#Testpack (106)Test Pack ART-ku-Inem Datang ke Rumah Bersama Zahwan-[Selamat, sudah lahiran. Semoga jadi anak yang baik seperti Papanya. Inem.][Selamat Karin, punya momongan baru, jangan sedih lagi karena kehilangan Aksa, ya.] Dari nomor Cynthia yang kemarin mengucapkan belasungkawa. Apa maksudnya coba mereka berdua. Bahasa yang digunakan entah kenapa terasa kurang mengenakkan di hatiku. Semacam ada sindiran halus dan ucapan tak tak tulus. Kenapa Inem bilang semoga jadi anak yang baik seperti papanya, kayak kenal Mas Aksa aja dia. Kenal pun enggak. Dan Cynthia, kenapa pake nasehatin ‘jangan sedih lagi karena kehilangan Aksa.’ Apa maksudnya coba? Kalau yang mengucapkan dengan kata-kata begini itu orang terdekatku, aku tak akan keberatan, tapi ini? dia tahu kehidupan pribadikupun tidak, bahkan cenderung memusuhiku, kenapa belagak simpati seperti itu.Astaghfirullah. Baru saja aku melahirkan, sudah dibuat kesal seperti ini. Tapi okelah, aku bisa menekan tombol dalam hatiku untuk t
#Testpack (107)Test Pack ART-ku-Tolong Buka Sedikit Saja Hatimu-Mas Hangga melirik sesaat ke arah kami, lalu melanjutkan bermain dengan Zayyan untuk beberapa lama. Sepertinya ia enggan untuk menghampiri.Selang lima menit, aku memanggilnya.“Mas, kemarilah.”Ia berjalan dengan malas ke arah kami.“apa kabar, Mas?” tanya Inem.“Baik,” jawab Mas Hangga, menerima uluran tangan Inem terlebih dahulu. Diikuti Zahwan yang mengulurkan tangan karena mendapat colekan Inem. Wajah Inem berubah sumringah memperhatikan Mas Hangga begitu seksama.“Jadi, kapan kalian menikah?” tanya Mas Hangga sebelum duduk di sofa.“Wah, nikah? Ada-ada aja Mas Hangga pertanyaannya. Kami cuma teman, Mas. Saya ke sini, ingin jalin silaturahmi, sekalian udah lama kan Zayyan nggak ke sini, dia sering panggil Sifa dan Fina. Sepertinya kangen.”“Ya, pastinya kangen, karena Zayyan nyaman tinggal di sini sama kakak-kakaknya. Sudah berapa bulan, ya, tinggal sama kamu? Kapan kamu mau gantian kasih Zayyan tinggal sama saya
#Testpack (108)Test Pack ART-ku-Semoga Hanya Ujian Kebahagiaan -Dia layak marah. Dia sudah begini banyak berkorban untukku belakangan ini. Salahnya aku memberi ruang kepadanya. Jelas dia begitu berharap, karena dia tahu, posisinya tak seaman Bang Saga yang sudah direstui Papa. Mas Hangga tahu itu. Karena selama di rumah sakit. Papa begitu welcome ke Bang Saga. Meskipun Papa juga mulai menaruh respek pada Mas Hangga. Tapi tidak untuk memberi ruang menjadi menantunya kembali. Ya, hati Papa tak beda jauh seperti Mama. Memaafkan, tapi tidak untuk memberi kesempatan. Sedangkan aku? akupun sama. Aku masih menyayanginya, bahkan kini kekagumanku padanya kian bertambah. Ia begitu bekerja keras belakangan ini. Membangun rumah untuk anak-anak. Tak bosan memberi perhatian dan cinta kepada anak-anak, bahkan ia begitu menyayangi Arjanka dan Ajanta, seperti anak sendiri. Entah sudah berapa banyak segala kebutuhan Janta dan Janka ia yang memenuhi, membelikan. Dua keranjang bayi besar itu. Pemberi
#Testpack (109)Test Pack ART-ku-Kecemburuan Shania melihat Karin dan Hangga-Secepat kilat aku berlari menyebrang jalan.“Mbakkk, kenapa ini … ?” kuambil alih Ajanta dari pelukan Mbak Lastri.“Ditabrak mobil, Bu …!” Mbak Yana histeris, tapi kemudian gagap tak mampu untuk menjelaskan lebih lanjut.Ajanta! ada darah di pelipisnya, Saat pegang bagian kepala belakang, dari rambutnya rembes darah, bayiku ini menangis kejer, sepertinya Janta terlempar ke tepian jalan, terpental dari strollernya.Mas Hangga melihat ke Ajanta. “Biadab!” teriaknya.“Mas, tolong telepon ambulance, Mbak Yana, Mas ….”Suasana mendadak hiruk pikuk, orang-orang berdatangan.Mas Hangga membopong Mbak Yana dari tengah jalan raya ke tepian jalan.“Pake mobil kita saja. Ferdi cepatan!”Ia kemudian menelepon seseorang.“Nggak mau tahu, kamu kejar sampai dapat itu mobil!” teriaknya.Lalu ia membimbingku yang gemetar dengan buraian air mata memeluk Janta untuk masuk ke dalam mobil. “Mbak Siti, tolong bawa masuk anak-an
#Testpack (110)Test Pack ART-ku-Terjawab Siapa Pelakunya-“Nah, Inem. Kamu digelandang ke kantor polisi, jelas, bahwa polisi mencurigaimu!” bentakku, kesal.“Jangan menuduh dulu. Saya cuma dijadikan saksi, dengar, ya, saksi. Saya bukan pelakunya.”“Sudahlah, Pak. Bawa saja. Biar bisa dibuktikan!” ucapku. Kubayangkan gimana teganya dia memerintahkan kepada orang suruhannya untuk menabrak anak bayiku.“Makin dibawa ke kantor polisi makin baik, kok, biar makin jelas kalau saya bukan pelakunya.” Inem melangkah sendiri, pergi diikuti dua orang polisi.“Sudahlah, Dek. Kita sabar, aja.” Mas Hangga memintaku untuk duduk kembali.Namun aku memilih untuk pergi ke mushala. Terlalu berat kepalaku, sudah dapat ujian soal anak, masih harus mengejar tersangkanya juga. Mas Hangga meminta Shania untuk mengikutiku. Mungkin khawatir.“Aku baik-baik saja, Shan. Hanya butuh ketenangan. Aku ingin shalat di mushala.”“Iya, Mbak, aku temani, ya.”“Coba, Shan. Bayangkan, kecelakaan baru terjadi, dia bisa-bi
#Testpack (111)Test Pack ART-ku-Aku yang Menjodohkan, Tapi Kenapa Aku Juga Tak Rela, Aku Ini Kenapa?---Sepertinya ini mobil BMW versi lama.[Dit, tolong cek, ini foto asli atau editan?] Kukirim foto ini kepada Adit, dia bisa mengidentifikasi sebuah foto asli atau hanya editan. Aku tak mau gegabah menuduh sebelum faktanya benar.[Oke, wait, ya, nanti kukabari.][Thanks, Dit.]Acara ulang tahun telah dimulai. MC memberikan sambutannya.Mas Hangga duduk di sebelah Shania, mereka serasi sekali, bajunya bisa kompak berempat dengan Altaf dan Alga seragam, batik modern berwarna biru.Usai acara berdoa bersama dan sambutan-sambutan, dilanjutkan Acara tiup lilin diiringi musik, sembari anak-anak tamu undangan bernyanyi dan bertepuk tangan menynayikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun,’ dengan meriah.“Sebelum ditiup, ayo Kakak Altaf make a wish dulu, ya. boleh dalam hati boleh diucapkan keras-keras,” ucap Mbak MC.“Di hari ulang tahunku ini, Aku mau cepet besar, makin pintar, biar bisa membahagia
#Testpack (112)Test Pack ART-ku-Mata Itu Saling Cemburu-“Mbak!” sapa Shania.“Hallo, Rin, sini-sini masuk.” ucapku ramah menyapa mereka.Kuamati Shania dan Mas Hangga berjalan masuk ke rumah masih sembari tertawa dan bercanda, entah apa yang dibicarakan.Ternyata Mas Hangga sudah sedekat itu dengan Shania, dia bahkan menjemput Shania sebelum berangkat ke sini.Seperti biasa, Sefina dan Hanifa langsung menarik Alga dan Altaf ke lantai atas mengajak mereka bermain. Altaf membawa tas besar yang katanya berisi mainan baru kado-kado ulang tahunnya.“Mbak, aku bikin pecel. Ternyata Mas Hangga suka pecel juga, ya, selain gado-gado.”“Oh, iya, semua jenis makanan yang dibumbui kacang ‘kan aku bilang dia suka.”“Iya, Mbak, dia yang minta dibuatin dari semalam. Nanti makan siang kita makan sama-sama, ya.”“Oke, siap, sekarang bantuin aku, Shan. Aku buat kroket isi ragout, tapi bikin kulitnya kok retak terus. Kurang apa itu Shan?”“Oh adonannya ada yang perlu ditambah, okedeh, Yuk, Mbak kita
#Testpack (113)Test Pack ART-ku-Semakin Cemburu Semakin Cinta-“Mas, kesedak kamu, minum Mas, minum.” Gugup, Shania mengambil air putih pada dispenser.Papa tersenyum hangat.“Lo,lo,lo,lo, Hangga, kamu tersedak dengar Papa bicara begitu, ya.” Dari belakang Papa, Mama menimpali. Wah, dua orang tuaku sedang kompak sepertinya. Atau jangan-jangan memang direncanakan.“Nggak, kayaknya Mas Hangga nyolek sambel pecel yang ada cabenya. Jadi kesedak, deh,” Shania yang menimpali.“Papa, sini, Pa. Mau cobain makan apa, ni? Ada mpek-mpek, otak-otak, pizza, burger, pecel, soto, sop daging.”“Wah, ini masakan kamu semua, Rin? Hebat anak Papa, tumben mau masak-masak,” giliran papa menggodaku.“Ih, Papa. Sekarang Karin sudah makin suka masak, dong. anaknya sudah empat lo, Pa. Jadi harus dibiasakan rajin masak.”“Good. Ya udah tolong racikin soto buat Papa.”“Oke, Pa.”“Biar Mama saja yang racikin, kamu lanjut makan aja, Rin. Itu anak-anak nggak diajak makan, di atas, ya?”“Iya, Ma, biar saja dulu,
TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?
#Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat
#Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey
#Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u
#Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan
#Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes
-Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te
#Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me