"Iya, Jeffran keluar dari kampus tadi pagi," ujar sang Dekan, Aksa dan Yeara malam ini pergi menemui dekan kampusnya. Mereka harus mendengar fakta menyakitkan bahwa Jeffran telah melakukan kesalahan besar sebelum laki-laki itu memilih mundur dari kampus. Sekarang Aksa dan Yeara dalam perjalanan pulang, mereka sedang berjalan beriringan di jalan yang telah sepi, bayangkan saja ini sudah hampir tengah malam, rumah sang Dekan memang jauh dari kota. Jadi sangat terasa sekali sepinya. Bahkan mobil mereka di parkirkan di ujung gang karena mobil mereka dilarang masuk ke area perumahan milik Dekan tersebut.Yeara lantas menatap Aksa yang masih menundukkan kepalanya, gadis itu tahu Aksa sangat khawatir karena bagaimanapun juga Jeffran adalah orang yang paling dekat dengan Aksa selama ini.Tiba-tiba Aksa menghentikan langkahnya, ia pun menatap Yeara."A-ada apa?" Tanya Yeara gugup."Ayo gue anter pulang-""Terus, setelah ini kamu mau kemana?" Sela Yeara cepat."Ada tempat yang harus gue dateng
"Brengsek!" Tar!Harlen Stevanus baru saja membanting vas bunga di apartemennya, laki-laki itu sangat kesal mengingat kejadian kemarin. Yeara sangat bodoh ikut Aksa pulang, padahal laki-laki dingin itu telah melukai perasaannya berulang kali. Apa hebatnya Aksa? Apa yang membuat Yeara tergila-gila dengan laki-laki itu, Harlen sangat tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Yeara. "Hey, what wrong with you?" Ujar gadis yang sedari tadi menatap Harlen di sofa kamar laki-laki itu."Please, leave me alone Mira" Jawab Harlen yang menyuruh Mira segera pergi dari sana. Karena, pikiran Harlen sedang kalut sekarang."No, before you tell me what happened?" "Gue lagi gak pengen diganggu, do you understand?" Mira lantas tersenyum, lalu ia bangkit dari tempat duduknya, gadis itu menghampiri Harlen."Jangan lukai diri kamu sendiri," ujar gadis cantik itu membuat Harlen terdiam menatap Mira yang telah hilang dibalik pintu. "Argh!!!" Geram Harlen kesal seraya melempar semua barang-barangnya di ata
"Raihan....."laki-laki bersurai hitam itu membalikkan tubuhnya, ia menatap Jeffran yang masih duduk dengan tatapan gelisah."Gue akan lakuin apapun asal bukan misi ini," ujar Jeffran kemudian. Jeffran sudah benar-benar frustasi."Lo yakin apapun?""Iya gue akan lakuin apapun kecuali misi ini, gue gak bisa." Jawab Jeffran, Jeffran berharap Raihan masih memiliki hati nurani."Terjun dari jembatan malam nanti, gue akan menyaksikan jasad lo mengapung di air." Ujar Raihan tanpa belas kasih lalu pergi meninggalkan Jeffran yang telah kalut.laki-laki bersurai hitam legam itu menghela nafas berat, Jeffran sungguh tidak tahu harus berbuat apa sekarang.•••Yeara tengah mengeluh kesakitan pada perutnya, Yeara bodoh telah memakan buah strawberry dalam keadaan perut kosong, gadis itu sangat sensitif terhadap asam, Yeara bisa nyeri perut jika sudah mengkonsumsi makanan mengandung asam.Aksa lantas menghampiri Yeara yang tengah duduk di sofa televisi, laki-laki itu membawa satu botol air putih ber
“Jangan benci dengan takdir.”— Gavaniel Nathan Aksara.•••Pukul 23.15, Yeara telah sadar dari pingsannya, saat bangun ia melihat mama dan papanya. Lantas gadis bersurai merah yang kini warnanya telah memudar itu langsung menanyai keberadaan Suaminya."Kak Aksa dimana ma, pa?" Kedua orang tua Yeara menundukkan kepalanya, tak berani mengatakan sesungguhnya apa yang terjadi pada Aksara saat ini."Ma, pa hiks..." Dengan diamnya Mama Yunna dan Papa, membuat gadis itu semakin takut, pasti ada sesuatu yang terjadi pada Nathan Aksa."Mama, Kak Aksa dimana hiks...""Aksa..." Ucap mama menggantung, jujur mama tidak berani mengatakan yang sesungguhnya pada Yeara.Gadis itu memilih untuk beranjak dari ranjang rumah sakit, melepas selang infusnya dengan kasar, bahkan kedua orang tua Yeara melihat ada darah yang mengalir dari punggung tangan Putri semata wayangnya."Rara..."Yeara berlari keluar dari kamar inapnya, sampai langkahnya terhenti karena melihat orang-orang menangis di depan ruang operas
Gadis itu terkejut saat melihat sosok orang yang ia lamunkan tengah berdiri menatapnya. "Yumna?"Yumna lantas tersenyum lalu menghampiri Yeara, "udah ganti warna rambut juga lo?" Ucap Yumna seraya duduk dihadapan Yeara dan gadis itu hanya tersenyum sebagai jawaban. Sudah lama Yeara tidak melihat Yumna begitupun sebaliknya."Lo dari mana aj—" Yeara dan Yumna menghentikan ucapannya, lalu tertawa bersama."Lo dulu," ucap Yumna."Enggak, lo dulu aja." Sahut Yeara."Oke oke...Ra, gue mau minta maaf." Ujar Yumna penuh penyesalan, Yeara langsung menggeleng, "enggak, seharusnya gue yang minta maaf sama lo karena—""Enggak Yeara, gue akhirnya sadar bahwa Aksa bukan jodoh gue, dia adalah laki-laki yang diciptakan Tuhan menjadi jodoh lo, maaf karena selama ini gue selalu mengusik lo—" Sesal Yumna."Lo gak pernah mengusik gue Yumna, lo bahkan udah lama menghilang," sela Yeara.Yumna menunduk sedih, "gue gak ada keberanian menampakan diri dihadapan lo, justru gue selalu merencanakan hal buruk bua
"Aksa," panggil Jeffran dari tangga saat melihat Aksara tengah menonton televisi bersama Gavin Atmaja. Lantas kedua laki-laki itu menoleh kebelakang."Apa?""Mira dia—""Gue gak mau denger apapun." Jawab Aksa.Jeffran yang merasa kesal pun menuruni tangga, "denger dulu bangsat! Gue lagi serius nih." Ujar Jeffran, Gavin yang mendengar itu hanya mengedikan bahunya, ia sedang tidak ingin ikut campur dalam urusan Nathan Aksara lagi, sudah cukup ia mengikuti permainan Aksa selama satu bulan ini. "Gue denger tiap hari Mira dateng ke pemakaman lo." Ujar Jeffran kemudian.Aksa yang mendengar itu lantas menoleh, "serius?" Dan Jeffran hanya mengangguk sebagai jawaban."Tega lo Sa, Mira lagi sakit lo bohongin." Ujar Gavin."Diem! Lo gak tau apa-apa kenapa gue bisa semarah ini ke Mira!" ujar Aksa."Iya tau tau." Jawab Gavin tak mau ambil pusing laki-laki itu lalu memilih diam saja, karena ia tahu akan kalah.
Bandung, saat ini tengah hujan. Nathan Aksa yang baru saja tiba dari Jakarta harus rela hujan-hujanan demi menemukan kendaraan umum. Aksa sangat menyesal tidak menginstal aplikasi layanan ojek online. Seharusnya ia mendengarkan Jeffran yang saat itu berkata padanya. "Mending buruan lo install aplikasi grab kek biar pas lo nyampe di Bandung gak susah nyari kendaraan." Namun pada saat itu Aksara menjawabnya dengan santai, "lo kira Bandung masih kaya dulu, pasti udah rame lah ngapain pake install aplikasi kaya gitu." Dan Aksa menyesalinya."Sial hp gue basah." Gumamnya seraya mengusap rambutnya yang basah, Aksara sekarang berada di halte, ia melirik jam yang telah menunjukkan pukul 8 pagi dan ia belum berada dirumah. "Aksa...?" Aksa lantas menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memastikan siapa yang telah memanggil namanya dan ternyata teman SMP-nya dulu."Rendy?""Lo Aksara kan?""Iya gue Aksa, lo apa kabar?" Laki-laki bernama Rendy itupun duduk di samping Aksa, "gue baik, lo mau
"Bang Gavin, kak Jeffran kenapa?" Tanya Dean saat telah sampai di kediaman Gavin Atmaja yang terlihat tidak terkunci.Gavin yang sedang mencari obat pengar di dapur lantas menolehkan kepalanya menatap seseorang yang baru saja datang."Dean! Ngagetin aja lo!" Kesal Gavin. Laki-laki itu sedikit panik karena Jeffran ngamuk di club dan hampir melukai orang lain."Kak Jeffran kenapa?" Tanya Dean seraya menunjuk Jeffran menggunakan dagunya. "Gara-gara mantannya pindah ke Bali dia jadi gak waras." Jawab Gavin seraya mengisi air putih didalam gelas. "Kak Lea pindah ke Bali?" Tanya Dean, Dean tak habis pikir mengapa percintaan Kak Jeffran dan Kak Lea serumit itu sejak dulu. Mungkin Dean tidak terlalu mengenal Jeffran namun ia tahu karena Jeffran sahabat Gavin."Iya," jawab Gavin."Kapan?" "Kemaren.""Yaampun, padahal gue belum sempat kenalan sama kak Le—""Mau cari mati lo?!" Sela Gavin dan Dean lantas menyengir kuda. "Udah tau Jeffran orangnya kaya gimana, dia gak akan segan-segan bunuh lo