#Testpack (111)Test Pack ART-ku-Aku yang Menjodohkan, Tapi Kenapa Aku Juga Tak Rela, Aku Ini Kenapa?---Sepertinya ini mobil BMW versi lama.[Dit, tolong cek, ini foto asli atau editan?] Kukirim foto ini kepada Adit, dia bisa mengidentifikasi sebuah foto asli atau hanya editan. Aku tak mau gegabah menuduh sebelum faktanya benar.[Oke, wait, ya, nanti kukabari.][Thanks, Dit.]Acara ulang tahun telah dimulai. MC memberikan sambutannya.Mas Hangga duduk di sebelah Shania, mereka serasi sekali, bajunya bisa kompak berempat dengan Altaf dan Alga seragam, batik modern berwarna biru.Usai acara berdoa bersama dan sambutan-sambutan, dilanjutkan Acara tiup lilin diiringi musik, sembari anak-anak tamu undangan bernyanyi dan bertepuk tangan menynayikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun,’ dengan meriah.“Sebelum ditiup, ayo Kakak Altaf make a wish dulu, ya. boleh dalam hati boleh diucapkan keras-keras,” ucap Mbak MC.“Di hari ulang tahunku ini, Aku mau cepet besar, makin pintar, biar bisa membahagia
#Testpack (112)Test Pack ART-ku-Mata Itu Saling Cemburu-“Mbak!” sapa Shania.“Hallo, Rin, sini-sini masuk.” ucapku ramah menyapa mereka.Kuamati Shania dan Mas Hangga berjalan masuk ke rumah masih sembari tertawa dan bercanda, entah apa yang dibicarakan.Ternyata Mas Hangga sudah sedekat itu dengan Shania, dia bahkan menjemput Shania sebelum berangkat ke sini.Seperti biasa, Sefina dan Hanifa langsung menarik Alga dan Altaf ke lantai atas mengajak mereka bermain. Altaf membawa tas besar yang katanya berisi mainan baru kado-kado ulang tahunnya.“Mbak, aku bikin pecel. Ternyata Mas Hangga suka pecel juga, ya, selain gado-gado.”“Oh, iya, semua jenis makanan yang dibumbui kacang ‘kan aku bilang dia suka.”“Iya, Mbak, dia yang minta dibuatin dari semalam. Nanti makan siang kita makan sama-sama, ya.”“Oke, siap, sekarang bantuin aku, Shan. Aku buat kroket isi ragout, tapi bikin kulitnya kok retak terus. Kurang apa itu Shan?”“Oh adonannya ada yang perlu ditambah, okedeh, Yuk, Mbak kita
#Testpack (113)Test Pack ART-ku-Semakin Cemburu Semakin Cinta-“Mas, kesedak kamu, minum Mas, minum.” Gugup, Shania mengambil air putih pada dispenser.Papa tersenyum hangat.“Lo,lo,lo,lo, Hangga, kamu tersedak dengar Papa bicara begitu, ya.” Dari belakang Papa, Mama menimpali. Wah, dua orang tuaku sedang kompak sepertinya. Atau jangan-jangan memang direncanakan.“Nggak, kayaknya Mas Hangga nyolek sambel pecel yang ada cabenya. Jadi kesedak, deh,” Shania yang menimpali.“Papa, sini, Pa. Mau cobain makan apa, ni? Ada mpek-mpek, otak-otak, pizza, burger, pecel, soto, sop daging.”“Wah, ini masakan kamu semua, Rin? Hebat anak Papa, tumben mau masak-masak,” giliran papa menggodaku.“Ih, Papa. Sekarang Karin sudah makin suka masak, dong. anaknya sudah empat lo, Pa. Jadi harus dibiasakan rajin masak.”“Good. Ya udah tolong racikin soto buat Papa.”“Oke, Pa.”“Biar Mama saja yang racikin, kamu lanjut makan aja, Rin. Itu anak-anak nggak diajak makan, di atas, ya?”“Iya, Ma, biar saja dulu,
#Testpack (114)Test Pack ART-ku-Sedalam dan Secinta Itu Zahwan Pada Inem----“Iya, Ma, Pa. Jadi kepolisian sudah berhasil menemukan pelakukanya. Siapa pelaku penabrakan Yana dan Ajanta? Ternyata pelakunya adalah Zahwan sendiri, Ma!”Semua yang mendengar terperanjat.“Astaghfirullahaladzim, Zahwan!” Mama melongo menutup bibirnya.“Kok bisa-bisanya dia! keterlaluan! tega-teganya menabrak bayi merah begitu, keji sekali!” cetus Mama.Aku sendiri mulai tremor menyadari ini. Kalau Zahwan pelakunya, ini ada kaitannya dengan Inem yang begitu membenciku. Inem tidak suka aku, mungkin juga Mas Hangga sekarang. Dia meminta bantuan Zahwan. Tapi yang nggak masuk di akal, kenapa Zahwan mau melakukannya sendirian? Dia bahkan bisa membayar sepuluh orang untuk melakukan aksi penabrakan ini. ini gila, sudah stress Zahwan!“Kamu yakin, Mas, Zahwan yang melakukannya?”“Iya, sudah melakukan pelacakan, berhari-hari, mengumpulkan bukti-bukti. Ada bukti-bukti CCTV sepanjang mobil itu habis menabrak sampai
#Testpack (115)Test Pack ART-ku-Penculik Itu Berjilbab Hitam Panjang dan Bergamis-Ya Allah kemana Hanifa. Padahal dia anak yang paling senang berkumpul, tidak suka menyendiri. Kenapa dia kedepan sendiri?“Mbak gimana ketemu nggak?”“Nggak ada Bu, saya sudah cari kemana-mana sama sekali nggak ada.”“Kita cari lagi di lantai atas coba, Mbak,”“Baik, Bu.”Aku ikut membututi ke atas diikuti Shania. Sementara Mama dan Papa pergi ke teras, mungkin akan mencari ke luar pagar.Di lantai atas sudah kucari ke semua sudut. Tak ada.Gegas aku berlari lagi ke bawah lalu ke teras.“Barangkali ke minimarket seberang jalan itu, Ma?” tanyaku pada Mama.“Ya udah ayuk cari, tenang Karin, siapa tahu dia menyendiri itu mau beli es krim,” ucap Mama tenang. Papa dan Bang Saga sudah lebih dulu pergi ke minimarket, lalu berkeliling memencar ke beberapa gang. Setengah jam kemudian pulang dengan tangan hampa. Aku lemas. Aku sudah yakin Hanifa memang hilang. Karena tak mungkin dia pergi selama ini tanpa jej
#Testpack (116)Test Pack ART-ku-Bersandiwara di Depan Psycho Demi Keselamatan Hanifa-Aku manut saja dengan segala instruksi Bang Saga. Yakin dia memiliki perencanaan yang baik, sementara aku bahkan nge-blank tak tahu harus bagaimana, karena terlalu kalutnya, terlalu jauh berpikir soal keselamatan Hanifa.“Oke, sudah sampai, Rin.” Bang Saga mengubah persneling mobil ke posisi netral dan menarik rem tangan.“Bang, aku nggak sanggup. Aku sudah membayangkan yang bukan-bukan. Tolong Bang, ada suara Hanifa nggak di sana? Tolong dengarkan, Bang.”Aku terisak, khawatir anak itu sudah tak bernyawa atau sudah dianiaya, ya Allah, sekhawatir ini aku saat ini. Ya Allah lindungi anakku. Dadaku berdebar hebat. Aku nggak akan memaafkan diri kalau sampai terjadi apa-apa dengan Hanifa.“Karin, Abang minta kali ini, saja. Kamu tenang. Kamu jangan berpikir jauh kemana-mana dulu, ini akan mempengaruhi emosimu. Kali ini saja, sampai satu jam kedepan, tolong lupakan semuanya, tolong fokus saja dengarkan
#Testpack (117) Test Pack ART-ku-Kebaikan Dua Pria yang Menyelamatkan----Kenapa dia harus memerintahku untuk langsung pulang? Aneh ini orang.Tapi, oke.“Oh, siaplah, sebentar saya pesankan.”Cynthia mengawasiku. Berarti harus sekarang aku pesan. Kubuka layar gawai lalu memesan taksi online.“Gimana, taksinya sudah dapat?”“Emm, sebentar.”Beberapa detik kemudian terbaca ada mobil Xenia yang mengambil pesananku.“Udah ada yang ambil pesananku nih, Cyn, sedang bergerak ke sini.”“Oke, yuk ke kamar!”Aku mengikuti Cynthia dengan perasaan berdebar. Masih takut ada sesuatu yang terjadi dengan Hanifa. Aku merasa seperti di sebuah rumah sandera’an, yang kesemuanya perlu berhati-hati. Ya, bahkan Bang Saga saat ini sedang berakting pura-pura ‘Sayang’ Cynthia!Cynthia berjalan cepat di depanku. Dia lekas membuka pintu. Beberapa detik aku menyadari dia tidak hanya membuka pintu. Tapi membuka kunci pintu itu. Ya, Hanifa dikunci!Tapi aku tetap berpura-pura tak tahu. Meski ini agak keterlalua
#Testpack (118) Test Pack ART-ku-Hangga Melamarkan Saga untuk Karin, Gentleman Sejati-Apa benar yang Nifa ucapkan?Jika, ya, berarti nggak sama dengan yang Cynthia paparkan. Ada kebohongan Cynthia.“Mas, Cynthia berarti berbohong?” bisikku ke telinga Mas Hangga, pelan.“Ya, ini memang penculikan. Tapi Cynthia bisa mengelak dengan bilang hanya mengajak Hanifa bermain-main saja, karena cuma beberapa jam hilangnya.”***Ajt.Jam berdentang dua puluh kali. Pukul delapan malam. Bang Saga datang.Namun bukan beberapa jam setelah Hanifa terselamatkan. Ia datang keesokan harinya.“Maaf, ya, Rin. Abang baru datang ke sini sekarang. Semalam Abang tepar. Pagi ini ngantor dulu. Baru setelah semuanya aman, Abang bisa ke sini,” ucapnya setelah meneguk teh hangat di hadapannya.“Nggak apa-apa, Bang. Abang pasti capek dan sibuk banget.” Ada pertanyaan dalam benak, apakah artinya Bang Saga menginap dan ditawan di rumah Cynthia? Apakah artinya Bang Saga juga sudah melakukan sesuatu demi menuruti kein
TEST PACK 174Test Pack ART-ku-Bahagia Tak Berujung-“Nggak bisa apa, Mas ...?”Dia merebahkan tubuhku ke bantal perlahan. Lelaki bermata bening dengan sepaket wajah yang selalu memabukkanku itu, mendekati wajahku.---“Nggak bisa jauh-jauh dari perempuan cantik di hadapan, Mas ini pastinya.” Kali ini wajahnya serius menatapku.“Mas, liatin akunya harus gitu, ya?”“Emm, memang Mas lihatnya gimana, si?”“Kayak, em … apa, yaa …?”“Mas juga nggak tahu, Dek. Mungkin karena kemarin-kemarin, Mas selalu buang jauh-jauh tatapan Mas ke tempat lain saat lihat kamu.”“Terus sekarang.” “Sekarang sayang dong, sudah halal nggak dilihatin. Mubajir. Heheheh.”“Oh, gitu, Mas …”“Iya, jadi ya Mas lihatinnya sepenuh hati. Biar masuk ke hati juga.”“Kelihatannya sudah bukan masuk ke hati saja. Sudah meresap ke jiwa sampai ke sum-sum tulang juga, Mas. Aku ‘kan sayang banget sama, Mas.”Ia membelai rambut lurus tergeraiku yang kini sudah panjang sepinggang.“Mas ….”“Hmmm …”“Jadi, Mas tadi mau minta apa?
#Testpack (173)Test Pack ART-ku-Dua Hati Mencecap Rasa-“Adududu … sakit, Dek.”Mas Hangga menghindar ke ujung kasur.“Coba jawab, apa dia itu kamu, Mas?” Aku mengejarnya dan mulai memegang kupingnya. Wajahku kini di atasnya dengan mata melotot.“Yang mana, sih?” Kini ia mulai sok cool.“Ish, emangnya Mas mau jelasin yang mana lagi? Dia yang selama ini mengganjal pikiranku. Belakangan dia bukan memberi informasi, malah jadi orang sok bijak yang banyak menasehatiku.”“Ya mungkin dia termasuk orang-orang yang sangat sayang sama kamu, Dek.”“Tapi kok Mas nggak kaget aku cerita begini? Nggak curiga. Kalau bukan Mas, pasti Mas akan langsung penasaran dan cari tahu siapa pengganggu itu?”Ia tergelak. Lalu memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga kami berguling-guling.Kini tubuhnya ada di atasku. Kedua netra ini hanya berjarak sekian inci saja. Napasnya memburu.“Kamu gemesin, Sayang, kalau marah-marah seperti ini.”“Ih, malah ngegombal!”“Beneran. Makanya Mas nggak kuat liat
#Testpack (172)Test Pack ART-ku-Jadi Siapa Sosok Misterius Itu?-Perlahan tubuh kokoh itu meletakkan tubuhku ke atas springbed. Tubuhnya kini menjadi tepat ada di hadapanku.Bulu-bulu lentik itu bergerak, mengerjap. Bola mata cokelat itu menatapku lekat.“Tak pernah berubah dan tak ada yang berubah. Yang ada, rasa rindu yang terpendam lama dan kini mulai terobati.” Lirih suara itu, namun helaan napas itu hangat menyentuh wajahku.Seketika aku menjadi teramat kasihan kepada lelakiku ini. Bertahun-tahun ternyata aku mengabaikannya dalam kesendirian. Mungkin aku akan lega ketika dia sempat melupakanku. Tapi nyatanya dia justru tak pernah berhenti untuk terus berusaha membuat agar aku kembali padanya.Kubelai wajah putih dengan cambang tipis yang terlihat baru di cukur itu. Kubelai kumis tipis di atas bibirnya. Aku menikmati keadaan ini. dia sudah sah kembali menjadi suamiku. Dari dulu, aku sangat menyukai keadaan ini. Berdua-dua, dan menyentuh seluruh area wajahnya. Saat ini seakan mey
#Testpack (171)Test Pack ART-ku-Honeymoon ke Norwegia-Mas Hangga membuktikan semuanya. Saat aku datang ke KJRI semua surat-surat telah secepat kilat ia urus. Kugunakan pakaian serba putih yang telah ia persiapkan untukku sekeluarga. Di sini prosesi ijab kabul akan berlangsung. Tentunya resepsi nanti akan dilaksanakan di Indonesia. Aku duduk di sebuah ruangan serba putih.“Bismillah, Nak. Ternyata benar, kalau kita berbuat baik, sama Allah ditambah nikmatnya. Siapa yang mengira, pada akhirnya kamu justru menikah dengan Hangga saat umroh, Nak.”Mama mengelus bahuku lembut. Dirapikannya jilbabku itu. Mama menatapku dengan senyuman paling menyejukkan seakan menenangkan dan menyemangatiku bahwa ijab kabulku akan berjalan lancar. Mama paling tahu apa yang ada dalam benakku. Kupeluk Mama erat, lalu aku dan Mas Hangga mencium tangannya khidmat.Mama kemudian mengelus pipiku juga Mas Hangga, dan mengangguk-angguk seakan ingin bicara bahwa ia memberi restu.“Selamat Hangga. Papa salut sama u
#Testpack (170)Test Pack ART-ku-Aku Mau, Mas-Seketika aku merasakan duniaku hening!Sedang bercandakah dia? Rasa-rasanya dia sedang men-chat prank-ku. [Jangan meragukan Mas, Dek. Mas tidak sedang bercanda.]Ah, kenapa dia bisa membaca pikiranku.Aku masih diam mematung. Memandangi sebaris tulisan yang baru masuk ini. [Turunlah, Mas ingin bicara lebih serius lagi. Mas tunggu di lobi.][Jangan ragu lagi. Semuanya sudah Mas putuskan. Mas ingin kembali denganmu. Masih bolehkan, Dek?][ Boleh juga ‘kan Mas kali ini GR, meyakini bahwa kamu dan anak-anak berharap Mas kembali?”]Aku hanya mampu membaca pesan demi pesannya yang terus masuk satu demi satu.[Mas akan terus berada di lobi ini sampai kamu turun. Tak perduli kalau security sampai mengusir Mas pun. Mas akan tunggu!]Kupegang dadaku yang berdebar. Kugigit bibirku berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpi.Kuusap aku air mata yang dengan kurang ajarnya menerobos begitu saja melewati pipiku. Aku tak ingin menangis di hadapan
#Testpack (169)Test Pack ART-ku-Kita Menikah Sekarang-“Sudahlah, Mas. Kenapa kamu sekarang jadi kolokan begini. Kamu lagi akting, ya?”“Akting?”“Ya kamu berminggu-minggu nggak datang ke rumah kemarin-kemarin biasa saja. Kenapa sekarang kok jadi aneh merasa bersalah, mohon-mohon begini?”“Ya … Karena ….” Ia menjeda kata … bukan terlihat berpikir, tapi terlihat menahan kata. Wajahnya tampak malu-malu. Jujur itu menggemaskan di mataku. Seandainya dia suamiku, seandainya aku tak marah padanya. Seperti yang dulu biasa kulakukan, akan kucubit hidung atau pipinya lalu mengoyak-ngoyak rambutnya. Tapi rasa kesalku saat ini masih jauh lebih besar. Rasa emosiku muncul kala mengingat dia berkelahi membabi buta menghajar Bang Saga. Begitu sulit kuhentikan."Ah sudahlah, cepat pergi saja dari sini. Hidup menjauh dariku dan anak-anak. Kamu kelihatannya sudah cukup berbahagia hidup berdua saja dengan Zayyan, putra mahkota kamu itu!" Aku mendengkus kesal.“Loh, kok gitu, Dek. Zayyan kan anak kes
-Dua Hati yang Tak Bisa Saling Membohongi-Mas Hangga, seemosional itu dia. Dia mungkin bahkan sudah mengira hubunganku dengan Bang Saga semakin rekat, karena semakin dekat dengan tanggal pernikahan. Maka dari itu dia semakin menjauh dariku, dan jadi sangat kecewa melihat keadaan ini.Kalau begitu, kondisi Bang Saga benar-benar berbahaya. Tak akan ada yang bisa melerainya kecuali aku.“Clarissa, kamu bisa pulang sendiri ‘kan? Rasanya aku tak bisa membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah ini tanpa ada pihak lain. aku khawatir sesuatu terjadi.”“Aku bisa pulang sendiri, tapi aku merasa perlu ikut kamu, Rin. Karena ada aku masalah ini timbul. Ada andil aku dalam masalah kalian. Aku merasa perlu meminta maaf dan menjelaskan ke Mas Hangga.”“Please Clarissa. Cukup aku.”“Kamu percaya aku, kan Karin, aku janji kehadiranku tak akan memperkeruh apapun. Aku hanya berusaha bertanggung jawab atas ini semua.”Kedua tangannya ditelangkupkannya di hadapanku, memohon. “Nggak Clarissa! Kamu te
#Testpac k (167)Test Pack ART-ku-Mas Hangga Begitu Sayang Kamu, Rin-“Benar, Rin. Sebaiknya memang begitu. Jangan terlalu memikirkan Mas Hangga dulu. Fokus saja mendekat pada Allah. Jika dia jodohmu. Allah akan bukakan hati Mas Hangga.”“Ya. Yasudah, yuk bahas kapan persiapan kalian akan menikah ulang?”“Aku ingin kamu yang menentukan tanggalnya, Rin.”“Dua bulan lagi terlalu lama tidak?”“Emm, berapapun tanggal yang kamu kasih. Aku akan siapin.”“Tunggu, sepertinya aku harus lihat tanggalan. Nanti aku kabari lagi, ya?“Oke, nggak apa-apa, kabari saja kalau sudah nemu.”“Ya udah sekarang Abang Istirahatlah. Kan masih harus jaga tubuh biar kankernya nggak tumbuh-tumbuh lagi. Semangat selalu Abang dan Clarissa, ya. Aku mau urusin si duo kembarku.”“Ya, Insyaa Allah. Titip sun ya buat duo kembar.” Suaranya sedih. "Iya, Abang bisa kapan saja datang atau video call mereka, ya. Anak-anakku, anak Abang juga. Mereka tetap menganggapmu Papa mereka."Setelah mengucap salam, kututup panggilan
#Testpac k (166)Test Pack ART-ku-Biarkan Semesta Yang Membuka Hati-Aku paham, Bang Saga mengumbar kata manis untuk Clarissa di hadapanku, sebagai penanda, bahwa semuanya sudah berakhir. Bahwa dia sudah benar-benar memutuskan melepas tali kasih yang pernah terjalin. Ini bukan suatu keburukan. Ini suatu tindakan tegas darinya. Bang Saga Mengingatkanku pada momen yang tepat, pada saat Clarissa sedang bersamaku. Bahwa kini, Bang Saga sudah menjadi milik Clarissa.“Clarissa, kamu dengar sendiri ‘kan? Bang Saga meletakkan hatinya untukmu. Bukan karena aku. Tapi karena cintamu memang layak diperjuangkan. Aku dan Bang Saga sudah tak ada hubungan apa-apa. Kami baik-baik saja. Kamu jangan lagi merasa bersalah seolah kahadiranmu mengacaukan segalanya. Kamu wanita yang sangat berarti, sangat dibutuhkan Bang Saga.” Kugenggam erat tangannya, mengangguk menatap netranya. tersenyum memberi peyakinan bahwa tak ada masalah yang berat antara aku dan Bang Saga.Aku bangkit, melangkah, kutinggalkan me