Share

Part 3. Pertemuan Berikutnya

Penulis: Ida Raihan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-28 20:11:14

Part 3. Pertemuan Berikutnya

Tidak memerlukan waktu lama buat Ayara mencerna apa yang baru saja disampaikan oleh Dihyan. Balas budi. Dua kalimat yang tidak bisa Ayara bantah, karena keduanya tidak bisa lunas hanya dengan hukuman cambuk rotan.

Berkali-kali Ayara menarik napas berat. Sebagai gadis jelang sembilan belas tahun, yang jiwa mudanya masih menggebu, dan menginginkan impiannya sendiri terwujud, Ayara sangat keberatan atas permintaan Dihyan dan Gayatri.

Seharusnya dia meraung saat ini. Menolak dengan keras permintaan mereka. Orang yang telah membesarkannya itu. Namun Ayara tidak melakukannya. Pantang baginya menangis di depan orang, seperti wanita pada umumnya.

"Katakan sesuatu, Ayara," pinta Dihyan.

“Ayara, kamu bersedia kan, Nak?” Gayatri menimpali dengan nada cemas. Mereka sangat tahu karakter Ayara. Sejak kecil, jika dia tidak mau melakukan sesuatu, dia akan berontak dan lebih memilih dicambuk lima sampai sepuluh kali di bawah pohon jambu air, di belakang rumah, hingga kedua kakinya lebam oleh bekas cambukan. Tanpa menangis.

Berbeda sekali dengan kakaknya, Kyra Arundati, yang selalu patuh kepada kedua orang tuanya. Kyra bahkan bisa menangis ketika melihat Ayara sedang dihukum.

“Apa aku ada pilihan?” Ayara balas bertanya. Kepalanya terangkat, kedua matanya tajam menatap dua orang di depannya. Dihyan mendesah.

“Ayara, kami tidak bermaksud memaksamu, tetapi kamu tahu kan, Kyra masih ingin mengejar mimpinya.” Gayatri hendak menyentuh tangan Ayara saat mengatakan itu. Namun Ayara langsung menarik, menjauhkan tangannya dari jangkauan Gayatri. Kemudian ia berdiri.

Ayara tidak mau mendengar kalimat Gayatri selanjutnya, karena dia yakin, itu pasti kalimat-kalimat pujian untuk Kyra. Anak yang cerdas, rajin, masa depannya cerah., dan sebagainya.

“Bawa aku bertemu Tuan Nawang besok,” kata Ayara kemudian. Usai berkata begitu, ia langsung mendorong kursinya menjauh ke belakang tubuhnya., dan bermaksud pergi meninggalkan Dihyan dan Gayatri.

“Apa yang akan kamu lakukan?” Ayara kembali berhenti.

“Menerima tawarannya.” Usai berkata begitu, Ayara langsung melangkah dengan cepat. Dihyan dan Gayatri saling pandang.

***

Pagi sekali, sebelum Dihyan dan Gayatri bangun, Ayara menyelinap keluar rumah. Menyusuri jalan setapak, yang akan menuju jalan besar ke tempat pelatihan bela diri. Hari ini kelompoknya akan diperkenalkan dengan pelatih baru. Ayara tidak boleh tertinggal. Dengan langkah cepat, ia berjalan melintasi gedung kosong yang semalam hampir membuatnya celaka.

Ayara mempercepat langkahnya, pandangannya tidak lepas dari sisi-sisi bangunan, khawatir pengejarnya semalam mengintainya di tempat tersebut. Hingga dia tidak menyadari, di depannya ada sosok lain yang sedang berdiri dengan santai.

"Hati-hati, Nona!"

"Ouch.." Ayara menabrak. Tepat berbarengan kakinya yang menginjak sepatu pria tersebut. Pria itu tersenyum.

"Sepagi ini, kamu hendak ke mana?" tanyanya.

"Jalan raya."

"Jalanan masih sangat sepi, Nona. Mungkin kita bisa bareng, mobilku sebentar lagi datang,"

"Siapa yang akan mempercayaimu? Kamu bisa saja akan menculikku," balas Ayara datar. Pria itu tersenyum. Mengimbangi langkah kaki Ayara.

"Jangan mengikutiku," tegas Ayara. Sekilas dia melihat wajah pria di depannya mirip pria yang semalam ia jatuhkan.

"Aku mengkhawatirkanmu," balas pria itu. Ayara menatap ujung kaki hingga ujung kepala pria itu.

"Aku lebih khawatir dengan keberadaanmu!" ketus Ayara. Pria itu tergelak. Ayara berlari meninggalkannya.

"Hmm, gadis yang lucu,"

Tiiiin!

Suara klakson mobil memecah keheningan pagi. Pria itu terkejut. Sebuah mobil Porsche warna putih berhenti tepat di depannya.

"Gila kamu, pagi-pagi di tempat gelap, pakai baju gelap, di tengah jalan, ngelamun pulak!" kata pengendara mobil. Pria itu tergelak, lalu melompat masuk ke dalam mobil.

"Ada yang lebih gila di depan, ayo jalan," katanya. Mobil kembali bergerak.

"Arlo, apa pendapatmu jika kanan kiri jalan ini diubah menjadi taman yang indah?" ucap pria itu setelah duduk di samping pengemudi mobil.

"Sejak kapan kamu peduli?"

"Yah, setidaknya, biar tidak terlalu menyeramkan, jika ada orang lewat sendirian, di pagi buta begini. Kebun karet juga membuat penciuman tidak nyaman jika musim berbunga."

"Kebun karet menghasilkan uang, taman tidak," balas pria yang dipanggil Arlo. Matanya tetap fokus menyetir, dan sedang tahap menambah kecepatan.

"Arlo berhenti!" Tiba-tiba pria itu berteriak. Arlo langsung mengerem.

"Sialan kamu, Cashel!" umpatnya, pada pria di sebelahnya.

"Lihat di depan!" Pria yang dipanggil Cashel menunjuk. Di depan mereka, jarak beberapa meter, seorang perempuan muda sedang berusaha menghindari pukulan tiga pria yang menyerangnya.

Hmm, gadis itu, Arlo membatin.

"Kita harus menolongnya," kata Chasel.

"Kalau kamu mau, kamu boleh menolongnya, aku ada urusan yang lebih penting," sahut Arlo seraya kembali menggerakkan mobilnya. 

"Dasar bajingan tidak manusiawi, kamu tega melihat seorang gadis tewas dikeroyok tiga pria?" Arlo tidak menjawab, sebagai gantinya dia melajukan mobilnya semakin cepat, membelah kabut pagi yang mulai memudar ditelan cahaya, yang perlahan mulai muncul.

***

Bug!

Sebuah pukulan telak mendarat di punggung Ayara. Gadis itu tersungkur di tanah. Dia lengah karena memperhatikan mobil yang sempat berhenti tadi.

"Menyerahlah, Nona," kata pria yang tadi memukulnya.

"Tidak akan!" balas Ayara, seketika bangkit, dan langsung membuat gerakan yang tidak disangka-sangka oleh ketiga pengeroyoknya. Dalam waktu yang singkat, Ayara berhasil melumpuhkan ketiga lawannya.

"Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Ayara.

"Tidak ada," balas salah satu pria berbadan gembul. Ayara memuntir tangan pria itu ke belakang, seraya menekan punggungnya semakin keras, dengan pipi menempel di jalan beraspal. Pria itu meringis kesakitan.

"Silakan mengaku, atau aku akan membiarkan kalian menjadi bulanan warga, dan tewas di tangan mereka."

"Ja, ja, jangan Nona. Kami, kami.. disuruh Nona Birdella." Kenapa Birdella ingin mencelakaiku? Ayara melepaskan pria tadi. Lalu mengeluarkan ponselnya, dan menelepon sebuah nomor.

Tidak lama kemudian mobil polisi datang.

***

Gedung empat lantai itu sudah tampak terang-benderang. Harusnya Ayara sudah sampai di sana sejak satu jam yang lalu, namun dia terlambat karena terpaksa harus berurusan dengan polisi.

Ayara melangkah memasuki halaman gedung. Security langsung menyambutnya. "Tumben kamu telat, Ayara!”

Ayara tersenyum. Lalu pamit masuk ruangan.

Menaiki tangga menuju lantai satu. Punggung dan kakinya terasa ngilu akibat pukulan tadi. Sekilas bayangan mobil porsche berwarna putih dengan dua pria di dalamnya kembali melintas di benaknya. Langkah kakinya berhenti.

"Ini semua ulah kalian," gumamnya, "aku akan mencari dan menghancurkan kalian." Usai berkata begitu, kaki Ayara kembali menaiki tangga dengan hati-hati.

"Siapa yang akan kamu hancurkan?"

"Hmmph" wajah Ayara membentur dada seseorang yang sedang turun tangga. Ia mendongak.

"Kamu?" Pria itu tersenyum lebar. Ayara langsung mengenalinya. Pria yang tadi ia tabrak di jalan. Pria yang mengendarai mobil porsche putih. Ya, meskipun jalanan masih agak gelap, Ayara masih mampu mengenali wajah dan warna.

"Syukurlah kamu baik-baik saja, Nona. Siapa namamu?"

"Jika kita bertemu lagi dalam keadaan baik-baik saja, ke depannya, saat itu aku akan beritahu namaku." Ketus Ayara menyahut. Lalu menggeser tubuhnya dan kembali menaiki tangga.

"Hei." Pria itu ikut membalik badannya, berniat mengikuti Ayara.

Ayara hampir sampai di puncak tangga, saat satu pria lagi muncul. Langkah Ayara kembali terhenti. Sejenak mata keduanya saling pandang. Sekali lagi Ayara mengenali wajah itu. Pria yang ia jatuhkan di samping gedung tadi malam, sekaligus pria yang menyetir porsche tadi pagi.

Pria itu hanya melihat Ayara sekilas, kemudian, bersikap seolah-olah tidak melihat apa-apa. Ia justru berbicara kepada pria satunya.

"Chasel, aku memintamu mengambil file di mobil, sedang apa kamu di sini?" katanya. Ia mengabaikan Ayara.

"Siap laksanakan!" balas Chasel ceria. Lalu melangkah pergi. Pria itu kembali memutar tubuh, dan berjalan menuju ruangan. Ayara melakukan hal yang sama dengan gerakan lamban. Hatinya bertanya-tanya, mengapa keduanya ada di sini? Siapa mereka?

Bab terkait

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 4. Pria Arogan di Kelas Mereka

    Part 4, Pria Arogan Di KelasnyaBegitu memasuki ruangan, Ayara langsung mencari tempat untuk duduk. Dia langsung tersenyum ketika mendapati Gistara, sahabatnya, memberi isyarat dengan jarinya agar ia datang kepadanya. Ayara langsung menuju tempat yang ditunjuk Gistara.“Apa yang terjadi?” bisik Ayara ketika ia telah duduk di belakang Gistara. Tumben, biasanya Gistara akan memberinya tempat di depan dia atau di sampingnya agar memudahkan mereka mengobrol di sela-sela materi.“Belum terjadi apa-apa, tetapi dia tadi sempat bertanya, apakah ada yang terlambat datang,” jawab Gistara.“Lalu?”“Gimana lagi, semua serentak menyebut namamu.”“Oke.”“Ayara awas!” tiba-tiba Gistara berseru. Dengan tangkas Ayara menggerakkan tubuhnya ke belakang. Sementara tangan kanannya menyambar benda yang barusan melayang menujunya. Lalu, dengan satu gerakan yang sangat cepat, Ayara kembali melempar benda tersebut kepada orang yang melemparnya."Wow …" gumam sebagian orang yang ada di ruangan.Ayara menatap t

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 5. Rumah Nawang Nehan

    Part 5. Rumah Nawang NehanKyra meraung, memohon kepada ayahnya agar tidak dibawa ke rumah Nawang Nehan. Kuliahnya tinggal tiga semester lagi selesai. Mimpinya untuk menjadi designer terkenal tinggal beberapa langkah lagi akan terwujud. Juga rencana menikah dengan Fusena setelah lulus kuliah. Pria tampan impian banyak wanita di kampusnya, yang kini menjadi pacarnya. Apa jadinya jika dia harus menikah dengan anak Nawang Nehan yang terkenal Arogan dan tak tersentuh hukum itu? Akan menjadi apa nasibnya?“Ibuuu aku mohon, Bu, bujuk ayah agar tidak melakukan ini kepadaku, Bu,” teriak Kyra. Gayatri hanya bisa memejamkan kedua matanya. Kedua tinjunya mengepal. Bayangan wajah Ayara tersenyum mengejeknya melintas di benaknya. Kamu telah mengecoh kami, Ayara. Nawang menarik tangan Kyra agar mau keluar dari rumah.“Ayah mohon, Kyra. Kita semua akan mati jika kamu juga menolak,” pinta Dihyan.“Lalu mengapa kalian tidak membiarkanku mati saja sejak bayi!” teriak Kyra.“Kyra,” Dihyan tidak berdaya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 6. Menjadi Pelayan Kamar

    Birdella Xavera, adalah anak tiri, yang berasal dari istri ke empat Nawang Nehan. Mahasiswi jurusan sastra di universitas terkenal di daerah Lampung. Cerdas, pemberani, mudah bergaul. Memiliki kulit yang putih, bersih, dengan porsi tubuh yang proposional. Dia juga sedang merencanakan akan melanjutkan kuliah ke luar negeri untuk mengambil jurusan sastra Inggris.Dengan berlimpahnya kemewahan yang dijatah dari ayah tirinya, Birdella memiliki kemampuan lebih di atas teman-temannya. Ia bisa membeli apa saja yang dia inginkan. Termasuk membeli tenaga untuk menyakiti orang lain. Birdella juga memiliki pengawal khusus yang diberi ayah tirinya, namun dia lebih suka menggunakan tenaga pilihannya sendiri sehingga merasa aman dari mata-mata ayahnya.Sejauh perjalanan hidupnya, Birdella memiliki reputasi yang baik, sehingga semua saudara, dan ayahnya sangat menyayanginya.Sebagai gadis yang mempelajari sastra, Birdella memiliki kemampuan mengolah kata menjadi sebuah tulisan. Sebab itulah ketika te

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 7. Yang Terpilih

    Sudah ada tiga puluh menit Arlo berdiri di teras panggung rumahnya. Kini, ia sedang menatap Cashel yang sedang berjalan menuju tempatnya. “Kenapa dia ada di sini?” tanyanya begitu Cashel sampai di dekatnya.“Kamu melihat rupanya.” Balas Cashel.“Aku sudah di sini sejak gadis bodoh itu membuat ikan-ikan koi piaraanku, pusing dengan ulahnya,” balas Arlo.“Wah, kamu sepertinya akan membahayakannya.”“Kamu khawatir?”“Sebaiknya jaga dia baik-baik, aku akan membunuhmu jika sampai kelinci liarku itu kamu lukai.”“Kelinci liar?”“Hahahaha, dia tidak mau mengatakan namanya kepadaku. Jadi aku menamainya itu.” Arlo memutar badannya, melihat tumpukan kertas di atas meja. Cashel yang melihat itu langsung bergerak cepat dan duduk di kursi. Arlo langsung memukul tangannya manakala pria itu hampir menyentuh dokumen yang ada di meja tersebut.“Wah, kamu tertarik juga untuk melihat,” goda Cashel“Sama sekali tidak. Tetapi kamu tidak boleh sembarangan menyentuh milikku.”“Gadis itu milikmu juga?” Cash

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 8. Hukuman Pertama

    “Kemarilah,” panggil Arlo. Pria itu sudah duduk di sofa dengan menyelonjorkan kedua kaki di atasnya. Bersandar dengan nyaman, kedua mata terpejam. Pelan Ayara mendekatinya.“Kamu bisa memijat?”Deg!Jantung Ayara terasa mau lompat dari rongga dadanya.“Saya belum pernah melakukannya, Tuan,” jawabnya.“Lakukan sekarang,” perintah Arlo. Ayara terdiam. Kakinya terasa sangat berat untuk dibawa melangkah memenuhi perintah itu. Bukan kah seharusnya dia belum resmi menjadi pelayannya? Bukan kah seharusnya dia masih bisa berontak atau mundur? Bahkan dia masih bisa menolak perintah pria di depannya itu?Sekian detik berlalu, Arlo belum juga merasakan sentuhan yang dia pinta. Pria itu membuka matanya.“Tunggu apa? Kamu tahu apa hukuman bagi pelayan yang tidak patuh?” gertak Arlo.“Saya akan lakukan, Tuan.” Buru-buru Ayara mendekati Arlo. “Sekarang!” bentak Arlo, “Aku tidak mau ada yang lamban di rumahku! Paham?” Pria itu membuka kancing atas bajunya, Ayara melotot. Namum kemudian merasa lega,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 9. Putra Kedua, Rhys Victor

    Part 9. Putra Kedua, Rhys VictorLapangan olah raga itu luasnya lebih besar dari ruangan yang baru saja Ayara tinggalkan. Hanya berupa lokasi terbuka dengan banyak balok berbagai ukuran. Di kanan kiri lokasi ada beberapa pepohonan. Arlo biasa menggunakan tempat tersebut untuk latihan bela diri. Ayara juga melihat ada tempat dan alat latihan memanah. Ia mendekati. Dirabanya peralatan yang tampak jauh lebih bagus dari pada di tempatnya belajar."Kamu sepertinya tidak takut sama sekali, Nona," kata pria yang membawanya ke tempat ini tadi."Apakah Arlo sekejam itu?" Ayara balas bertanya."Kamu akan mengetahuinya nanti," balas pria itu lagi."Dia pernah melakukan ini kepada perempuan lain sebelumnya?"Lelaki itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Ayara, tetapi tidak mau menjawab. Ia membuka pintu sebuah ruangan, kemudian kembali dengan dua cambuk pesanan Arlo.Tidak bisa menipu diri sendiri. Bulu kuduk Ayara merinding membayangkan benda yang terlihat kokoh itu, akan mencambuk tubuhnya y

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 10. Penasaran

    Di depan pintu kamar, Ayara melihat wanita yang tadi mengantarnya ke tempat Arlo, sedang berdiri di sana. Wanita itu menatap Ayara dengan rasa iba. Ayara membungkuk seraya menganggukkan kepala sebagai tanda hormat."Kamu kembali,” sapa wanita itu. Sekali lagi Ayara mengangguk."Kamu pasti mengalami kesulitan." lanjut wanita itu seraya mengulurkan tangan untuk menyentuh sudut bibir Ayara yang mengalirkan darah. Ayara terdiam.Pintu kamar terbuka dari dalam, seorang wanita keluar. Pakaiannya sangat rapi dengan riasan yang sempurna. Hidung mancung, alis yang tertata rapi, serta kedua matanya bercelak. Meninggalkan kesan bening dan tajam. Dengan bulu lentik yang indah, serta bibir yang merah merona. Dari tubuhnya menguar bau wangi yang sensual. Diam-diam Ayara mengagumi totalitas teman sekamarnya itu. Arlo pasti akan nyaman dengan pelayan secantik dia, pikir Ayara.Di tempat Arlo nanti, wanita itu tinggal mengganti pakaiannya dengan baju seksi pilihan Arlo, maka pria itu tidak akan bisa b

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 11. Bulan Purnama

    “Kemarilah,” panggil Arlo.“Kenapa? Anda juga akan menghabisi saya?” sinis Ayara balas bertanya.“Kamu sungguh menyukai tantangan. Pantas malam-malam menjadi buronan, kayak maling!” Ayara geram mendengar ucapan Arlo itu.Kapan aku menjadi buronan? Seketika Ayara ingat, ketika kali pertama bertemu dengan Arlo, di belakang gedung kosong di pinggir jalan. Dia benar, Ayara memang sempat diburu oleh dua orang suruhan Birdella.“Ayo,” ajak Arlo lagi, menyadarkan Ayara dari lamunannya. Ragu Ayara melangkah mengikuti pria itu.“Anda akan membawa saya ke mana?” tanya Ayara mulai merasa tidak nyaman, karena mereka berjalan menuju kediaman Arlo lagi.“Ke tempat latihan,” balas Arlo,“Anda benar-benar akan membunuh saya?” Ayara ragu. Arlo tersenyum samar mendengar pertanyaan itu. Ia berhenti. Kemudian memutar tubuhnya kembali menatap Ayara.“Kamu takut mati?” tanyanya.“Tidak,” tegas Ayara.“Kalau begitu, jangan cerewet.” Arlo melanjutkan langkahnya. Ayara mengikuti.Sesampainya di tujuan, suasan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16

Bab terbaru

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 44. Menjebak Putra Kedua

    Seorang pelayan yang sejak tadi menguping di depan pintu kamar Rhys Victor, langsung terperangah. Jadi benar kecurigaan, Among?Pria bodoh itu..., senyap. Hanya ada suara ketukan beberapa kali dari dalam kamar. Gadis pelayan itu menduga, itu pasti suara benturan gelas Rhys saat diletakkan di meja. Pelayan mematikan ponselnya. Kemudian memasukkan benda pipih itu ke dalam saku rahasianya, yang paling aman dari jangkuan.Pelayan itu mengetuk pintu.“Tuan, apakah Anda membuthkan bantuan?” Senyap, tidak ada jawaban. Pelayan itu tersenyum.Dasar penjahat! Kamu akan menuai buah perbuatanmu sendiri!Dua hari yang lalu, sebelum ia dikirim menjadi pelayan di penginapan ini, ia sedang kebingungan karena tidak memiliki tujuan jelas. Tidak memiliki uang dan tempat tinggal.Tiba-tiba seseorang memanggil namanya dengan lembut. Saat dia menoleh, di depannya seseorang yang sangat dia kenali. Orang yang seketika membuatnya tersenyum bahagia, karena mengira akan memiliki harapan untuk bertemu dengan sos

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 43. Kematian Arlo Raynar

    Menyaksikan sahabatnya hanya diam dalam keadaan tertuduh, Yudha merasa heran. Segera didekatinya Cashel dengan penuh tanya, “Kamu tidak ingin mencegahnya, Cashel?”Cashel tidak menjawab, sebagai gantinya, pria itu justru berbalik arah dan masuk ke rumah Yudha. Lalu duduk di kursi, dan meminta Yudha menjauh darinya. Cashel ingin sendirian. Hatinya terlalu sakit, untuk mencerna kenyataan.***Di dalam hutan, Ayara tidak berhasil menemukan jejak Arlo. Dia hanya menemukan, semak yang berantakan, dan patah di mana-mana. Ia bisa menyimpulkan, itu bekas perkelahian. Ada darah di mana-mana.Tidak bisa menemukan Arlo di dalam hutan, Ayara keluar dari sana. Dia sampai di sebuah pedesaan yang ramai dengan banyak orang yang melakukan aktivitas.Seperti kehidupan di pedesaan umumnya, ada yang pergi ke pasar untuk menjual hasil panen mereka. Ada juga yang membawa peralatan bercocok tanam di ladang.Ayara melangkah dengan kecepatan di atas rata-rata. Sesekali bertanya, di mana ada penginapan. Banyak

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 42. Balas Dendam Cashel

    "Aku juga membutuhkanmu, Ayara. Sangat."Ayara bergeming. Andai saja bisa, dia ingin membagi tubuhnya, untuk Arlo dan Cashel.***Arlo menerima telepon dari Among saat sedang berdua dengan Ayara. Walaupun sangat ingin bisa lebih lama bersama dengan gadis yang lama ia cari, dan baru dipertemukan itu, ia terpaksa pamit untuk pergi. Ada hal penting yang harus mereka lakukan."Jangan ke mana-mana, aku akan menjemputmu setelah ini," pinta Arlo kepada Ayara. Ayara tidak menjawab, karena hatinya tahu sekali, dia harus bersama Cashel, meskipun sangat ingin kembali bersama Arlo.Cashel tidak memiliki siapa siapa lagi selain dia. Sedangkan Arlo, masih memiliki ayah yang sangat menyayanginya. Memiliki banyak anak buah, dan teman. Meskipun Ayara tidak pernah melihat Arlo bersama temannya, selain Among. Arlo juga masih memiliki semua kemewahan hidupnya. Bahkan pelayan kamar yang baru, jika pria itu menginginkan. Sedangkan Cashel, bahkan kartu ATMnya pun dibekukan. Ke depannya Cashel harus berjuang

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 41. Sebuah Nama Pemberian

    Ayara duduk di atas potongan pohon kelapa sawit tidak jauh dari rumah Yudha. Kedua matanya menatap kalung yang menggantung di tangannya. Benda yang selama belasan tahun menemani hidupnya. Sisa kenangan masa lalunya. Usianya baru empat tahun saat itu. Dia sedang bermain dengan teman-teman di dekat rumahnya, ketika sebuah mobil melintas dan hampir menabraknya. Mobil itu tidak tahu jika ada anak kecil yang sedang menyeberang di jalurnya. Untungnya, ada tangan kecil lainnya yang menarik tubuh anak itu, sehingga anak itupun selamat. "Anak kecil kenapa kamu mainan di jalan sendirian," tanya penolongnya, yang tidak lain adalah anak lelaki, berusia sekitar sepuluh tahunan. "Tadi aku sama teman-teman, Kak. Tapi mereka larinya cepat sekali," jawab anak itu lugu. "Ah gitu…, ayo Kakak antar, di mana rumahmu?" "Tidak. Ibu bilang aku tidak boleh ikut orang asing," "Hahaha, kakak bukan orang asing, tetapi kakak adalah penolongmu." jawab anak lelaki itu. Anak kecil itu menatapnya. "Apakah Kaka

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 40. Tekepung, Puanglah Hyuna Sada

    "Aku harus pergi," ucap Birdella seraya membalikkan tubuhnya, lalu meninggalkan Arlo yang menatapnya tanpa ekspresi. Arlo sangat paham, gadis itu berusaha menghindari pertanyaannya. Tingkahnya memang seperti itu dari dulu. Lucu dan menggemaskan. Namun Arlo tidak pernah tertarik untuk menggodanya. Seperti yang dilakukan Cashel dan banyak orang terdekatnya.Arlo melanjutkan langkah. Mengabaikan Among yang tersenyum menyaksikan tingkah Birdella."Gadis itu benar-benar polos," gumam Among."Tidak. Dia menyimpan rahasia," balas Arlo."Maksud, Tuan?""Mari kita lihat nanti, apa yang sudah dilakukan gadis yang katamu polos itu." Among tidak menjawab apa-apa lagi. Ia dengan sigap mengikuti langkah Arlo menuju kediamannya."Jadi bagaimana rencana kita selanjutnya, Tuan?""Kirimkan dua intel terbaik kepadaku, setelah itu kita pergi mencari Hyuna Sada.""Apa? Bukankah Hyuna sudah meninggal, Tuan?""Tidak, yang meninggal adalah Gistara, sahabat Hyuna Sada." Arlo menjawab dengan mantap. Langkahnya

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 39. Undangan Tanasiri

    Among mulai gelisah. Sudah satu jam Arlo mengunci diri di dalam kamar Ayara. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan bossnya sejak dia mengabdi kepadanya, selama hampir dua puluh tahun. Among dapat merasakan, Arlo seperti merasa kehilangan atas kepergian Ayara. Kali ini Among yakin sekali, perasaan Arlo bukan lagi sekadar antara majikan dan pelayannya. Namun dia masih tetap menahan diri untuk memastikan itu. Ragu, tangan Among mengawang, hendak mengetuk pintu, tetapi takut mengganggu.Di dalam kamar Ayara, tangan dan tubuh Arlo bergetar hebat. Pandangannya membulat demi melihat apa yang dia temukan di bawah bantal Ayara. Tadinya dia hanya penasaran dengan pisau kecil yang dilihatnya di samping bantal. Arlo ingin memastikan, benda yang selalu terselip di rambut Ayara itu sekuat apa. Selama ini Arlo bukan tidak tahu, Ayara selalu membawa senjata tersebut ke mana-mana. Bahkan ketika masuk rumah dan kamarnya. Tetapi Arlo tidak melarang, dan tidak pernah menyinggung hal itu. Bagi dia, itu buka

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 38. Luka Hati Anak Tiri

    "Kita mau ke mana, Cashel?" Ayara memeluk erat pinggang Cashel yang menyetir motor dengan kecepatan maksimal. Mereka sudah empat jam perjalanan, dan sudah jauh meninggalkan desa. Dua kota juga sudah mereka lintasi. Hanya berhenti sebentar untuk membeli makanan dan minuman."Kenapa? Kamu capek?""Tidak. Kamu yang seharusnya istirahat," balas Ayara."Aku masih sanggup," balas Cashel, "kita juga belum boleh berhenti, karena polisi pasti sudah menyebarkan informasi ke beberapa kota terdekat."Ayara mengangguk, dalam hati ia merasa sedih karena harus melibatkan Cashel dalam masalahnya. Sementara Cashel sendiri memiliki masalah yang lumayan berat berkaitan masa depan hidupnya.Malam semakin merayap. Ayara dan Cashel berhenti di sebuah rumah sederhana di pinggiran hutan. Tubuh keduanya sudah sangat letih, ketika seorang pria dengan perawakan tinggi besar menyambut keduanya. Itu adalah salah seorang sahabat Cashel yang dulu pernah peroleh bantuan darinya. Malam itu mereka menginap di rumah te

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 37. Buronan

    Cashel benar-benar merasa geram ketika melihat motor dan mobilnya telah dirantai dengan kuat di garasi miliknya. Dia tidak pernah menyangka Nawang Nehan ayahnya benar-benar tega melakukan ancamannya. Bahkan di saat duka kehilangan ibunya belum hilang dari hati Cashel.Ditariknya rantai itu dengan penuh kemarahan, namun benda itu sama sekali tidak bergerak."Siapa yang melakukan ini?" Teriaknya. Penjaga Gerbang Dalam tergopoh mendekati."Siapa yang melakukan ini?" ulang Cashel seraya meraih kerah baju penjaga yang mendekatinya."Saya sungguh tidak tahu, Tuan," jawab penjaga dengan napas tersengal."Bagaimana kamu tidak tahu, sedangkan kamu yang berjaga di sini?" Cashel melepaskan cengkeramannya dengan kasar. Penjaga terjatuh beberapa langkah ke belakang."Maafkan saya, Tuan, saya sungguh tidak tahu," gumamnya sekali lagi, seraya menggeleng pelan.Sama sekali tak terlintas di benak Cashel, ayahnya yang selama ini bersikap lembut kepadanya dan kepada semua anak-anaknya, kini bisa sejahat

  • TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA    Part 36. Misteri Kematian Hyuna Sada

    PART 35. Misteri Kematian Hyuna Sada Ayara melepas tatapan penuh kebencian kepada Arlo. Hatinya sungguh terluka, pria itu sama sekali tidak pernah bisa menghargai perjuangannya, yang sudah berusaha totalitas melayaninya. Dia tidak pernah menyangka, ternyata selama ini Arlo hanya memandangnya tidak lebih dari seorang budak belian jaman dahulu kala. Yang tidak mengapa dimiliki dan dilepas kapanpun dia mau. Sekuat tenaga Ayara menahan air matanya, agar tidak menetes di depan pria, yang mulai detik itu, akan dia anggap sebagai musuh terbesarnya. Selamanya. Ayara berjalan mengikuti langkah polisi, yang membawanya dengan kedua tangan diborgol. Tak dipedulikannya bisik-bisik beberapa pelayan yang melihat kejadian tersebut. Saat mereka hampir keluar dari Gerbang Dalam, sebuah suara memanggil nama Ayara. Mereka berhenti sebentar, untuk memberi kesempatan sosok yang memanggil itu mendekat. “Apa yang terjadi?” Gemetar suara itu bertanya. Dia tidak percaya anak yang dulu dia rawat dan besarka

DMCA.com Protection Status