Nathan Aksa lantas menatap Annaya yang sekarang telah berada didalam mobilnya, gadis itu hanya menunduk murung. Aksa kemudian meraih tangan gadis itu, ada bekas merah disana, Aksa hanya menghela nafas lirih."Apaan sih lo!" Sentak Annaya seraya menyingkirkan tangan Aksa darinya."Saya hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja," ucap Aksa."Gak usah pegang-pegang, lo bukan dokter!" Kesal Annaya seraya melipat kedua tangannya di dada."Jadi, kalau saya dokter kamu mau disentuh saya?" Tanya Aksa."Apaan sih! Cepet jalan!" Aksa tersenyum, melihat Annaya marah seperti ini kenapa menggemaskan yah?"Ceritakan apa yang terjadi sama kamu tadi." Ujar Aksa seraya melajukan mobilnya.Astaga!Annaya baru ingat, bagaimana bisa om om tidak waras ini mengetahui rumahnya dan untuk apa dia ke rumah tadi?"Kenapa om bisa tahu rumah gue?" Tanya Annaya tidak sopan.Aksa tersenyum, setua itu kah dirinya?
"Pa, dia bukan Yeara, kenalkan, dia Annaya..." Ujar Nathan Aksa menengahi. Laki-laki dewasa itu menganggukan kepalanya, mana mungkin juga Yeara hidup kembali, Ini mustahil! Bahkan pada saat itu Papa Aksa yang mengantar sendiri ke tempat peristirahatan terakhir Yeara, tentu saja bersama Aksa dan Mama Aksa."Maaf, papa kira kamu Yeara." Sesal Papa."Gak pa-pa, om." Jawab Annaya."Kalau gitu papa pamit ke Bandung, papa harus membawa mama kamu untuk tinggal di sini."Aksa lantas mengangguk."Hati-hati, pah?""Iya." Jawab Papa Aksa lalu pergi dari sana, di belakang Aksa sedari tadi ada Rendy sahabatnya, laki-laki berwajah kalem itu hanya diam menatap Annaya dengan pandangan sulit diartikan."Mama lo di Bandung?" Tanya Annaya tiba-tiba.Nathan Aksa menganggukan kepalanya, "ini adalah rumah baru papa, dulu kami tinggal di Bandung, sedangkan papa hidup di London selama bertahun-tahun, hingga akhirnya beliau kembali ke I
"Annaya, saya minta maaf." Itu adalah kalimat yang gue denger saat Aksa menghampiri gue yang lagi ada di kamarnya, dari tadi malam gue selalu mengabaikan Aksa! Bodoamat! Dia udah berbuat mesum! Gue gak terima!"Anter gue sekolah!" Setelah mengatakan itu gue keluar dari kamarnya, Aksa sepertinya mengikuti gue dari belakang."Annaya, saya benar-benar minta maaf," bodoamat ya Aksa! Gue gak mau denger! "Annaya Raheallia Ozzara!" Gue secara refleks menghentikan langkah, kalian denger dia ngomong apa? Dia baru aja nyebut nama lengkap gue. Gue langsung balik badan, Aksa kelihatan kaget sendiri."Dari mana lo tau nama gue, brengsek!?"Aksa kelihatan gelagapan, gue bisa baca itu, satu hal yang gue tahu sekarang dari cowok ini, dia gak pandai berbohong! Kelihatan banget."Ann—""Jawab gue brengsek!" Hujat gue yang gak sopan ini, tapi untuk kali ini gue gak akan bersikap baik sama dia, pertama dia udah manggil nama gue dengan nama orang lain, kedua dia bilang gue sangat mirip dengan mendiang is
Berakhirlah mereka berdua di apartemen Aksa, laki-laki itu sedang mengambil es untuk mengompres wajah Annaya.Gadis itu masih duduk di sofa seraya memainkan ponselnya, mensecroll aplikasi X, sesekali tertawa saat ada video lucu yang lewat di berandanya.Aksa yang baru saja kembali dari Dapur membuat Annaya terkejut, gadis itu lantas mematikan layar ponselnya, ia menatap Aksa yang sudah duduk tepat disebelahnya."Sini..." Annaya mendongak, agar Aksa bisa melihat wajahnya, laki-laki yang lebih tinggi dari Annaya itu mulai mengompres wajah Annaya dengan hati-hati, gadis itu tersenyum pasalnya wajah Aksa memerah."Kenapa merah wajahnya?""Ekhem..." Aksa mengalihkan pandangannya, bahkan ia menolak kontak mata dengan Annaya saat gadis itu menarik wajah Aksa agar menghadap kearahnya."Jangan pancing saya Ann," peringat Aksa, gadis itu semakin gemas."Utu... Lucu banget sih pipinya!" Ujar Annaya seraya menoel-noel pipi
Annaya memutuskan untuk kembali ke rumahnya, gadis itu bahkan sudah menyuruh Nathan Aksa pergi, padahal laki-laki itu khawatir akan terjadi sesuatu nantinya.Annaya lantas menghentikan langkahnya saat melihat keberadaan Papa di depan matanya, Annaya yakin mama tirinya sudah menceritakan semuanya pada Papa, tentang Annaya yang dituduh mencuri dan tentang Annaya yang tidak mau mengakui kesalahannya yang pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari sekolah."Annaya, papa perlu bicara." Aura sang Papa sudah berubah, Annaya yakin Papa akan memarahinya. Annaya lantas menghela nafas lirih ketika melihat kedatangan Ibu tiri dan saudari tirinya.Annaya menatap Nabila yang tidak berangkat sekolah juga, ini aneh...."Papa memutuskan untuk memindahkan kamu ke Australi—"Annaya membelalakkan matanya, "Pah! Kenapa?" Gadis itu bahkan tidak percaya Papa nya akan bertindak sejauh ini."Papa mau buang Annaya?" Laki-laki dewasa itu berdiri, "Bukan se
Yeara saat ini tengah menemani Aksa yang baru saja di pindah ke ruang rawat. Aksa terlihat tengah tertidur sementara Yeara tengah menatap wajah damai pria itu.Gadis itu tersenyum lalu meraih tangan Aksa, beberapa saat kemudian Gavin datang ia tersenyum melihat Yeara."Yea, gimana keadaan Aksa?" tanya laki-laki itu."Kak Aksa udah sadar, kak Aksa baru minum obat dan sekarang udah tidur" jelas Yeara."Syukur deh, lo makan dulu gue udah bawa pesanan Dean, oh ya Dean kemana?" Tanya Gavin karena tidak melihat Dean di ruangan itu."Dean lagi ke toilet kak," jawab Yeara. Baru saja di bicarakan anak laki-laki itu akhirnya datang."Eh bang Gavin udah sampe, Rara makan dulu ayo" ucap Dean. "Makan dulu gih," ucap Gavin. Yeara akhirnya berdiri lalu menghampiri Dean yang tengah duduk di sofa. Sementara Gavin sekarang menggantikan posisi Yeara.Gavin lantas menatap Aksa."Sa, Lo jangan sakit sakit kaya gini lah. Kampus sepi tau gak ada lo," ujar Gavin walaupun ia tahu Aksa tidak mungkin mendengar
Yeara saat ini tengah menyuapi Aksa dengan bubur yang di sediakan oleh rumah sakit. "Satu lagi sayang," ucap Yeara karena sedari tadi Aksa menolak suapan dari Yeara. Mulutnya masih terasa tidak enak untuk menelan apapun.Laki-laki itu tersenyum, "tadi kamu panggil aku apa?" tanyanya dengan nada menggoda, Yeara yang menyadari hal itu lantas segera menggelengkan kepalanya."Aku? memangnya aku ngomong apa?" ucap Yeara hampir gelagapan sendiri, Aksa lantas tertawa."Sayang?" "Enggak itu cuma keceplosan aja, kak Aksa" ucap Yeara dengan pipi yang sudah seperti kepiting rebus."Emangnya kenapa sih kalo panggil suami sayang?" ucap Aksa. "Sini-sini..." Yeara pun menaruh mangkuk bubur milik Aksa di meja lalu ia menghampiri Aksa dan duduk di ranjang Aksa. Laki-laki itu merentangkan kedua tangannya lalu memeluk Yeara seperti anak kecil."Yea..., didalam mimpi aku yang panjang aku cium kamu, meskipun disana nama kamu Annaya aku semakin yakin bahwa Annaya yang kutemui adalah kamu" ucap Aksa."Ak
Mama Aksa pagi itu langsung ke rumah Aksa ketika mendapat kabar putranya telah kembali ke rumah, perempuan itu mematung di depan pintu kamar putranya ketika melihat pemandangan di hadapannya."Yaampun Aksa Aksa kenapa gak di kunci sih?" gumam Mama seraya tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. "Loh gak jadi, Ma?" Papa tiba-tiba datang, Mama lantas membalikkan tubuhnya, "nanti aja Papa bantuin Mama masak aja ayok" ujar Mama seraya menarik lengan Papa. "Papa masak Ma? yang benar aja Ma..." ucap Papa, "Memang kenapa kalau Papa masak buat anak dan menantu Papa?" Papa lantas menggelengkan kepalanya, "takut gak enak Ma" "Oh, kamu meremehkan saya?" "Ih bukan gitu loh, Ma...""Udah Papa percaya aja sama, Mama""Iya iya, tapi Papa gak mau potong bawang ya?" Mama yang gemas lantas meninju dada Papa dan berjalan lebih dulu menuju dapur, untung sebelum kesini Mama sudah belanja karena tahu rumah ini di biarkan kosong apalagi Jeffran juga tidak ada di rumah setiap saat. ••• TERPAKSA MENIKA