Berakhirlah mereka berdua di apartemen Aksa, laki-laki itu sedang mengambil es untuk mengompres wajah Annaya.
Gadis itu masih duduk di sofa seraya memainkan ponselnya, mensecroll aplikasi X, sesekali tertawa saat ada video lucu yang lewat di berandanya.Aksa yang baru saja kembali dari Dapur membuat Annaya terkejut, gadis itu lantas mematikan layar ponselnya, ia menatap Aksa yang sudah duduk tepat disebelahnya."Sini..."Annaya mendongak, agar Aksa bisa melihat wajahnya, laki-laki yang lebih tinggi dari Annaya itu mulai mengompres wajah Annaya dengan hati-hati, gadis itu tersenyum pasalnya wajah Aksa memerah."Kenapa merah wajahnya?""Ekhem..." Aksa mengalihkan pandangannya, bahkan ia menolak kontak mata dengan Annaya saat gadis itu menarik wajah Aksa agar menghadap kearahnya."Jangan pancing saya Ann," peringat Aksa, gadis itu semakin gemas."Utu... Lucu banget sih pipinya!" Ujar Annaya seraya menoel-noel pipiAnnaya memutuskan untuk kembali ke rumahnya, gadis itu bahkan sudah menyuruh Nathan Aksa pergi, padahal laki-laki itu khawatir akan terjadi sesuatu nantinya.Annaya lantas menghentikan langkahnya saat melihat keberadaan Papa di depan matanya, Annaya yakin mama tirinya sudah menceritakan semuanya pada Papa, tentang Annaya yang dituduh mencuri dan tentang Annaya yang tidak mau mengakui kesalahannya yang pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari sekolah."Annaya, papa perlu bicara." Aura sang Papa sudah berubah, Annaya yakin Papa akan memarahinya. Annaya lantas menghela nafas lirih ketika melihat kedatangan Ibu tiri dan saudari tirinya.Annaya menatap Nabila yang tidak berangkat sekolah juga, ini aneh...."Papa memutuskan untuk memindahkan kamu ke Australi—"Annaya membelalakkan matanya, "Pah! Kenapa?" Gadis itu bahkan tidak percaya Papa nya akan bertindak sejauh ini."Papa mau buang Annaya?" Laki-laki dewasa itu berdiri, "Bukan se
Yeara saat ini tengah menemani Aksa yang baru saja di pindah ke ruang rawat. Aksa terlihat tengah tertidur sementara Yeara tengah menatap wajah damai pria itu.Gadis itu tersenyum lalu meraih tangan Aksa, beberapa saat kemudian Gavin datang ia tersenyum melihat Yeara."Yea, gimana keadaan Aksa?" tanya laki-laki itu."Kak Aksa udah sadar, kak Aksa baru minum obat dan sekarang udah tidur" jelas Yeara."Syukur deh, lo makan dulu gue udah bawa pesanan Dean, oh ya Dean kemana?" Tanya Gavin karena tidak melihat Dean di ruangan itu."Dean lagi ke toilet kak," jawab Yeara. Baru saja di bicarakan anak laki-laki itu akhirnya datang."Eh bang Gavin udah sampe, Rara makan dulu ayo" ucap Dean. "Makan dulu gih," ucap Gavin. Yeara akhirnya berdiri lalu menghampiri Dean yang tengah duduk di sofa. Sementara Gavin sekarang menggantikan posisi Yeara.Gavin lantas menatap Aksa."Sa, Lo jangan sakit sakit kaya gini lah. Kampus sepi tau gak ada lo," ujar Gavin walaupun ia tahu Aksa tidak mungkin mendengar
Yeara saat ini tengah menyuapi Aksa dengan bubur yang di sediakan oleh rumah sakit. "Satu lagi sayang," ucap Yeara karena sedari tadi Aksa menolak suapan dari Yeara. Mulutnya masih terasa tidak enak untuk menelan apapun.Laki-laki itu tersenyum, "tadi kamu panggil aku apa?" tanyanya dengan nada menggoda, Yeara yang menyadari hal itu lantas segera menggelengkan kepalanya."Aku? memangnya aku ngomong apa?" ucap Yeara hampir gelagapan sendiri, Aksa lantas tertawa."Sayang?" "Enggak itu cuma keceplosan aja, kak Aksa" ucap Yeara dengan pipi yang sudah seperti kepiting rebus."Emangnya kenapa sih kalo panggil suami sayang?" ucap Aksa. "Sini-sini..." Yeara pun menaruh mangkuk bubur milik Aksa di meja lalu ia menghampiri Aksa dan duduk di ranjang Aksa. Laki-laki itu merentangkan kedua tangannya lalu memeluk Yeara seperti anak kecil."Yea..., didalam mimpi aku yang panjang aku cium kamu, meskipun disana nama kamu Annaya aku semakin yakin bahwa Annaya yang kutemui adalah kamu" ucap Aksa."Ak
Mama Aksa pagi itu langsung ke rumah Aksa ketika mendapat kabar putranya telah kembali ke rumah, perempuan itu mematung di depan pintu kamar putranya ketika melihat pemandangan di hadapannya."Yaampun Aksa Aksa kenapa gak di kunci sih?" gumam Mama seraya tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. "Loh gak jadi, Ma?" Papa tiba-tiba datang, Mama lantas membalikkan tubuhnya, "nanti aja Papa bantuin Mama masak aja ayok" ujar Mama seraya menarik lengan Papa. "Papa masak Ma? yang benar aja Ma..." ucap Papa, "Memang kenapa kalau Papa masak buat anak dan menantu Papa?" Papa lantas menggelengkan kepalanya, "takut gak enak Ma" "Oh, kamu meremehkan saya?" "Ih bukan gitu loh, Ma...""Udah Papa percaya aja sama, Mama""Iya iya, tapi Papa gak mau potong bawang ya?" Mama yang gemas lantas meninju dada Papa dan berjalan lebih dulu menuju dapur, untung sebelum kesini Mama sudah belanja karena tahu rumah ini di biarkan kosong apalagi Jeffran juga tidak ada di rumah setiap saat. ••• TERPAKSA MENIKA
"Kamu masih sakit?" Tanya Aksa ketika memasuki kamarnya, terlihat Yeara tengah meringkuk di kasurnya. Aksa lantas mendekat lalu mengelus kepala istrinya."Maafin aku ya Yea..." ucap Aksa. Gadis itu menggelengkan kepalanya lalu menarik tangan Aksa dan menciumnya."Aku gak papa kak Aksa, nanti juga gak sakit lagi" ucap Yeara."Ya udah, em... kamu mau jajan apa? biar aku beliin nanti makannya di kamar" ucap Aksa. Yeara tersenyum."Yang pedes boleh?""Boleh dong sayang," ucap Aksa."Mau takoyaki, mau telur gulung, mau seblak, mau sosis, mau ceker setan" "Boleh, tapi kamu bisa habisin semuanya?""Kan makannya sama Mama ada Papa juga kan, kak Aksa juga harus bantu makan hehe..." ucap Yeara."Oke oke, aku ambil handphone dulu di bawah ya..." ucap Aksa lalu meninggalkan kamarnya.Setelah di dapur ia melihat ponselnya menyala beberapa saat kemudian berbunyi, ada nama Jeffran di sana. Aksa lantas segera mengangkatnya."Sa..." ucap Jeffran."Lo dimana Jeff, semua orang nyariin lo tau gak?! bahk
Aksa tersenyum seraya membawa pesanan Yeara ke kamarnya, Yeara yang melihat itu langsung duduk. "Ini pesanannya sudah datang istriku," ucap Aksa, Yeara tersenyum lalu mengambil alih makanan di tangan Aksa setelah menaruh meja lipat di hadapannya."Cepet banget kak Aksa," ucap Yeara. "Cepet dong," jawab Aksa. Saat sedang makan bersama tiba-tiba ponselnya berdering. Yeara sempat melihat nama Kevin di sana, tentu Yeara tahu siapa Kevin. Laki-laki itu adalah teman Aksara saat Aksara masih menjadi anggota geng motor. "Sebentar ya, Ya?" ucap Aksa lalu keluar dari kamar, Yeara mengerutkan keningnya. Mengapa Kak Aksa menjauh hanya karena ingin mengangkat panggilan dari Kevin? Sudahlah mungkin saja penting. Yeara tidak boleh berpikir yang tidak-tidak, bagaimana pun juga Kevin tetap teman Aksa."Halo, Vin" ucap Aksa setelah keluar dari kamarnya, "gue udah dapet lokasi Raihan," jawab Kevin dari seberang telepon."Thanks Vin," ucap Aksa setelah melihat notifikasi dari Kevin, karena Kevin baru s
Aksa telah tiba di kafe Gavin Atmaja, ia menyuruh Kevin untuk datang ke kafe milik Gavin, Gavin sebelumnya sudah di beritahu Aksa laki-laki itu langsung pergi menemui Aksa dan Kevin."Lo berdua mau minum apa?" tanya Gavin, "gue americano aja" jawab Aksa. "Gue es latte aja banyakin susunya" ucap Kevin."Oke, tunggu ya" ucap Gavin.Setelah kepergian Gavin akhirnya Kevin buka suara."Apa rencana Lo selanjutnya?" tanyanya. Aksa menghela nafas lirih kemudian menatap Kevin, "jujur gue sendiri gak tau harus mulai dari mana Vin, gue udah gak mau terlibat di dunia motor, sekarang gue udah punya istri, gue gak bisa terus-terusan kaya gini" ujar Aksa. "Tapi hal yang terjadi sama Jeffran itu udah jadi masalah gue juga apalagi Raihan udah terlalu keterlaluan hingga melibatkan orang tak bersalah seperti Lea, gue bakal ngomong sama Raihan—""Percuma Sa, Raihan bukan tipe orang yang mau di nasehatin, dia malah akan berbalik gangguin Lo juga, mungkin aja istri Lo juga bakal di gangguin sama Raihan, p
Gavin Atmaja akhirnya tiba di kafenya, ia baru saja ke kampusnya setelah menyelesaikan tugas, di kafe terlihat Jiha tengah melayani pelanggan sementara itu di seberang Dean tengah bermain game seorang diri. Gavin lantas menghampiri Dean lalu duduk di hadapan Dean."Mama minta Lo pulang ke Bali," ujar Gavin tiba-tiba. "Buat apa?" jawab Dean ketus. "Lo gak boleh gitu lah Dean, bagaimana pun juga itu Mama Lo" ujar Gavin."Mama? Bang Gavin koma mereka gak dateng, cuma Bang Gavin yang aku anggap keluarga disini" jawab Dean tanpa melepaskan atensinya dari layar ponselnya. "Gue tau Lo marah, tapi ini gak baik Dean, mungkin aja mereka sibuk kan sampai gak bisa ke Jakarta" ucap Gavin."Terserah, gue gak mau pulang" final Dean lalu berdiri meninggalkan Gavin, sementara itu Gavin menghela nafas lelah. Jiha yang melihatnya akhirnya menghampiri Gavin. "Dean marah?" tanya Jiha. "Iya, Lo nanti bantu ngomongin Dean deh, tuh bocah keras kepala banget," ujar Gavin.Jiha lantas menatap keluar jendela, J
Aksa dan teman-temannya telah tiba di lokasi yang Raihan berikan padanya. Aksa mengerutkan keningnya karena lokasi ini mengarah ke gedung pameran. "Gedung pameran Sa?" ucap Kevin. Aksa lantas segera turun dari motor Kevin, "serius di sini?" tanya Mark memastikan. "Iya, disini" jawab Aksa. "Udah masuk aja," ucap Chandra, teman Aksa yang lainnya. "iya kita masuk aja bang," ucap Juna. Aksa dan yang lain akhirnya masuk ke gedung pameran. Raihan's Galery. Aksa membaca setiap sudut ruangan, pameran ini merupakan pameran milik Raihan. Raihan memang di kenal memiliki hobi melukis. "Darah?" ucap Juna tiba-tiba saat tak sengaja menginjak sesuatu di lantai, "cat bego!" ucap Chandra seraya memukul kepala Juna. "Sakit bego!" kesal Juna. Lalu akhirnya mereka melanjutkan masuk ke gedung itu, di sana masih sepi dan ruangan terlihat kosong. "Raihan sialan, kayanya ini jebakan" ucap Kevin yang sudah kesal. "Kita keluar sekarang," ucap Aksa namun Kevin tiba-tiba menahan lengannya. "
Aksa dan Jeffran langsung pergi ke Bandung untuk menemui Raihan ketika Mama Aksa yang di Bandung memberitahu Aksa bahwa Yeara di bawa Raihan pergi. Aksa jelas sangat khawatir sekarang, laki-laki itu sedari tadi terus menggigit jarinya, hal itu membuat Jeffran juga ikut khawatir. "Raihan sialan!" ucap Jeffran. "Sa, sa hati hati depan lo!" ucap Jeffran ketika Aksa hampir menabrak pedagang kaki lima. Aksa benar-benar tidak fokus saat ini, ia memikirkan bagaimana keadaan Yeara saat ini, apakah perempuan itu baik-baik saja? pasti Yeara sangat ketakutan saat ini. "Sa, gue aja yang nyetir" ucap Jeffran yang menyuruh Aksa menepikan mobilnya. "Gue gak akan maafin Raihan kalo dia berani nyentuh Yeara!" ucap Aksa."Gue tahu lo lagi marah, lo pinggirin dulu mobilnya" ucap Jeffran, Aksa pun menepikan mobilnya lalu keluar dan bertukar tempat dengan Jeffran."Yeara pasti ketakutan Jeff," ujar Aksa. "lo tenang aja gue ngebut sekarang," ucap Jeffran.•••Akhirnya Jeffran dan Aksa telah tiba di Ban
Hari ini Yeara telah berada di salah satu universitas terkenal di Bandung - ITB. Ia dan Mama berada di fakultas seni rupa dan desain. "Ma, bagus banget Yea jadi pengen masuk ITB," ucap gadis itu. "Terserah Rara aja mau di mana, Mama setuju banget kalo Rara mau kuliah di Bandung," jawab Mama Aksa. "Tapi kak Aksa gak akan setuju Ma," jawab Yeara. "Kamu tenang aja, masalah Aksa biar Mama yang urus yang terpenting Rara seneng di sini" ucap Mama. "Mama baik banget sama Rara" ucap Yeara lalu memeluk Mama Aksa. "Kamu kan juga anak Mama Rara, sudah pasti Mama sayang banget sama Rara..." "Makasih ya ma..." ucap Yeara. ••• TERPAKSA MENIKAH ••• "Jeff, lo kemana aja sih kemaren? gue gak liat Lo di kafe Gavin" ucap Aksa yang melihat Jeffran berada di ruang televisi. "Ketemu Papi," jawab Jeffran. "Serius, terus?" "Papi masih marah dan dia gak akan setuju kalo gue nikahin Lea, gue bingung Sa, gue gak tau harus apa, gue udah ngerusak hidup Lea, Lea harus menerima akibat dari
Aksa akhirnya pulang ke rumahnya, ia langsung menyambungkan panggilan video ke Yeara. "Kak Aksa kemana aja?" ucap Yeara dari seberang sana, "maaf ya sayang, aku habis ngampus terus langsung ke kafe Gavin" ucap Aksa seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju santai. "Kak Aksa gak mandi?" "Nanti aja, masih kangen sama kamu..." ucap Aksa. "kan bisa nanti lagi telponnya" ucap Yeara. "Gak papa kok Yea, nanti kak Aksa mandi" ucapnya. "Kak Aksa udah makan?" Tanya Yeara. "Belum, ini mau turun mau bikin pasta aja yang gampang," ucap Aksa seraya berjalan menuju dapur di lantai satu. "Jangan terlalu malam tidurnya, nanti habis makan kak Aksa mandi terus langsung tidur ya?" ujar Yeara dari seberang sana, "iya sayang... kamu juga, udah makan kan?" "Udah kok kak Aksa tadi sama Lea sama Mama juga," jawab Yeara. Aksa lantas menganggukkan kepalanya, "gimana sama persiapan tes nanti kamu mau tetep di Bandung atau mau nyoba daftar kampus di jakarta?" "Mau satu kampus sama
Hari ini seperti biasa Aksa datang ke Kampusnya, menjalani hari-harinya tanpa Yeara membuat Aksa tidak bersemangat. Tadi pagi padahal perempuan itu sudah menelponnya tapi bagi Aksa tetap saja kurang, karena tidak ada Yeara di sisinya."Aksa!" Itu adalah suara Gavin, Gavin juga baru saja berangkat dan akan mengikuti kelas sebentar pagi bersama Aksa. "Eh Naka kan itu?" ucap Gavin ketika melihat Naka keluar dari mobilnya. Aksa lantas menghampiri Naka yang juga akan mengikuti kelas, "Aksa?" ucap Naka. "Gebby baik baik aja kan? Yea telpon gue suruh nanyain keadaan Gebby" ucap Aksara, hal itu membuat Naka mengerutkan keningnya, "Gebby baik, dia juga udah di rumah sekarang" ujar Naka. "Makanya suruh istri Lo main ke rumah" ucap Naka."Yea lagi gak di jakarta, dia di Bandung" jawab Aksa."Yea di Bandung?" Naka tampak terkejut, "Iya lebih aman lah di sana, oh ya pulang nanti ke kafe Gavin ada yang mau gue omongin penting" ujar Aksa, Gavin yang mendengarkan hanya diam lalu tersenyum pada Naka
Saat ini Gavin Atmaja dan Dean Skala Pratama telah berada di alamat yang di berikan Raihan pada Gavin kemarin."Beneran gak nih alamatnya sepi amat?" Ucap Dean yang tidak yakin."Bener nih jalan Tulip no 105, bener yang ini," ujar Gavin seraya menyamakan kertas itu di papan alamat."Coba kalian masuk," ujar Aksa dari seberang sana. "Hem oke..." ucap Gavin dan Dean akhirnya mengikutinya dari belakang."Gak ke kunci?" Ucap Gavin saat mendorong gerbang rumah itu, "masuk aja." ucap Dean lalu mereka masuk ke dalam sana. Terlihat sangat sepi tidak ada orang di sana, Gavin sedikit khawatir sekarang ia merasa bahwa ini hanyalah jebakan saja."Kita balik sekarang," ucap Gavin."What's wrong?" Tanya Kevin dari seberang sana, "ini jebakan" ucap Gavin yang sudah panik dan sekarang mereka di kepung oleh beberapa orang berbaju hitam."F*CK!" Dean dan Gavin dapat mendengar suara Jeffran menyahut dari earphone mereka.Raihan tersenyum saat berjalan mendekati Gavin dan Dean. Tiba-tiba Raihan melempar
Nathan Aksa dan Jeffran akhirnya telah tiba di kafe milik Gavin, sudah ada motor Kevin di sana. Akhirnya mereka pun masuk kedalam kafe yang Gavin sengaja buat tutup. "Akhirnya Lo berdua Dateng juga," ucap Gavin. Gavin langsung memberikan secarik kertas pemberian Raihan pada Aksara. "Raihan nyuruh gue ke sana, menurut lo gimana?""Ikuti aja, buat Raihan percaya sama lo," jawab Aksara, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendekati Raihan. Dengan begitu akan semakin gampang untuk membongkar bisnis gelap milik Raihan dan keluarganya. "Lo yakin ini bukan jebakan?" tiba-tiba Kevin berbicara semua orang kini menatap Kevin yang sejak tadi diam saja."Jangan kaya gitu dong Vin, takut gue" ucap Gavin."Gue setuju sama bang Kevin, bisa jadi ini cuma jebakan" ucap Dean tanpa melepaskan atensinya dari game di hadapannya. "Gimana Sa menurut lo?" Tanya Jeffran."Gue punya rencana," ucap Aksa penuh misterius. "Apa rencana lo?" Aksa tersenyum seraya menatap Dean. Dean yang sejak tadi fokus p
Setelah berdiskusi dengan Jeffran dan Lea akhirnya hari ini Aksa dan Jeffran mengantar Yeara dan Lea ke Bandung. Hari ini mereka akan tinggal di rumah Mama Aksara. "Mama udah siapkan kamar buat Rara sama Lea, semoga kalian betah ya?" ujar Mama Aksara."Iya Ma," jawab Yeara."Iya Tante," jawab Lea.Jeffran lantas menatap Lea, "kamu beneran mau di Bandung sayang?" "Iya, Jeffran" jawab Lea.Sementara Aksa terlihat diam saja, laki-laki itu masih belum siap harus LDR dengan istrinya. Mereka baru saja bersama dan sekarang harus berpisah lagi, Yeara yang menyadari diamnya Aksa lantas mendekat."Kak Aksa kenapa?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengelus puncak kepala istrinya."Pasti aku bakal kangen banget," ucap Aksa tanpa melepaskan pandangannya pada Yeara. "Kan kalo libur kak Aksa bisa ke Bandung," ucap Yeara, Aksa lantas tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya iya, kak Aksa sama Jeffran mau pamit dulu ya kamu baik-baik di sini sama Lea" ucap Aksa.Yeara pun memeluk Aksa
Aksa menghela nafas kesal saat melihat luka di wajah istrinya karena pukulan Raihan. "Gak papa kak Aksa, gak sakit kok" ucap Yeara."Iya belum sakit, sakitnya besok ini" ucap Aksa seraya menempelkan obat antiseptik di kapas membuat perempuan itu meringis kerena perih."Lain kali jangan coba ngelawan sendiri, kalo perlu ulur waktu Raihan sampai aku atau Jeffran Dateng," omel Aksara. Perempuan itu memanyunkan bibirnya lalu menatap Aksa yang dengan telaten merawat lukanya."Kak Aksa, emang Raihan seberbahaya itu ya?" Tanya Yeara, Aksa lantas menghentikan kegiatannya lalu menatap istrinya."Bahaya," jawab Aksa lalu melanjutkan menempelkan plester di sisi bibir Yeara yang membengkak. Tamparan Raihan sampai membuat pipi Yeara memerah."Kamu harus tahu, Raihan adalah musuh bebuyutan ku dari jaman SMA, dia bukan sekedar anak geng motor, Raihan juga mengelola bisnis gelap yang jarang di ketahui orang awam seperti kita, hanya orang-orang