Share

TAKLAGI SAMA

Author: Penalancip
last update Last Updated: 2021-06-25 00:11:22

Malam itu, Mona dan tiga temannya mengajak Mila ke sebuah kelab baru di Jakarta Selatan. Awalnya Mila menolak, tapi Mona terus saja memaksa dan merayu, sampai akhirnya Mila luluh dan ikut bersama Mona ke kelab.

Dentuman musik trendi dan juga beberapa botol minuman beralkohol, berjejer rapi menunggu untuk dinikmati. Mila menatap horor pada benda laknat di hadapannya itu. Mila bingung, sejak kapan sahabatnya, Mona, mulai mengonsumsi barang haram itu?  Sepengetahuan Mila, Mona memang nakal, tapi tak pernah seliar ini.

"Kenapa lo liat gue kayak gitu, Mila?" Mona menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum smirk, menatap ke arah Mila yang menatapnya bingung.

"Gak pa-pa, Mon. Cuman gua heran aja sejak kapan lo suka mabuk-mabuk gini?"

Mona mengedingkan bahu acuh. "Se, kita hidup di jaman now. Bukan jaman batu yang hanya berpatokan pada tradisi lama, cih. Lo masih percaya sama adat istiadat jaman dulu?" Mona menatap Mila dengan tatapan sinis, ia menarik tangan Mila agar duduk di sampingnya.

"Daripada lo diam aja, mending kita mai. TOD." ajak Mona pada Mila dan dua temanya.

Mereka mengangguk setuju kecuali Mila, gadis itu masih mencerna apa yang terjadi, terlebih di sekelilingnya orang-orang menari dengan liarnya juga dengan dentuman musik keras yang begitu memusingkan di kepalanya.

"Tapi mon, gue lebih baik pulang. Gue takut Bunda udah pulang," ucap Mila berbisik di samping Mona.

"Tante Rosa nggak akan marah, lo diem aja." Mona merangkul bahu Mila dengan tangan kananya." Kita ini udah gede, kita bebas ngelakuin apapun yang kita mau. Ngapain juga lo takut sama orang tua lo? Emangnya mereka pernah mikirin lo, pulang aja mereka jarang 'kan?" 

"Tapi 'kan---"

"Udah, diem. Sekarang kita mulai. Gue yang akan putar botolnya duluan," potong Mona, lalu ia mulai memutar botol wine di atas meja.

Botol itu mengarah ke arah gadis berbaju ketat di sebelah Mila. 

"Truth or dare?" tanya Mona.

Gadis itu menaikan alis sebelah, lalu menjawab dengan suara lantang " Trut!"

"Lo pernah making love atau belum?" pertanyaan itu di lontarkan oleh Mona.

Gadis bernama Lusi itu tersenyum nakal, ia mengigit jari telunjuknya." Udah, lo mau lihat?" tanyanya di sertai tawa. Begitu pula dengan yang lainya, tapi tidak dengan Mila. Gadis itu kaget, merasa heran dengan gadis di sebelahnya itu. Hal memalukan seperti itu di anggap apa? Sampai ia terlihat begitu bahagia.

"Sekarang giliran gue yang putar," ucap Lusi.

Botol wine itu terus berputar, hingga akhirnya berhenti tepat di depan Mila.

"Trut or dare?" tanya Lusi.

"Tru--" belum sempat Mila menjawab, Mona sudah lebih dulu memotong.

"Dia, dare!"

"Okey, sekarang minum wine ini!" ucap Lusi sembari mengangkat segelas wine. 

Mila masih diam, ia hendak melayangkan penolakan. Namun dengan cepat Mona merebut gelas itu dari Lusi.  "Lo pokoknya harus cobain ini, Mil." Mona menyodorkan segelas alkohol di depan wajah Mila. Sedangkan Mila menatap nanar gelas tersebut, ia membuang muka, saat merasakan aroma khas dari cairan kental berwarna kuning itu, menusuk indra penciumannya.

"Lo gila! Kalo ayah tahu, gue datang ke kelab apalagi sampai minum, bisa-bisa gue dibunuh."

Mona tertawa. "Mila, Mila, lo ternyata masih sama, ya, kayak dulu." Menjeda sesaat, Mona melanjutkan bicaranya dengan nada menekan. "Pengecut!" 

Mila yang mendengar itu tentu saja tidak terima, dari segi mana pun, ia tak pernah kalah dengan orang lain. tanpa basa-basi lagi, Mila langsung meneguk segelas alkohol tadi. Rasa pahit menjalar masuk ke dalam rongga mulutnya, wajahnya memerah. 

Mona menahan senyumnya, ia sangat bahagia rencananya telah berhasil. Sekarang tinggal menunggu waktu saja, sebelum gadis cantik di sebelahnya itu terkena reaksi obat yang telah ia campurkan kedalam minuman beralkohol itu.

Mereka bermain cukup lama, hingga Mila merasakan ada yang aneh dalam dirinya, ia merasa gerah disusul dengan kepalanya yang pusing serta pandangan mulai kabur. Mona menatap puas ke arah Mila, yang sudah tampak risi dari tadi, seperti cacing kepanasan. Rencananya untuk menghancurkan Mila berhasil, sedari dulu Mona memang membenci Mila, ia iri dengan semua yang Mila miliki. Minuman tadi sudah ia campur dengan obat perangsang dan berhasil, saat ini Mila tengah melenguh sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah karena kepanasan. Teman-temanya yang sedari tadi diam kini tertawa, bersama Mona yang juga tertawa.

"Mila sayang, sini gua antar ke kamar.” Mona mengedipkan sebelah mata, pada salah satu teman perempuannya yang duduk di meja bar. Mereka menggotong Mila ke dalam kamar di lantai atas kelab.

"Dadah Mila sayang, nikmati malam indahmu ini, ya." Mona dan temannya meninggalkan Mila di kamar itu sendirian. Mila meronta ke sana kemari merasakan tubuhnya yang memanas, gairah mulai menyelimutinya.

Seorang pria masuk ke dalam kamar itu, dengan keadaan yang sama, ia juga mabuk berat. Karena tidak tahan, pria itu menerkamnya dari belakang. Tanpa tahu konsekuensi yang akan terjadi selanjutnya.

*

Mila membuka matanya, ia kaget di sampingnya ada seorang pria, yang tengah tertidur pulas. Mila bingung, siapa dia? Dan yang lebih parahnya lagi, ia tak memakai sehelai benang pun. Mila bangkit, memunguti semua barang-barangnya yang berceceran di lantai. Ia menahan tangis. Mila dijebak dan pelakunya adalah Mona, sahabatnya sendiri. Mila sangat takut. Bagaimana jika orang tuanya tahu tentang hal ini?

Satu bulan sejak kejadian itu, Mila bukan lagi dirinya yang dulu ceria, penuh canda, dan tawa. Mila yang selalu menjadi primadona, kini menutup dirinya dari semua orang. Menjauhi teman-temanya, bahkan meminta putus, kepada pacarnya yang sangat ia cintai. Ia malu kepada dirinya sendiri. Sementara Mona, dengan bebasnya bersenda gurau. Hubungannya dan Mona sudah renggang semenjak kejadian malam itu.

"Mila hauri Aditama, nilai kamu akhir-akhir ini menurun. Kamu juga sudah sering bolos ekstrakurikuler musik, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?" Ibu Sinta menatap kecewa pada Mila, murid kesayangannya itu.

"Maaf, Bu."

"Baiklah. Ibu maafkan, tapi kamu harus perbaiki. Jangan begitu lagi, ya?"

"Iya, Bu. Kalo gitu, saya permisi."

"Baik, silakan."

Mila melangkahkan kaki keluar dari ruang guru, tiba-tiba ia merasa mual, sehingga ia harus berlari secepat mungkin, untuk sampai di toilet sekolah. Namun, Mila hanya memuntahkan cairan bening. Rasa pusing juga mulai menyiksa kepalanya.

Mila pun langsung meraih gawai di saku, dan menelepon sopir pribadinya.

"Halo, Pak Parjo?”

“Iya non Mila, ada apa? Apa bapak sudah boleh ke sekolah?

"Iya, Pak, saya tunggu di depan gerbang." Mila menutup telepon, lalu segera pergi ke depan gerbang, menunggu sopirnya menjemput pulang. Rasa pusing masih terus Mila rasakan, ia takut sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.

"Pak, antar ke apotek dulu, ya."

"Baik, Non. Non sakit? Apa perlu saya antar ke dokter saja?"

"Gak usah, Pak. Paling, nanti minum obat pusing juga langsung sembuh.” Mila tersenyum ramah ke arah Parjo, meski rasa waswas terus menyusup ke dalam hatinya.

Mila melangkah masuk ke dalam apotek. Sebenarnya ia takut, tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak mungkin menyuruh orang lain membelikan test pack untuknya.

"Untuk siapa, Mbak?" tanya penjaga kasir, sembari tersenyum ramah.

“E-eh, anu ... ini punya mama saya, Mbak," jawab Mila gelagapan.

"Wah, selamat, yaa. Semoga hasilnya positif!" Mila menjerit dalam hati, ‘Jangan sampai itu terjadi.’

"Iya, Mbak. Aamiin. Kalo gitu, saya permisi, Mbak." Penjaga kasir mengangguk singkat, ia tersenyum hangat kepada Mila.

Sesampainya di rumah, Mila langsung disambut hangat oleh pembantu, sekaligus pengasuhnya sedari kecil. Orang tua Mila teramat sibuk, bahkan Mila hanya bisa bertemu dengan mereka, satu Minggu sekali, atau beberapa bulan sekali.

 Keluarga Gilbran Aditama, adalah salah satu  keluarga, yang sangat sukses dalam bisnis properti. Bisnisnya ada di mana-mana, jadi tidak heran jika mereka jarang bersama Mila, putrinya.

"Non, mau makan apa? Biar Bibi ambilkan."

"Gak usah, Bi. Nanti Mila ambil sendiri aja. Mila mau ke atas dulu."

"Iya, Non."

Mila melangkah, menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Dadanya masih saja berdetak tak karuan. Mila langsung masuk ke dalam toilet, sambil berdoa dalam hati agar hasilnya negatif. Namun, sayang doanya tak terkabul.

Dua garis biru tercetak jelas di dalam test pack yang ia pegang. Tangan Mila bergetar. Dunia Mila hancur seketika. Ia menangis tertahan, takut suaranya terdengar oleh penghuni rumah lainya. Mila menggeleng tak percaya, butiran air mata terus berjatuhan. Hatinya sakit melihat benda di tangannya itu. Sebuah nyawa telah hidup di dalam rahimnya, nyawa yang tak pernah ia harapkan sebelumnya.

Tok, tok, tok.

Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunan Mila. Cepat-cepat Mila menyimpan alat itu di lemari pakaiannya. Mila membasuh wajah di westafel, guna menghapus jejak air mata yang mengenang di wajahnya. Mila tidak mau siapa pun curiga.

"Mila sayang, ini Ayah. Ayah bawa oleh-oleh buat kamu." Gilbran mengetuk-ngetuk pintu kamar putrinya, ia senang bisa kembali pulang dan bertemu kembali dengan putri semata wayangnya itu.

Mila menarik napas panjang lalu dihembuskan perlahan. Kemudian ia melangkah menuju pintu, menghampiri Gilbran---ayahnya.

"I-iya, Yah."

"Tadaaaa! Ayah punya sesuatu buat kamu. Ayah kangen banget sebulan ini gak ketemu putri kesayangan Ayah," ucapnya ceria. Gilbran mencium kening Mila, menyalurkan rasa rindunya di sana.

Mila tersenyum paksa menerima uluran paper bag yang dibawa Gilbran.

"Makasih, Ayah."

"Ayo ke bawah, kata bibi kamu belum makan?"

 "Iya, bunda gak pulang?"

"Tuh, bundamu di bawah."

Mila membinarkan mata, ia kemudian melihat sosok wanita yang sedang duduk di ruang makan, melambaikan tangan sembari tersenyum. Itu bundanya. Segera saja Mila berjalan menghampiri sang bunda. Mila langsung menghambur memeluk bundanya itu.

"Anak Bunda, gimana sekolahnya?” tanya Rosa membalas pelukan Mila.

"Lancar, Bun."

"Baguslah. Ayo duduk, Bunda sudah lapar. Kata bibi, kamu belum makan, 'kan?"

Mila mengangguk, ia duduk di antara kursi ayah dan bundanya. Untuk sementara ini, ia sedikit  melupakan masalahnya. Canda dan tawa mengalihkan kesedihan Mila.

***

Mila pergi ke pasar bersama pembantunya. Mila butuh udara segar. Namun, rasa takut kembali memenuhi pikiran, ketika Mila melihat kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, Mila memilih untuk pergi berbelanja, berharap bisa mengobati semua perasaan buruk yang ia alami.

Saat Mila dan pembantunya pulang,  tiba-tiba ia dikagetkan oleh bundanya yang menangis. Mila bingung dan waswas, sementara ayahnya menatap nyalang ke arah Mila.

"Apa ini? Ini punya siapa?!” tanya Gilbran tak sabar, ia menunjukkan test pack yang Mila sembunyikan di dalam lemari pakaiannya tadi. Mila terdiam membisu. Air matanya menetes tanpa ia inginkan.

"MILA, JAWAB AYAH, INI PUNYA SIAPA?!"

"I-itu p-punya Mila, Yah,” jawab Mila gugup.

"Ayah kecewa sama kamu!"

"Ma-maaf, Yah. Mila bisa jelasin-“ Ayahnya langsung memotong ucapan Mila. "Siapa yang telah menghamilimu, Mila?"

"Mila gak tahu dia, Ayah.”

“Kalau kamu tidak tahu, bagaimana mungkin ini bisa terjadi! Kamu jangan menyembunyikan dia dari ayah!”

“Tapi Mila benar-benar gak tahu dia siapa ayah!" jerit Mila histeris.

Plak!

Gilbran yang dikendalikan amarah menampar pipi Mila, ia benar-benar dibuat murka dengan jawaban putri kesayangannya itu.

"Baik. Saya tidak butuh penjelasan kamu lagi!"

"Tapi Ayah, Mila benar-benar gak salah. Mila dijebak!" tegasnya.

"Ayah tidak peduli dengan alasan kamu. Kamu sudah mencoret nama baik Ayah. Ayah tidak pernah memiliki anak seperti kamu!"

Mila terdiam. Ia tertunduk dalam. Ucapan dari Gilbran---ayahnya, benar-benar mematahkan hatinya. Semudah itu Gilbran melontarkan kata yang menyakitkan pada Mila.

Mila menatap intens kedua manik mata Gilbran yang memancarkan amarah.  Hari ini benar-benar mimpi buruk untuk Mila, kesalahan satu malam membuat kepercayaan kedua orang tuanya hilang begitu saja.

"Semudah itu Ayah gak percaya sama aku? Selama tujuh belas tahun ini kita bersama-sama. Tapi karena satu kejadian ini Ayah sampai menganggap aku serendah itu? Ayah pikir, Mila mau!?" jerit Mila frustrasi. Air matanya terus mengalir begitu saja.

Bunda dari Mila---Rosa menangis,  tidak ada yang bisa Rosa lakukan sekarang selain menunduk. Rosa bahkan tidak mampu menatap putri dan suaminya. Rosa tidak tahu lagi harus membela siapa, perasaannya kalang kabut antara membela Mila atau menyetujui perkataan Gilbran.

"Berani kamu sama saya?! Dasar anak tidak tahu malu. Selama ini masih kurang kasih sayang dari kami? Kurang uang yang kami berikan kepada kamu, sampai-sampai kamu berani menjajakan tubuhmu!"

"Oh, jadi Ayah mengukur kasih sayang dengan uang! Mila memang hidup bergelimang harta, tapi apa Ayah dan Bunda pernah ada di saat Mila butuh? Kalian justru sibuk keluar kota! Dan Ayah pikir, Mila perempuan seperti itu! Ternyata selama ini Mila salah, Mila yang terlalu menyayangi kalian, padahal kalian sama sekali tidak menginginkan Mila!"

"Mila sayang, Bunda sama Ayah melakukan itu untuk kamu, Sayang."  Rosa menangkup wajah Mila. Namun, Mila malah menepis kasar tangan Rosa. Mila benar-benar kecewa dengan dirinya, juga kedua orang tuanya.

Gilbran menatap remeh Mila. “MAU MEMBELA DIRI LAGI? KELUAR KAMU DARI RUMAH SAYA!"

"Baik!" balas Mila.

Mila langsung bangkit dari duduknya, percuma saja ia menjelaskan panjang lebar kepada orang tuanya, mereka tidak akan pernah percaya. Mila memutuskan untuk keluar dari rumah kedua orang tuanya.

Related chapters

  • TERPAKSA NIKAH SMA   TRUE FRIEND

    Aina mendekap erat tubuh Mila yang bergetar.Sekarang mereka berada di rumah sederhana, yang hanya memiliki dua kamar kecil. Ya, itulah rumah Aina. Sangat jauh berbeda dengan rumah Mila, bahkan kamar pembantunya lebih besar dari rumah ini, tapi Mila sangat bersyukur, setidaknya masih ada yang bisa ia tempati. Mila mengembangkan senyum manisnya, melihat Aina yang tertunduk lesu karena tidak enak kepada Mila."Na, kamu kok gitu?""Maaf, ya, Mil. Rumahku kecil banget, beda jauh sama rumah kamu.""Ya ampun, Na, seharusnya aku yang gak enak sama kamu, karena aku udah nyusahin kamu.”“Nggak kok, Mil, justru aku seneng banget dan sekarang aku gak kesepian lagi.""Na, makasih banyak, ya,aku gak tau lagi gimana caranya ngebalas kebaikan kamu.""Mil, ini gak sebanding dengan apa yang kamu dan keluarga kamu kasih ke aku, Kalo bukan karena kalian, aku gak akan mungkin bisa sekolah sampai detik ini.""Mulai sekarang, kita ja

    Last Updated : 2021-06-25
  • TERPAKSA NIKAH SMA   SEKOLAH BARU

    Mila mengikuti saran Aina kemarin, ia langsung mengikuti tes setelah para siswa pulang. Setelah menunggu selama tiga hari, akhirnya ia lolos dalam seleksi masuk SMA Pelita. Sekolah itu tidak kalah elite dari sekolah Mila yang dulu.Mila melangkah masuk ke dalam gerbang. Matanya menatap bangunan sekolah bertingkat empat tersebut. Di sekitar Mila, ramai siswa-siswi berlalu lalang. Mila merasa risi ketika beberapa dari mereka, ada yang memperhatikannya. Polos, Mila mengintrospeksi diri. Mila pikir, penampilannya biasa-biasa saja, tidak ada yang mencolok, sehingga dapat memancing tatapan aneh orang lain.Aina yang berada di samping Mila, tertawa. "Mil, santai saja. Pakaian kamu ngga ada yang salah, kok. Mereka menatapmu, karena kamu cantik. Kayaknya kamu bakal jadi primadona di sekolah kita," goda Aina.Mila hanya tersenyum masam. Mila tidak mau jadi pusat perhatian, apalagi kondisinya saat ini sedang mengandung, bisa-bisa urusannya semakin rumit.Mereka mela

    Last Updated : 2021-06-25
  • TERPAKSA NIKAH SMA   KEPIKIRAN

    Malam ini Bima menyendiri di teras samping rumah, sementara Gino tengah sibuk di dapur. Berdiam diri di samping teras rumah adalah kebiasaan Bima ketika ia dirundung rasa galau. Bima melipat kaki dan meletakkan gitar di atas pangkuannya. Tatapannya menembus kegelapan, dipandanginya bintang-bintang bertaburan di atas sana. Sesekali ia menarik dan menghela napas berat lalu sebuah senyum manis mengembang dari bibir tipisnya. pikiran Bima terbawa entah ke mana sekarang.“Woi, ngapain lo senyam, senyum sendirian? Gila, jangan-jangan lo kesambet!” Gino mengguncang bahu Bima. Membuat Bima tersadar dari lamunannya, ia menepis kasar tagan Gino yang terus saja membuat bahunya kebas.“Apaan sih, No. Gue masih waras, ya.”“Terus? Ngapain lo semer mesem dari tadi? Atau jangan-jangan.. lo mikir mesum ya, hayo... ngaku lo!” tanya Gino penuh selidik.Bima memukul kepala Gino, ia mengapit erat leher sahabatnya

    Last Updated : 2021-06-25
  • TERPAKSA NIKAH SMA   SIAPA DIA

    Aina buru-buru berlari ke arah lapangan. Mila sampai bingung ada apa dengan sahabatnya itu."Na, kamu kenapa lari-lari?”"Nggak pa-pa. Yuk, ke lapangan! Bentar lagi pertandingan basket mau dimulai," jawab Aina sambil menggandeng tangan Mila."Oh, itu alasan kamu buru-buru."Aina hanya menyeringai. Mereka berdua mengambil posisi di bangku penonton. Suasana di lapangan sangat riuh, apalagi setelah kemunculan seorang laki-laki yang memakai lencana kapten di lengannya.Wajah tampan laki-laki itu terlihat seksi, ditambah keringat yang terus membasahi dahinya. Alis tebalnya bagaikan pedang samurai yang tajam, dan tanpa emosi. Mila tertegun. Beberapa detik kemudian Mila mengingat siapa laki-laki itu.Sorakan penonton menggema di lapangan."Kak Arjuna!""Semangat, Juna!""Juna! Juna! Juna!""Kyaaa! Ganteng banget!"Dan masih banyak pekikan lainya.&ldquo

    Last Updated : 2021-06-25
  • TERPAKSA NIKAH SMA   PERTANYAAN NAKULA

    Sepulang dari kediaman Dwipandu. Mila dan Aina kembali ke rumah, Mila sedikit merasa lega. Dukungan-dukungan Aina begitu berarti untuknya. Lusa Mila akan menikah dan ia mulai menerka apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah kah pernikahan yang Mila dambakan akan terwujud? Ia sekarang tengah gunda memikirkan hal itu. “Na, menurut kamu... kak Arjuna bagaimana orangnya?” tanya Mila saat mereka duduk berdua di ruang serbaguna rumah Aina. “Se

    Last Updated : 2021-06-26
  • TERPAKSA NIKAH SMA   SAH

    Kini Mila Hauri Aditama sudah berganti status menjadi istri Arjuna Dwipandu, semenjak seluruh tamu undangan menyorakan kata 'Sah' ia sudah resmi menjadi seorang istri. pernikahan mereka hanya di hadiri sanak saudara saja, Gilbran dan istrinya datang menjadi wali di pernikahan Mila putri mereka. Gilbran marah besar kepada keluarga Dwipandu khususnya pada Arjuna, Gilbran sampai memberikan bogeman mentah ke pipi mulus Arjuna kala itu.Perang dingin masih terjadi antara Mila dan kelaurganya, Mila sedih mengingat kejadian beberapa saat lalu di mana Ayah dan Bundanya seakan tidak mengangapnya ada. usai ijab qobul kedua orang tuanya langsung meninggalkan acara, dengan alasan mereka sibuk harus meeting dan pergi keluar negri.Mila benar-benar merasa tidak di anggap lagi, Mila tersenyum paksa saat menyalimi para tamu undangan sementara Arjuna yang di sampingnya hanya diam sambil menyungingkan senyum kecil. Mila menatap lekat wajah pria yang saat ini telah me

    Last Updated : 2021-06-28
  • TERPAKSA NIKAH SMA   FAKE FRIEND

    Sudah dua minggu Mila bersekolah di SMA pelita, Mila punya banyak teman. Mila kian hari makin dekat dengan Bima, laki-laki itu tak henti-hentinya membuat Mila tertawa dengan tingkah konyolnya.Mila membuka lokernya, sejak pertama dia masuk sampai sekarang lokernya selalu di penuhi surat dan coklat, Mila benar-benar menjadi primadona SMA pelita. sapaan manis selalu ia dapatkan, ia jadi rindu sahabat penghianatnya Mona, gadis itulah penyebab kehancuran Mila. Sahabat yang sangat ia percayai ternyata seorang penipu ulung. Mona iri dengan ketenaran Mila, puncaknya di mana Kevin laki-laki yang Mona suka berpacaran dengan Mila, saat itu Mila tidak tahu apa pun tentang perasaan Mona kepada Kevin. Selandainya Mila tahu dia akan menjauh dari Kevin walaupun ia sangat mencintainya.**International schoolMona dan ketiga sahabatnya tengah bersantai ria di atas rooftof sekolah mereka tengah membicarakan Mila, mereka senang karena Mila sudah tid

    Last Updated : 2021-06-28
  • TERPAKSA NIKAH SMA   MY HuSBAND

    Mila menatap lekat wajah Arjuna yang berbaring di sebelahnya. Wajahnya tampak tenang dan damai . Berbeda saat ia bangun, yang ada hanya tatapan intimidasi dan nada ketus yang keluar dari bibir manisnya. Mila terkagum-kagum menatap visual indah di depan matanya, suaminya ini memang tampan di lihat dari sisi mana pun ketampanannya tidak akan berkurang. Sudah hampir satu bulan Mila dan Arjuna tinggal bersama. Tentu saja di apartemen Arjuna, kadang-kadang Aina akan datang berkunjung. "Kenapa lo liatin gue.” Alis Arjuna terangkat sebelah, m memandang wajah Mila yang ada di sebelahnya. Mila malu, ia terciduk mengamati suaminya. "Percaya diri sekali Anda.” Mila tersenyum miring. menyembunyikan rasa malunya. "Gue ingatin sekali lagi, di antara kita gak ada hubungan apa pun. lo gak berhak ikut campur dalam kehidupan gue begitu juga sebaliknya. Gue ngak mau lo berani mencintai gue karena itu akan membu

    Last Updated : 2021-06-30

Latest chapter

  • TERPAKSA NIKAH SMA   TAMAT

    1 Bulan kemudian.... Mila terdiam cemas di atas brangkar rumah sakit, ia sangat takut hari ini adalah hari persalinan yang telah dinanti. Arjuna sedari tadi terus menenangkannya. "Kak, Mila takut salah satu dari kami gak selamat," ujar Mila dengan raut wajah murung. Sejujurnya Arjuna juga khawatir. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menyemangati istrinya itu. andai Arjuna dan Mila bisa bertukar peran, Arjuna akan dengan senang hati mengambil alih tanggung jawab Mila. Ia tak ingin melihat Mila kesakitan. "Tenang, Mbul, kamu pasti bisa jangan pikirin yang aneh-aneh," balas Arjuna menciumi ubun-ubun Mia, mencoba menenangkan wanita itu. "Bunda mana, Kak?" "Bunda lagi beli perlengkapan." "Kak, Mila bener-bener takut," Mila kembali mengulang perkataannya, sungguh ia sangat takut saat ini. Apalagi setelah ia membaca artikel tentang kematian ibu muda saat bersalin, hal itu membuat ia merasa sangat takut untuk melah

  • TERPAKSA NIKAH SMA   KAIN PUTIH

    Jasad Saras masih berada di ruangan UGD setelah di bersihkan. Arjuna tidak kuasa lagi melihat wajah pucat pasi gadis itu, ia memilih duduk di luar ruangan saat keluarganya datang menemui Saras.Arjuna merasa begitu bersalah. Saras dengan berani mengorbankan hidupnya demi menyelamatkan nyawanya, pikiran Arjuna kembali ke masa lalu saat ia dan Saras masih berusia delapan tahun.Sore itu di taman bermain sekolah SD. Saras dan Arjuna masih bermain ayunan, mereka menunggu Wulan yang katanya akan menjemput. Tapi Mama dari Arjuna itu tidak kunjung datang. Saras dan Arjuna kecil tampak bahagia, ditemani ibu guru cantik berkerudung crem senada dengan pakaian dinasnya."Juna, nanti kalo kamu besar kamu mau jadi apa?"Arjuna yang ditanya hanya diam, dia belum memiliki cita-cita."Polisi," balasnya asal."Wah, kalo gitu Saras mau jadi polwan deh. Biar bisa sama-sama terus sama Arjuna!"Arjuna tersenyum mengejek. "Polwan itu harus tinggi, kamu kan

  • TERPAKSA NIKAH SMA   PERPISAHAN

    Setelah mendengar cerita Mila, hari ini Arjuna mulai mengatur rencana, ia meminta bantuan kepada sahabatnya Nakula, untuk melacak keberadaan Kevin. Setelah kejadian kemarin Arjuna tidak pergi ke mana pun, Mila terus memeluknya erat tidak membiarkan Arjuna beranjak sedikit pun darinya. Dering telepon baru saja masuk, jakpot tampaknya rencana Arjuna akan berjalan lancar, si pelaku mengantarkan nyawanya sendiri. Panggilan itu dari Kevin.Arjuna menekan tombol hijau, ia diam membiarkan psikopat gila itu bicara."Halo Mila sayang masih ingat suara aku? Tentu kamu masih ingat akukan pacar kamu. Kamu bisa lari kemarin tapi saat kamu kembali kudapatkan. kamu tidak akan bisa lolos dengan mudah," suara tawa terdengar di seberang sana. Arjuna mengepalkan tangan ia sungguh kesal saat ini, api amarah menggebu-gebu dalam hatinya.Panggilan di matikan sepihak oleh Arjuna. Arjuna hanya butuh panggilan Kevin agar dia lebih mudah melacak posisi pemuda itu. Arjuna membangunk

  • TERPAKSA NIKAH SMA   TERLEPAS

    Kevin membuka kamar kurungan Mila dengan perasaan senang, dia sudah bersusah payah memasak semua makanan kesukaan wanita itu. Dia ingin kembali mengenang masa lalu saat mereka saling peduli lewat masakan. Namun wanita yang tadinya berada di atas kasur kini telah hilang entah ke mana. Kevin menarik seprei kasar, membanting semua barang-barang yang ada di sana. Dia tidak mau wanitanya pergi meninggalkannya lagi."MILA LIHAT SAJA AKU GAK AKAN BIARKAN KAMU LOLOS KALI INI!" Kevin melangkah cepat menuju mobilnya, ia yakin Mila belum jauh dari sana. Tempat itu bukanlah tempat yang terekspos khalayak ramai jadi tempat ia bebas bergerak sesukanya.Mila berlari secepat yang ia bisa, ia memegangi perutnya yang sakit, Mila terus berlari di tambah hujan deras makin membuatnya kesulitan. Jalanan licin membuatnya memutuskan untuk berjalan tanpa alas kaki. Mila berdoa semoga saja ia bisa lolos dari psikopat gila itu."Aaakhh! Sa-sakit," Mila terus berlari ke

  • TERPAKSA NIKAH SMA   BUKAN DIA YANG DULU

    "Mila cuman cinta suami Mila! Lepasin Mila Kevin!" Teriak Mila lantang. Ia khawatir dengan bayinya air mata yang ia tahan kini berhasil lolos dari pelupuk matanya."Gak, kamu cuman cinta aku! Mila hanya cinta kevin!" Mila dan kevin tiba di sebuah rumah mewah yang jauh dari pusat kota, Kevin membuka pintu mobilnya dengan kasar, ia langsung mengendong Mila memasuki rumah megah itu.Rumah itu berada jauh dari rumah penduduk, di sekitar rumah itu hanya ditumbuhi pepohonan besar dan tinggi, rumah itu adalah rumah almarhumah Ibu Kevin. Ibu Kevin pernah mengalami gangguan mental hingga akhirnya diasingkan di rumah tua yang masih tampak cantik dan megah itu.Mila meronta, terus memukuli dada Kevin yang menggendongnya. "Kak Kevin lepas! Biarin aku pergi!""Gak, sayang, kamu dan aku akan hidup bahagia di sini." Kevin tersenyum manis. Ia membaringkan Mila di atas ranjang king size milik almarhumah Ibunya. Mila meronta ingin melepaskan diri dari Kevin,

  • TERPAKSA NIKAH SMA   PSIKOPAT

    Hari ini selesai simulasi, Arjuna mengantarkan Mila ke Mal, katanya dia ingin membeli beberapa perlengkapan mandi dan beberapa barang pribadi untuknya."Mbul, maaf ya, aku ngga bisa temenin kamu. Di kafe ada masalah sedikit, kamu ngga pa-pa 'kan aku tinggal? Jangan matiin HP kamu, kalo ada sesuatu langsung telepon aku!" Arjuna mengingatkan."Iya. Siap.""Tapi bener nih, ngga apa-apa kamu sendirian gini?" tanya Arjuna, kembali memastikan."Ihhh, Kak Juna. Kaya aku anak kecil aja yang harus dijaga terus, udah pergi aja Kak.""Hm, yaudah. Aku pamit." Arjuna mengecup puncak kepala Mila untuk berpamitan, segera saja Arjuna masuk ke dalam mobil setelah ia merasa yakin bahwa Mila bisa dia tinggal sendirian.Mila berkeliling, setelah satu minggu tidak keluar dari apartemen karena takut bertemu Kevin, akhirnya ia bisa kembali menghirup udara segar. Berbelanja adalah salah satu rutinitas yang disukai Mila, mungkin bukan cuman dia saja, sepertiny

  • TERPAKSA NIKAH SMA   UNDANGAN

    "Mila, maaf ya soal tadi. Mbak benar-benar tidak berniat melukai hati kamu.""Nggak apa-apa kok, Mbak. Mila paham, makasih juga sudah ngajak aku jalan pagi Mbak."Mila melambai lalu segera masuk kedalam lif. Sekarang sudah pukul 10 pagi, berjalan pagi membuat dia berkeringat banyak, ada rasa lelah dan segar yang ia rasakan secara bersamaan. Tapi ia kembali teringat dengan Kevin, sekarang Mila harus mulai berhati-hati. Kevin sudah mulai datang ke tempat itu. Padahal jarak dari rumah Kevin sangat jauh, bahkan untuk sampai ke daerah ini memerlukan tiga jam perjalanan.***"Hari ini kita ke rumah mama yuk, Kak!" Mila berujar, sedari tadi siang, ia merasa tidak enak. Pikirannya tidak tenang, ia selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk kalau saja Kevin tiba-tiba menemukannya.Arjuna yang tengah mengerjakan tugasnya di meja belajar melirik ke arah kasur yang istrinya itu tiduri. "Tumben? Kenapa, kok kamu kaya gelisah gitu?"

  • TERPAKSA NIKAH SMA   MENGENALI

    "Hai, kenalin aku... Kevin. Kevin Dirgantara!"DegJantung Mila rasanya ingin keluar dari tempatnya, detak jantung wanita itu mulai menggila, keringat dingin mulai membasahi pelipis juga tangan yang semulanya terasa panas kini mulai mendingin karena basah oleh keringat. Mila bergerak dengan gelisah, dia sengaja membuang muka, tidak mau sampai Kevin mengetahui dirinya."Hei, aku Kevin. Nama kamu?" Kevin berujar, dia mengulurkan tangan sembari mengamati gerak-gerik Mila yang tampak aneh, seperti orang yang ingin melarikan diri.Mila ragu-ragu untuk membuka mulut, ia tidak bisa diam saja, kalau tidak Kevin akan curiga. Beruntung tadi pagi Arjuna memberikan maskernya yang hampir tertinggal "Eh, ha-hai, aku... Marisa," kata Mila terbata."Marisa? Omong-omong suara kamu mirip sama orang yang aku kenal." Kevin mengamati Mila sebentar, lalu kepalanya menengadah ke atas langit."O-oya." Mila merasa yakin orang yang Kevin maksud adalah dir

  • TERPAKSA NIKAH SMA   FAMILIER

    "Kak, aku pergi dulu ya!"Mila menyembulkan kepalanya di balik pintu, ia sudah bersiap dengan baju olahraga khusus ibu hamil miliknya, tidak lupa bando polkadot menahan rambutnya agar tidak terjatuh.Arjuna segera menuju pintu apartemen, ia berjalan sembari mengancingkan baju seragam sekolahnya, tidak lupa membawa masker sang istri yang tertinggal di atas meja."Jangan lupa maskernya, Mbul." Arjuna memasangkan masker hitam ke wajah sang istri."He he he, maaf, Kak. Aku terlalu bersemangat, soalnya mau joging bareng mbak rina. Kamu tahu kan, bumil yang baru pindah di lantai bawah?""Mbak rina? Kok aku ngga tau ada tetangga baru?" Arjuna kini sibuk mengikat tali sepatu Mila yang tadinya terikat dengan asal.Diposisi ini, Mila merasa ia seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali akan pergi sekolah. Arjuna dengan telaten mengikat tali sepatunya dengan kuat. Mila sungguh tersentuh dengan apa yang Arjuna lakuka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status