Aksa tersenyum seraya membawa pesanan Yeara ke kamarnya, Yeara yang melihat itu langsung duduk. "Ini pesanannya sudah datang istriku," ucap Aksa, Yeara tersenyum lalu mengambil alih makanan di tangan Aksa setelah menaruh meja lipat di hadapannya."Cepet banget kak Aksa," ucap Yeara. "Cepet dong," jawab Aksa. Saat sedang makan bersama tiba-tiba ponselnya berdering. Yeara sempat melihat nama Kevin di sana, tentu Yeara tahu siapa Kevin. Laki-laki itu adalah teman Aksara saat Aksara masih menjadi anggota geng motor. "Sebentar ya, Ya?" ucap Aksa lalu keluar dari kamar, Yeara mengerutkan keningnya. Mengapa Kak Aksa menjauh hanya karena ingin mengangkat panggilan dari Kevin? Sudahlah mungkin saja penting. Yeara tidak boleh berpikir yang tidak-tidak, bagaimana pun juga Kevin tetap teman Aksa."Halo, Vin" ucap Aksa setelah keluar dari kamarnya, "gue udah dapet lokasi Raihan," jawab Kevin dari seberang telepon."Thanks Vin," ucap Aksa setelah melihat notifikasi dari Kevin, karena Kevin baru s
Aksa telah tiba di kafe Gavin Atmaja, ia menyuruh Kevin untuk datang ke kafe milik Gavin, Gavin sebelumnya sudah di beritahu Aksa laki-laki itu langsung pergi menemui Aksa dan Kevin."Lo berdua mau minum apa?" tanya Gavin, "gue americano aja" jawab Aksa. "Gue es latte aja banyakin susunya" ucap Kevin."Oke, tunggu ya" ucap Gavin.Setelah kepergian Gavin akhirnya Kevin buka suara."Apa rencana Lo selanjutnya?" tanyanya. Aksa menghela nafas lirih kemudian menatap Kevin, "jujur gue sendiri gak tau harus mulai dari mana Vin, gue udah gak mau terlibat di dunia motor, sekarang gue udah punya istri, gue gak bisa terus-terusan kaya gini" ujar Aksa. "Tapi hal yang terjadi sama Jeffran itu udah jadi masalah gue juga apalagi Raihan udah terlalu keterlaluan hingga melibatkan orang tak bersalah seperti Lea, gue bakal ngomong sama Raihan—""Percuma Sa, Raihan bukan tipe orang yang mau di nasehatin, dia malah akan berbalik gangguin Lo juga, mungkin aja istri Lo juga bakal di gangguin sama Raihan, p
Gavin Atmaja akhirnya tiba di kafenya, ia baru saja ke kampusnya setelah menyelesaikan tugas, di kafe terlihat Jiha tengah melayani pelanggan sementara itu di seberang Dean tengah bermain game seorang diri. Gavin lantas menghampiri Dean lalu duduk di hadapan Dean."Mama minta Lo pulang ke Bali," ujar Gavin tiba-tiba. "Buat apa?" jawab Dean ketus. "Lo gak boleh gitu lah Dean, bagaimana pun juga itu Mama Lo" ujar Gavin."Mama? Bang Gavin koma mereka gak dateng, cuma Bang Gavin yang aku anggap keluarga disini" jawab Dean tanpa melepaskan atensinya dari layar ponselnya. "Gue tau Lo marah, tapi ini gak baik Dean, mungkin aja mereka sibuk kan sampai gak bisa ke Jakarta" ucap Gavin."Terserah, gue gak mau pulang" final Dean lalu berdiri meninggalkan Gavin, sementara itu Gavin menghela nafas lelah. Jiha yang melihatnya akhirnya menghampiri Gavin. "Dean marah?" tanya Jiha. "Iya, Lo nanti bantu ngomongin Dean deh, tuh bocah keras kepala banget," ujar Gavin.Jiha lantas menatap keluar jendela, J
Jeffran menatap foto Lea yang terpajang di kamarnya, laki-laki itu sangat menyayangi Lea. Jeffran berjanji akan membalas perbuatan Raihan. Ia tidak akan pergi begitu saja sebelum membalas Raihan."Jeffran kita makan dulu yuk" ucap Aksa di ambang pintu kamar Jeffran yang terbuka. "Oke," ucap Jeffran. Siang itu Jeffran, Aksa dan Yeara makan bersama. "Ra, lo mau lanjut kuliah dimana?" tanya Jeffran memecahkan keheningan. Karena sejak tadi mereka tidak ada yang mulai bicara."Aku mau ke kampus kalian, ambil bahasa" jawab Yeara. "oh, kirain Lo mau lanjut sekolah di London" ucap Jeffran. "Jangan gue gak mau LDR soalnya" ucap Aksa. Semua orang tertawa mendengar ucapan Aksa."Hari ini gue mau ke kafe Gavin, lo berdua mau ikut gak?""Gue sih bisa," jawab Aksa seraya menatap Yeara."Kalian pergi aja, udah lama kan gak ngumpul bareng hari ini Yea mau di rumah aja" jawab perempuan itu. "Gak papa sayang?" tanya Aksara, sejujurnya ia tidak enak harus meninggalkan Yeara. "Gak papa kak Aksa ngumpu
"Brengsek!" Jeffran membanting ponselnya ke kasur saat mendengar suara Raihan, Jeffran buru-buru mengemasi baju-bajunya malam ini ia akan ke Bali menemui Lea, namun belum selesai mengemasi barang-barangnya ponselnya berbunyi kembali, ada panggilan dari Lea."Lea..." "Jeffran, aku ke jakarta ikut kamu ya... aku takut ada Raihan" ucap Lea dari seberang telepon."Aku jemput kamu sekarang," ucap Jeffran seraya memasukkan baju-bajunya ke koper."Gak usah, aku udah di pesawat sekarang" ucap Lea, Jeffran menatap layar ponselnya yang menyala, sudah pukul 8 malam. "Kalo udah sampe telpon aku lagi," ujar Jeffran lalu sambungan pun terputus.Jeffran akhirnya keluar dari kamarnya, ia terkejut melihat Papi berdiri di hadapannya dan sudah ada Aksa dan Yeara di sana."Pa-Papi?" "Aksa sudah cerita semuanya ke Papi tentang masalah kamu dan Lea, Papi merasa tidak setuju jika kamu menikahi wanita itu, kamu bukan orang yang wajib bertanggung jawab atas anak di perut Lea, Jeffran! Masa depan kamu masih
Jeffran akhirnya menghela nafas lega saat Papi telah pergi dari rumah Aksa, laki-laki itu lantas menghampiri Aksa. "Lea kemana?" Tanya Jeffran, Yeara juga menghampiri Aksa."Lea di kamar Lo," Jawab Aksa, Jeffran lantas segera pergi ke kamarnya. Di sana Lea terlihat menangis, hal itu membuat Jeffran merasa khawatir."Kamu kenapa?"Lea lantas menatap Jeffran dengan raut kecewa, "kenapa kamu gak ngomong kalo Papi kamu gak setuju sama pernikahan kita?" Sumpah demi apapun Jeffran sangat takut sekarang, dia bukan tidak mau memberitahu, Jeffran akan memberitahu Lea ketika ia sudah siap. Namun saat itu pikiran Jeffran masih kalut."Kamu juga membangkang lagi kan?" Jeffran tidak menjawab."Jeffran, gak semua hal bisa di gampangkan, Papi jauh lebih butuh kamu di banding aku jadi jangan membangkang Papi demi aku..." ucap Lea. Wanita mana yang tega membuat anak laki-laki dalam suatu keluarga durhaka pada orang tuanya sendiri."Aku gak Papa Lea, aku yakin aku bisa buat Papi luluh dan setuju sama
Aksa dan Yeara akhirnya pulang setelah pukul 8 malam, Aksa tersenyum saat melihat Yeara yang begitu bahagia saat ini. Aksa telah berjanji pada dirinya sendiri tak akan membuat perempuan itu menangis. Aksa lantas menatap istrinya yang membuat Yeara bertanya, "kenapa kak Aksa?" "Nanti kita ke festival lentera lagi ya, tahun lalu kamu sudah mendoakan aku untuk selalu bahagia, aku juga ingin mendoakan kamu" ujar Aksa."Kak Aksa masih ingat?" "Ingat dong sayang, namun saat itu aku brengsek banget sampai ninggalin kamu gitu aja," ucap Aksa, dulu ia meninggalkan Yeara yang tengah sakit demi mengejar Mira yang kala itu ia lihat di festival lentera. Yeara hanya tersenyum lalu membawa Aksa kedalam pelukannya."Kak Aksa jangan inget yang sedih-sedih terus, sekarang kan kita udah bahagia" ujar Yeara, Aksa pun menatap wajah istrinya lalu mengusap rambut Yeara dengan lembut. "Kita harus tetep sama sama terus ya sayang?" ucap Aksa, Yeara hanya menganggukkan kepalanya meskipun Aksa sudah terlalu s
Jeffran masih kesal dengan Kedatangan Raihan, mengapa laki-laki itu bisa di sana? Apa sekarang Raihan mulai memata-matai Lea? laki-laki itu lantas menatap Lea sebentar."Raihan belum punya nomor kamu kan?" Tanya Jeffran memastikan. Lea lantas menggelengkan kepalanya, " gak ada, emak kenapa?""Aku takut Raihan mata-matain kamu," jawab Jeffran."Maksud kamu Raihan jadi stalker?" "Iya," jawab Jeffran. Lea juga khawatir Raihan akan berbuat hal lebih dari ini. Lea tidak mau sampai Jeffran kenapa-kenapa, apa kabur adalah solusi yang tepat, namun Lea tidak setega itu untuk mengambil seorang anak laki-laki dari Ayahnya. Lea tidak mau Jeffran durhaka pada Ayahnya sendiri meskipun Jeffran melakukan ini untuk melindungi Lea. Jeffran sudah memberitahu Aksa, Gavin dan Kevin jika Raihan mengikuti Lea. Tindakan Raihan sudah tidak bisa dibiarkan lagi Jeffran harus melakukan sesuatu. ••• Aksa dan Yeara berada di kafe Gavin setelah mendapatkan kabar dari Jeffran bahwa Raihan mengikuti Lea. Aksa san
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang