah melukai perasaan Gibran, membuat lelaki itu kecewa hingga akhirnya Gaby pula yang harus menuai akibat dari perbuatannya, yaitu kehilangan kesempata
Gaby dan Gibran keluar dari kamar dengan penampilan fresh sehabis mandi.Mereka hendak sarapan.Untungnya cuaca pagi ini tidak semendung kemarin. Meski hanya mengintip malu-malu, tapi setidaknya ada sedikit sinar matahari yang menyinari Lembang pagi ini.Hal itu membuat Gaby dan Gibran semakin bersemangat untuk menyambut hari.Mereka terus saja bercengkrama menuju meja makan yang ternyata, sudah dihuni lebih dulu oleh dua orang lain.Yakni Reno dengan Mirella.Senyuman di wajah Gaby dan Gibran yang terus terkembang membuat Reno jadi terheran-heran. Itu tandanya, sepasang suami istri ini sudah akur? Secepat itu?"Wah, kehabisan sarapan kayaknya kita Gab?" ucap Gibran yang mengambil posisi duduk di sebelah Mirella sementara Gaby duduk di sebelah Reno."Bener tuh, porsi makan Renokan banyak," timpal Gaby sambil cekikikan.
Mirella baru tersadar dari pingsannya ketika Dokter sudah selesai memeriksa keadaannya sementara Bi Murni terlihat sibuk membenahi kondisi kamar yang sebelumnya di tempati Mirella.Keadaan kamar itu sangat kacau.Beberapa benda berhamburan di lantai, lampu meja yang pecah dan kondisi kasur yang berantakan.Saat ini Mirella tidur di kamar tamu untuk sementara. Kamar yang tadi malam di tempati oleh Reno. Sebab rencananya, sore ini Reno akan langsung pulang menuju Jakarta.Gibran langsung menghampiri Mirella begitu melihat Mirella membuka mata."Gibran?" gumam Mirella saat itu. Dia meraba keningnya yang sakit dan terbalut perban."Jangan banyak bergerak dulu," kata Gibran. Lelaki itu memberikan minum pada Mirella. "Dokter bilang, lukamu cukup dalam, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Gibran hati-hati.Reno dan Gaby yang semula duduk di sofa jadi ikut mengham
Merasa bosan seharian ini terus berada di rumah, menjelang sore Gaby memutuskan untuk pergi keluar walau hanya sendirian.Dia mencoba menghubungi Eren dan Loli tapi ternyata kedua sahabatnya itu sudah memiliki acara masing-masing.Jadilah Gaby luntang-lantung sendiri di mall.Kartu kredit yang diberikan Gibran padanya cukup membuat suntuknya hilang.Setelah puas berbelanja dan menghabiskan uang puluhan juta hanya dalam hitungan dua jam, Gaby berjalan menuju parkiran mobil di basement.Kedua tangannya penuh dengan kantong belanjaan barang-barang branded.Kondisi basement kebetulan sedang sepi. Hanya ada Gaby di sana. Berjalan seorang diri dengan santainya tanpa memperdulikan keadaan sekitar.Hingga setelahnya langkah Gaby terhenti di tengah jalan ketika mendengar derap langkah lain yang terdengar nyata namun tak terlihat oleh mata.Derap la
Dua Minggu berlalu.Hari ini, Gaby di undang makan malam oleh Alex di sebuah restoran elit khas Itali.Kakinya yang terkilir sudah lumayan membaik. Walau masih sedikit ngilu jika dipakai berjalan, tapi setidaknya Gaby sudah bisa kembali berjalan normal.Saat perkenalan pertamanya dengan Alex, lelaki itu memang sempat meminta nomor ponsel Gaby dan tanpa berpikir dua kali Gaby memberikannya begitu saja hingga setelahnya Alex beberapa kali menghubunginya dan mereka mulai akrab satu sama lain.Alex adalah lelaki yang asik diajak bicara, sopan, ramah dan yang pastinya dia mapan. Tampaknya Alex juga tidak bermasalah dengan status Gaby yang telah bersuami. Buktinya Alex tetap saja menghubungi Gaby setelah hari perkenalan pertama mereka.Alex mengaku kalau dirinya pernah menikah namun pernikahannya kandas karena istrinya ketahuan berselingkuh. Gaby cukup terenyuh mendengar cerita Alex. Seolah berk
Gaby sampai di restauran tepat waktu.Kedatangannya sudah di tunggu oleh Luna dan juga Alex."Wah wah, calon modelku yang satu ini memang spektakuler ya. Kamu memang cantik sekali, Nona Gaby," puji Alex seketika. Melihat penampilan Gaby yang begitu anggun dan sexy, lelaki mana yang tidak tertarik?Gaby sempat cipika-cipiki dengan Luna sampai akhirnya mereka makan sambil membahas masalah pekerjaan.Alex mempercayakan Gaby pada Luna untuk mengajarkan segala macam hal pengetahuan tentang dunia modelling. Gaby dan Luna, tentu akan menjadi partner kerja yang cocok."Btw, lo bawa mobil sendiri ke sini Gab?" tanya Luna pada Gaby di akhir sesi makan malam."Gue naik taksi," jawab Gaby cepat."Nanti dijemput dong sama Gibran?" tanya Luna memancing, pasalnya sejak tadi Luna melihat keberadaan sang Kakak di lokasi yang sama dengan dirinya, sayangnya sang Kakak justru
"Kamu mau langsung pulang, Gab?" tanya Alex pada Gaby saat mereka sedang dalam perjalanan pulang.Gaby tidak langsung menjawab pertanyaan Alex karena dia asik melamun. Tatapannya lurus ke arah ruas jalan.Hujan di luar turun dengan sangat deras, membuat Gaby kepikiran soal Gibran.Kira-kira apa Gibran sudah pulang? Atau dia masih bersama Mirella?Gaby hanya bisa bertanya-tanya sendiri.Saking penasaran, Gaby pun memastikannya dengan menghubungi security kediaman Gibran yang kini menjadi tempat tinggal mereka. Gaby menanyakannya via sms.Saat itu security mengatakan kalau Gibran belum pulang.Hingga saat Alex mengulang pertanyaannya tadi, dan Gaby pun menjawab, "aku boleh mampir ke apartemenmu, Lex?"Alex tampak terkejut.*****Setengah jam kemudian Gaby sudah sampai di apartemen Alex yang ternyata
Seorang lelaki dengan kedua tangan dan kaki yang terikat tampak terkulai mengenaskan setelah beberapa menit yang lalu dia meregang nyawa akibat perbuatan keji seseorang.Seorang lelaki lain tampak bercermin di depan kemudi. Dia mengenakan sebuah topeng sintetis di mana topeng itu berwajah mirip dengan lelaki yang baru saja dia bunuh di jok belakang mobil mewah itu."Maaf ya kawan, aku pinjam wajahmu dulu, karena malam ini, aku juga ingin ikut bersenang-senang dengan Gaby," ucap lelaki itu seraya menoleh ke arah si lelaki yang sudah tak bernyawa tadi.Lelaki berpakaian casual itu keluar dari mobil berplat nomor 3 R 9 4 yang merupakan nama si pemilik mobil yang telah dia bunuh.*****Seorang lelaki terlihat duduk di sofa panjang yang tersedia di lobi sebuah apartemen mewah.Dia sudah duduk di sana sekitar sepuluh menit yang lalu untuk menunggu kedatangan rekannya yang lain.