Share

Bab 65

Penulis: Firsyaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 14:39:46

"Maaf, ya, Vira aku duluan soalnya sudah ditungguin." Ia bergegas ke arahku dengan membawa nampan berisi makanan yang dipesannya.

Wanita cantik itu berlalu sambil melambaikan tangan ke arah suamiku tak lupa senyumnya merekah, begitu pun dengan suamiku yang sepertinya senang berjumpa dengannya. Aku kesel ngeliatnya, dasar lelaki selalu ramah kalau di depan cewek cantik.

"Hai, sayang, lama ya nunggunya? Maaf, ya tadi ngantri," sapanya lalu menurunkan semua makanan dari nampan ke meja, dan segera dia duduk.q

Aku termangu menatap makanan yang ada di meja tanpa mau menyahuti ucapannya. Semenjak hamil perasaan aku selalu khawatir dan cemburu tiap suamiku bicara atau bertegur sapa dengan yang namanya wanita. Entah kenapa, apa mungkin ini bawaan dede bayi yang aku kandung? Aku ingin selalu diperhatiin dan dimanja.

"Sayang, ayok dimakan nanti keburu dingin gak enak!" tukasnya sambil menyeruput minuman yang ia pesan lemon tea kesukaannya.

"Sayang, kamu kenapa sih, dari tadi diem aja? Apa kamu g
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 66

    "Mas Fe_bi," lirihku dengan terperanga."Hai ..." sapanya ragu"Mm ... Mas Very ...," ucapku menggantung sambil menunjuk ke arah jalanan di mana baru saja suamiku berangkat."Iya, aku tahu. Aku sengaja ke sini tanpa memberitahunya, aku gak enak," tukasnya dengan tersenyum kaku.Aku mengajaknya duduk di kursi teras, dengan perasaan gak enak dan takut jadi gunjingan orang. Seringnya aku menatap sembarang arah untuk menghindari bersitatap dengannya. "Ma_af, Mas Febi ke sini ada keperluan apa?" tanyaku langsung ke intinya."Aku ke sini mau minta maaf atas kesalahan yang dulu semenjak kita masih suami istri, aku banyak salah sama kamu. Sering berkata kasar bahkan beberapa kali aku pernah menamparmu. Aku menyesal kala mengingatnya, tolong, maafin aku, ya, Ratna!" tukasnya dengan wajah sendu penuh penyesalan."Sudahlah, Mas, gak usah diungkit lagi. Aku sudah memaafkanmu," cicitku."Terima kasih ya, Ratna. Kamu memang wanita yang baik dan lembut. Aku menyesal sudah menceraikanmu," timpalnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 67

    "A_pa?" Aku pura-pura gak dengar."Apa kamu bahagia hidup bersama Febi?" Ia menatapku ragu, senyumnya pun terlihat kaku."Alhamdulillah Mas, aku bahagia. Mas Very sangat baik dan menyayangiku." Sesaat aku menatapnya dan segera menarik pandanganku."Aku menyesal dulu sudah menalakmu, harusnya aku tak melakukannya. Aku terbawa emosi ...," keluhnya dengan wajah sendu."Sudahlah, Mas gak usah dibahas lagi. Semua sudah terjadi, jangan diungkit lagi. Aku gak mau mendengarnya," sanggahku tak terima. "Maaf, kalau sikapku dulu sudah kasar sama kamu," ucapnya sesal.Tak lama Amel keluar dari arah ruang tamu dan langsung duduk di samping suaminya. Aku membuang pandangan dari arah mereka. Beruntung suamiku gak lama datang dan menghampiriku, dia duduk di sebelahku."Sayang, kalau kamu pegal mendingan masuk aja gih, istirahat di kamar! Kasihan dedenya nanti capek," cetusnya, ia terus mengelus perutku meski ada sahabatnya yang memperhatikan."Iya, Mas, perutku keram. Aku pengen rebahan di kasur,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 68

    Hari ini aku dan suami mau menjenguk Papah di rumah sakit. Ada rasa Khawatir di hati ini mengingat Mamah mertuaku itu belum merestui pernikahan kami, takut ada keributan di sana. Tetapi aku akan berusaha untuk mendapatkan hati kedua orang tua suamiku."Sayang, sudah siap?" Mas Very menatapku dengan wajah yang teduh, membuatku merasa nyaman berada di sisinya. "Sudah, Mas. Ayok, jalan!" Langkahku mendekat ke arahnya, dan tangan ini mengait di lengannya.Lelaki dengan penampilan memukau ini membukakan pintu mobil untukku di bangku depan. Baru kemudian dia masuk di bangku kemudi, sebelahku."Mas, nanti di sana jangan ninggalin aku sendiri ya, aku takut," cicitku manja."Iya, sayang. Masa Mas mau ninggalin kamu, nanti di sana Mas bakal gandeng kamu terus biar gak lepas," tukasnya seraya terkekeh, ia menengok ke arahku sambil mengelus pipiku mesra."Ya, kali Mas nanti di sana bertemu dengan yang lainnya terus aku dicuekin kayak kambing congek," ketusku pasang muka masam."Ya, ampuuun, masa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 69

    "Mas ada apa, tumben jam segini sudah pulang?" Aku mengerutkan dahi sambil menyalaminya."Mas sengaja pulang cepat karena mau mengajakmu shoping. Kasihan Ibu hamil di rumah terus nanti bosan."Aiisst, suamiku pengertian banget. Aku jadi makin sayang deh. Seketika kedua tanganku melingkar di perutnya yang sispeck. Meski dia belum mandi dan bau keringat tapi aku betah di dekatnya. Malahan aku terus mengendus aroma wangi maskulin tubuhnya yang masih terasa. Senyumku seketika melebar dengan perasaan senang dan bahagia."Kamu senang?" Wajahnya menatapku lekat dari samping."Hu_um." Kepalaku mengangguk pelan dengan senyum yang tersemat."Mas, mau makan dulu? Aku ambilkan ya?" tawarku. "Enggak usah, nanti kita makan di luar aja biar gak bosan. Nanti semua makanan ini kamu masukkan kulkas aja buat sarapan besok!" Netranya menyapu pandangan ke ke arah makanan yang ada di atas meja."Iya, Mas," sahutku girang. Lekas aku masuk ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum jalan keluar."Sayang, kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 70

    "Mel, aku pengen cepet-cepat punya anak, itu si Very enak banget ya, belum lama nikah Ratnanya sudah hamil," keluh Febi pada istrinya."Ya, mau gimana orang kita belum dikasih, masa iya kita mau protes," ketusnya. Ia sedang serius menatap layar laptopnya menyelesaikan tugas-tugas kantornya.Amel memegang pekerjaan orang tuanya yang bergerak di bidang expedisi dan travel. Suaminya sendiri gak mau membantunya untuk mengelola usaha tersebut dengan alasan gak minat. Ia lebih memilih kerja bersama Very_sahabatnya yang bergerak di bidang properti. Dia dipercaya untuk membantu mengelola usaha sahabatnya itu dengan imbalan bonus dan gaji."Besok kita ke Dokter kandungan ya, buat mastiin kita itu subur apa enggak, soalnya aku sudah tidak sabar pengen punya anak. Begitu pun Papi sama Mami, mereka terus aja nanya," tukasnya penuh harap dengan sedikit memaksa."Ya, udah aku ngikut aja. Orang tuaku juga sama sudah nagih pengen nimang cucu," sambungnya dengan wajah datar.Selama menikah mereka tin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 71

    "Gue ngerasa jenuh dan bosan ngejalani rumah tangga yang kayak gini, gak ada warna." Ia menjambak rambutnya kasar, kecewa terpancar jelas dari wajahnya."Kenapa loe ngomongnya gitu? Itu kan, keputusan dan pilihan loe sendiri? Kenapa mesti bosan?" Very menatap lekat wajah sang sahabat. Ia ikut merasakan apa yang ia rasakan."Iya, sih, memang. Cuma dulu waktu masih pacaran semua terasa indah dan menyenangkan, karena Amel bisa membuat gue merasa nyaman berada di sisinya. Tapi setelah nikah keadaan berubah, Amel jadi wanita yang membosanku. Sikapnya yang jutek dan kasar membuat gue jengah dan muak. Dan juga dia banyak menuntut ini dan itu yang sekiranya di luar batas kemampuan." Sang pelayan kantin datang membawa makanan yang mereka pesan. Sambil makan mereka terus bercerita, saling tukar pengalamannya selama menikah tanpa ada yang ditutup-tutupi karena mereka bersahabat sudah lama. Sudah tak ada lagi kata malu atau canggung."Ya, itu karena loe dalam menilai cewek dari parasnya dulu, ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 72

    "Sayang, Mas sudah siapkan rumah buat keluarga kecil kita yang agak besaran biar nanti kalau dedenya sudah lahir bisa leluasa maen." Lelaki yang sebentar lagi mau jadi Ayah begitu antusias bercerita sambil terus mengelus perutku yang sudah mulai membuncit."Ngapain sih, Mas beli rumah lagi? Di sini juga kan, enak dan cukup buat keluarga kecil kita?!" Tanganku mengelus kepalanya yang masih fokus dan gak mau lepas dari perutku ini. Dia terus menciumi dede yang masih dalam kandunganku seakan tak sabar menunggu kehadirannya."Rumah ini terlalu kecil buat anak kita maen, sayang. Yang pasti nanti anak kita bakal berlarian ke sana ke mari, dan itu membutuhkan tempat yang cukup luas serta perlu kamar khusus buat tempat maen." Wajahnya didongakkan menghadapku sambil menjawil daguku gemas."Ya, sudah terserah Mas saja," balasku pasrah."Nah, gitu dong. Masa CEO properti rumahnya kecil dan jelek, malu dong," sanggahnya.Aku senang mendengarnya, suamiku ternyata begitu perhatian dan peduli sama a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 73

    Rumah Baru untuk Kebahagiaan BaruMatahari sore memancarkan sinar keemasan, memberikan suasana hangat di sekitar kawasan elit yang penuh dengan rumah-rumah mewah. Di antara bangunan megah itu, Very menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah besar dengan desain modern. Ratna, istrinya yang sedang hamil tujuh bulan, duduk di sampingnya dengan raut wajah penuh penasaran."Ini rumahnya, Sayang," kata Very sambil tersenyum hangat. Ia turun dari mobil lalu membuka pintu untuk Ratna.Ratna keluar dengan perlahan, tangannya memegang perut yang mulai membesar. "Ini ... rumah kita?" tanyanya dengan nada tak percaya.Very mengangguk, matanya berbinar-binar melihat ekspresi kagum di wajah istrinya. "Iya, untuk kamu dan calon anak kita. Kamu suka?"Ratna terdiam sejenak, matanya menjelajahi setiap sudut rumah yang terlihat megah bahkan dari luar. "Suka? Aku ... aku bahkan nggak tahu harus ngomong apa. Ini luar biasa, Mas Very. Kamu benar-benar serius melakukan ini semua untukku?"Very mendekat d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 79

    Hari-hari setelah melahirkanAku, Ratna, terbaring di ranjang rumahku yang terasa lebih hangat dari sebelumnya. Rasanya tubuhku masih sangat lelah setelah proses melahirkan yang begitu panjang dan menguras tenaga. Namun, ada sesuatu yang membuatku merasa lebih hidup dari sebelumnya—sebuah kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata. Putra pertama kami, Amran Zakir Pratama, kini ada di dunia ini, dengan wajah yang begitu mirip dengan suamiku. Rasanya sulit untuk mempercayai bahwa aku, Ratna, kini menjadi seorang ibu.Dari tempat tidurku, aku bisa melihat Very, suamiku, yang duduk di sampingku dengan senyum bangga terpancar di wajahnya. Matanya penuh dengan kasih sayang, dan setiap kali ia menatapku, aku merasa seperti menjadi pusat dunia ini.“Sayang, kamu nggak capek kan?” tanya Very lembut, tangannya mengelus lembut rambutku yang acak-acakan. Ia selalu begitu perhatian, dan saat itu aku merasa betul-betul dimanjakan.Aku tersenyum lemah, meski masih kelelahan. “Sedi

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 78

    Malam yang MengusikAku sedang duduk di sofa ruang keluarga, menonton acara favorit di TV sambil menikmati sisa malam yang tenang. Very, suamiku, duduk di sebelahku sambil memainkan ponselnya. Bi Sukma, asisten rumah tangga kami, baru saja selesai merapikan dapur. Di luar, suasana sunyi, hanya suara jangkrik yang samar terdengar.Namun, ketenangan itu terusik ketika suara bel pintu berbunyi. Very mengangkat kepala, menatapku sejenak sebelum akhirnya bangkit dengan malas.“Aku yang buka,” katanya sambil melangkah menuju pintu.Aku mengangguk sambil mengalihkan pandangan kembali ke TV. Tak lama, aku mendengar suara familiar dari arah pintu."Febi? Malam-malam begini, ada apa?" tanya Very dengan nada heran.Aku melirik sekilas. Febi, sahabat Very, berdiri di depan pintu dengan wajah yang tampak kusut."Gue lagi suntuk banget di rumah, Ver," kata Febi setelah melangkah masuk. "Amel lagi sensitif, bawaannya marah-marah terus. Gue nggak tahu mau ngomong sama siapa, jadi gue ke sini aja."Ve

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 77

    Aku melangkah keluar dari kamar tidur, menyusuri lantai marmer yang dingin menuju ruang tengah. Rumah ini terasa begitu luas, terlalu besar untuk hanya aku tempati bersama Mas Veri. Tapi aku tak bisa memungkiri, aku mencintai setiap sudutnya. Cahaya matahari pagi masuk menembus jendela besar yang menghadap taman belakang, memberikan nuansa hangat pada ruangan.“Ratna, mau sarapan apa hari ini, Nak?” suara lembut Bi Sukma terdengar dari dapur.Aku tersenyum dan melangkah mendekat. Bi Sukma sudah sibuk dengan apron merah mudanya, memotong buah di meja dapur. Kehadirannya di sini membuatku merasa lebih nyaman, seolah aku punya ibu kedua yang selalu siap menemani.“Apa aja yang ringan, Bi. Aku nggak terlalu lapar. Toast sama teh aja, ya,” jawabku sambil mengambil kursi di meja makan.Bi Sukma tersenyum lembut, wajahnya penuh kehangatan. “Baik, Nak. Veri nggak bilang mau makan di rumah?”Aku menggeleng. “Kayaknya enggak. Biasanya dia makan siang di kantor.”Bi Sukma mengangguk. “Syukurlah

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 76

    Hari ini adalah hari besar untukku dan suamiku. Setelah menabung bertahun-tahun dan kerja kerasnya sebagai seorang CEO, kami akhirnya bisa pindah ke rumah baru. Rumah megah di kawasan elit, lengkap dengan halaman luas dan interior serba mewah. Aku memandangi pintu besar di depanku dengan campuran rasa bahagia dan gugup. Rasanya seperti mimpi.“Ratna, ayo masuk,” panggil Mas Very, membuyarkan lamunanku.Aku tersenyum dan melangkah masuk, disambut oleh keramaian suara keluarga dan rekan-rekan Mas Very yang ikut membantu hari ini. Semua barang sudah tertata rapi, seperti yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Bahkan aroma harum bunga segar dari vas di ruang tamu sudah mengisi ruangan.Acara syukuran dimulai dengan doa yang dipandu oleh Pak Kyai setempat. Suaranya lembut dan penuh khidmat, memohonkan kedamaian dan keselamatan untuk rumah ini dan semua yang tinggal di dalamnya. Aku mengatupkan kedua tanganku di atas perutku yang sudah membesar, merasakan tendangan lembut dari bayi kami."

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 75

    “Kerja terus malam-malam begini, Mas?” tanyaku sambil melirik ponselnya.Mas Very hanya tersenyum sekilas. "Iya, ada laporan yang harus kukirim."Namun, ponselnya tiba-tiba bergetar. Di layar, aku sempat melihat nama Arina muncul sebelum dia buru-buru mengangkatnya. Jantungku berdegup lebih cepat. Siapa dia? Kenapa menelepon suamiku selarut ini?Aku mencoba memasang wajah biasa saja, tapi sulit. Rasa cemburu menjalar pelan-pelan di hatiku. Kuamati cara Mas Very berbicara—nada suaranya rendah, seolah tidak ingin aku mendengar.Setelah dia selesai, aku langsung menyelidik, "Arina? Siapa itu, Mas?"Mas Very menatapku dengan tenang, lalu tertawa kecil sambil mengacak rambutku. "Sayang, jangan cemburu, dong. Itu Arina, karyawati di kantor. Dia cuma mau memastikan soal dokumen untuk besok."Aku tidak yakin. "Tapi, kenapa harus malam-malam begini? Kan, bisa besok pagi di kantor."Melihat ekspresiku yang berubah, Mas Very segera memelukku erat. "Sayangku, kamu lagi bawa dede bayi, ya, jadi se

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 74

    Aku duduk di sofa ruang tamu, menatap jam di tanganku yang berdetak lambat. Sudah lima belas menit sejak aku mengirim pesan kepada Mas Very. Aku tahu dia pasti sedang bergegas pulang, apalagi sejak aku memasuki trimester terakhir kehamilan. Mas Very selalu khawatir dan memastikan aku tidak terlalu banyak beraktivitas.Pintu depan terbuka perlahan, dan aku mendengar langkah kaki yang sangat kukenal. "Ratna?" panggilnya dengan suara lembut."Aku di sini," jawabku, mencoba terdengar biasa saja meskipun dadaku terasa sesak karena capek.Mas Very langsung menghampiri, duduk di sampingku sambil memperhatikan wajahku yang mungkin terlihat tegang. "Kenapa? Kamu kelihatan aneh," tanyanya, menggenggam tanganku dengan erat. "Kamu capek?"Aku menggeleng pelan, memutuskan untuk jujur. "Tadi Febi ngajak ketemu."Alisnya langsung bertaut. "Febi? Mantan suami kamu?" Nada suaranya berubah, terdengar waspada sekaligus cemburu."Dia bilang sesuatu yang ... bikin aku bingung." Aku menunduk, menghindari t

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 73

    Rumah Baru untuk Kebahagiaan BaruMatahari sore memancarkan sinar keemasan, memberikan suasana hangat di sekitar kawasan elit yang penuh dengan rumah-rumah mewah. Di antara bangunan megah itu, Very menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah besar dengan desain modern. Ratna, istrinya yang sedang hamil tujuh bulan, duduk di sampingnya dengan raut wajah penuh penasaran."Ini rumahnya, Sayang," kata Very sambil tersenyum hangat. Ia turun dari mobil lalu membuka pintu untuk Ratna.Ratna keluar dengan perlahan, tangannya memegang perut yang mulai membesar. "Ini ... rumah kita?" tanyanya dengan nada tak percaya.Very mengangguk, matanya berbinar-binar melihat ekspresi kagum di wajah istrinya. "Iya, untuk kamu dan calon anak kita. Kamu suka?"Ratna terdiam sejenak, matanya menjelajahi setiap sudut rumah yang terlihat megah bahkan dari luar. "Suka? Aku ... aku bahkan nggak tahu harus ngomong apa. Ini luar biasa, Mas Very. Kamu benar-benar serius melakukan ini semua untukku?"Very mendekat d

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 72

    "Sayang, Mas sudah siapkan rumah buat keluarga kecil kita yang agak besaran biar nanti kalau dedenya sudah lahir bisa leluasa maen." Lelaki yang sebentar lagi mau jadi Ayah begitu antusias bercerita sambil terus mengelus perutku yang sudah mulai membuncit."Ngapain sih, Mas beli rumah lagi? Di sini juga kan, enak dan cukup buat keluarga kecil kita?!" Tanganku mengelus kepalanya yang masih fokus dan gak mau lepas dari perutku ini. Dia terus menciumi dede yang masih dalam kandunganku seakan tak sabar menunggu kehadirannya."Rumah ini terlalu kecil buat anak kita maen, sayang. Yang pasti nanti anak kita bakal berlarian ke sana ke mari, dan itu membutuhkan tempat yang cukup luas serta perlu kamar khusus buat tempat maen." Wajahnya didongakkan menghadapku sambil menjawil daguku gemas."Ya, sudah terserah Mas saja," balasku pasrah."Nah, gitu dong. Masa CEO properti rumahnya kecil dan jelek, malu dong," sanggahnya.Aku senang mendengarnya, suamiku ternyata begitu perhatian dan peduli sama a

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 71

    "Gue ngerasa jenuh dan bosan ngejalani rumah tangga yang kayak gini, gak ada warna." Ia menjambak rambutnya kasar, kecewa terpancar jelas dari wajahnya."Kenapa loe ngomongnya gitu? Itu kan, keputusan dan pilihan loe sendiri? Kenapa mesti bosan?" Very menatap lekat wajah sang sahabat. Ia ikut merasakan apa yang ia rasakan."Iya, sih, memang. Cuma dulu waktu masih pacaran semua terasa indah dan menyenangkan, karena Amel bisa membuat gue merasa nyaman berada di sisinya. Tapi setelah nikah keadaan berubah, Amel jadi wanita yang membosanku. Sikapnya yang jutek dan kasar membuat gue jengah dan muak. Dan juga dia banyak menuntut ini dan itu yang sekiranya di luar batas kemampuan." Sang pelayan kantin datang membawa makanan yang mereka pesan. Sambil makan mereka terus bercerita, saling tukar pengalamannya selama menikah tanpa ada yang ditutup-tutupi karena mereka bersahabat sudah lama. Sudah tak ada lagi kata malu atau canggung."Ya, itu karena loe dalam menilai cewek dari parasnya dulu, ga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status