BAB KE : 36 ISTANA RATU KENCANA WANGI 16+Taring yang mencuat dari kedua sisi mulut Ratu Kencana Wangi juga akan mendatangkan rasa ngeri bagi yang melihatnya, karena taring itu mirip seperti taring ular cobra. Runcing dan mengkilat dengan ukuran sebesar kelingking anak remaja. "Sssstttsssssssssss!"Suara desisan terdengar lagi bersamaan dengan terangkat dan naiknya kepala Ratu Kencana Wangi. Perlahan semakin menjulang naik meliuk-liuk, ditopang oleh badan ular yang besarnya seukuran pohon kelapa. Semakin naik, semakin cepat pula liukkan dari ular tersebut. Dari samping kiri dan kanan tubuh ular terlihat seperti ada sesuatu yang tumbuh. Makin lama makin memanjang dan melebar. Akhirnya berubah menjadi sayap. Kini kedua sisi tubuh Ratu Kencana Wangi yang berujud ular, dihiasi oleh sepasang sayap. Tapi sayap itu tidak seperti sayap burung, namun, sayap tersebut seperti kulit ular yang dibentangkan. Bagian kepala ular itu menjulang ke angkasa dan terus naik seperti layangan. Akhirn
BAB KE : 37GANAYANA CALON RAJA MUDASemua tubuh ular siluman telah lenyap masuk ke dalam lubang yang ada di balik curahan air terjun.Ternyata di dalam tebing tersebut terdapat rongga, seperti gua yang sangat besar. Mungkin bukit cadas itu hanya dinding dari ruangan tersebut.Rongga dalam bukit tersebut terbagi dari beberapa ruang. Masing-masing ruangan ditata dengan indah dengan hiasan dinding yang menakjubkan.Begitupun dengan perabot yang ada di dalam ruangan tersebut. Semuanya terbuat dari kayu jati yang berukir, coraknya di dominasi oleh ukiran berbentuk gambar ular dan burung. Pernak-perniknya juga begitu indah dengan kesan begitu wah.Ruangan yang sangat mewah, layaknya seperti ruangan istana raja-raja di jaman bahula. Di ruangan pertama di jaga oleh puluhan lelaki berbadan tegap dengan tombak di tangan.Pakaian yang mereka kenakan seragam, mirip pakaian prajurit jaman kerajaan dengan rompi berwarna coklat.Ketika memasuki lubang yang ada di balik air terjun, Ratu Kencana Wang
BAB KE : 38NIAT GANAYANA UNTUK MENIKAHI TIWITentu saja perintah yang diberikan Ratu Kencana Wangi sangat menyenangkan bagi Ganayana. Peluangnya untuk menjadi pemimpin di wilayah bagian Bukit Lampu kini terbuka.Menjadi raja muda di bagian wilayah yang bernama Candraloka.Bila itu terjadi maka Ganayana akan menempati posisi kelima dari penguasa yang bertahta di Wilayah Bukit Lampu ini, karena sebelumnya telah ada tiga raja muda yang bertahta.Ganayana akan menjadi raja muda yang keempat, dia akan berkuasa di seluruh wilayah Candraloka. Tapi kekuasaan Ganayana tentu masih di bawah Ratu Kencana Wangi.Karena Ratu Kencana Wangi adalah penguasa penuh untuk seluruh wilayah Bukit Lampu. Sedangkan keempat raja muda adalah pelaksana di wilayah masing-masing.Tidak hanya kesempatan untuk menjadi raja muda yang diperoleh oleh Ganayana, tapi juga kesempatan untuk menikah dengan Tiwi.Bila ini terjadi, jelas akan membuat pamor Ganayana melambung tinggi dan derajatnya di dunia gaib akan terangkat
BAB KE : 39 SILUMAN BUAYA 16+Sebenarnya bentuk bangunan itu sangat indah. Bangunan yang besar seperti istana. Di dalam bangunan itu tidak hanya Tiwi saja penghuninya, tapi juga ada makhluk lain sebangsa siluman ular. Di bagunan itulah mereka tinggal. Sebagian dari mereka bertugas melayani Tiwi. Sebagian lagi sebagai penjaga wilayah yang belum memiliki raja muda itu. Semua aturan, pengawasan dan perintah masih langsung dari Ratu Kencana Wangi. Karena repot dengan hal tersebut maka Ratu Kencana Wangi berniat untuk mengangkat Ganayana sebagai raja muda di wilayah kekuasaannya yang bernama Candraloka tersebut. Di istana ini, Tiwi ditempatkan di ruang tersendiri yang tidak bisa dimasuki oleh makhluk lain tanpa seijin Ratu Kencana Wangi. Ratu Kencana Wangi telah memagar kamar tempat Tiwi disekap dengan ilmu kanuragan yang sangat tinggi. Jangankan kalangan jin, manusia sekaliber Ustad Danu pun tidak mampu menembusnya. Sudah cukup lama Ustad Danu mengheningkan diri bertafakur. Den
BAB KE : 40 SILUMAN BUAYA VS SILUMAN ULAR 16+"Bukkkkk!"Tubuh Ganayana terpelanting dan jatuh terhempas di permukaan bumi. "Arghhhhh!" Ketika tubuhnya menghantam tanah, terdengar raungan dari mulutnya. Raungan yang sangat keras, pertanda sakitnya derita yang dialami Ganayana. Rupanya sebelum telapak kaki Ganayana menghantam dada si nenek. Perempuan dengan wajah seram itu, terlebih dulu dengan cepat menepis kaki Ganayana. Bukan tepisan biasa, namun tepisan yang mengandung tenaga dalam dengan kekuatan luar biasa. Akhirnya tubuh Ganayana terpelanting dengan berapa kali putaran di udara. Setelah itu meluncur dengan punggung terlebih dulu mendarat menghantam tanah. "Krakkk!" Ada bagian tulang punggung Ganayana yang patah ketika tubuhnya menyentuh bumi, hal inilah yang membuat jeritan Ganayana begitu keras. Walau Ganayana berusaha untuk bangkit, tapi dia sudah tidak mampu lagi. Perlahan matanya mengarah ke bagian kaki yang kena tepis si nenek tadi. Melihat keadaan kakinya, Ganayan
BAB KE : 41 TERPEROSOK KE WILAYAH SILUMAN BUAYA 16+"Ya! Ratu Kencana Wangi. Dialah yang menculikmu dan membawa kabur, saya ingin menyelamatkan kamu dari dia," jawab ibu itu menerangkan, terlihat dari gerak-gerik dan tutur sapanya, dia sangat sopan. Sesaat Tiwi terdiam, mencoba mencerna apa yang dikatakan ibu tersebut dan berusaha mengingat kembali apa yang terjadi terhadap dirinya, serta berusaha mencari jawaban, kenapa dia sampai berada di tempat ini. Perlahan ingatan Tiwi mulai pulih. Seperti ada sesuatu yang berputar dalam otaknya. Putaran dari rangkaian peristiwa yang dia alami. Walau tidak lengkap dan terputus-putus, tapi Tiwi sudah bisa memahami apa sebenarnya yang terjadi. "Hantu ... hantu! Saya melihat hantu waktu itu! Tolong saya, Bu! Tolonggg!" teriak Tiwi seperti histeris ketika ingat peristiwa yang telah menimpa dirinya. Rupanya yang sangat membekas dalam ingatan Tiwi adalah, peristiwa yang terjadi ketika dia melihat makhluk astral di depan kamar mandi yang membua
BAB KE : 42 16 +Tiwi yang telah bebas dari mantra-mantra Ratu Kencana Wangi kembali pada sifat semula, sebagai seorang yang sangat penakut. Tentu saja dengan melihat apa yang terjadi dengan ibu membuat ketakutannya kembali membuncah. Tanpa pikir panjang, dia kabur dari tempat tersebut. "Tolonggg ... tolonggggg!"Tiwi terus berlari tanpa berhenti berteriak minta tolong. Ranting daun yang menjulai ke jalan setapak berkibas ditabrak Tiwi, bahkan ada beberapa ranting yang patah ditabraknya. Dia berlari seperti orang kesetanan tanpa mau menoleh ke belakang. Serasa bulu di seluruh tubuhnya merinding. Semakin cepat dia berlari, serasa semakin dekat pula makhluk yang akan menerkamnya. Tapi, entah makhluk jenis apa. Sampai akhirnya lelah datang menyerang, nafasnya mulai ngos-ngosan, tapi Tiwi tetap tidak memperlambat larinya, malah berusaha untuk terus menambah kecepatan, sampai akhirnya jalan setapak itu telah menemukan ujungnya. Kini di depan Tiwi terbentang jalan yang cukup lebar unt
BAB KE : 43 SI PENOLONG YANG DURJANA 16+Suara tawa itu sangat mengerikan bagi Tiwi, karena di telinga Tiwi, tawa tersebut seperti melengking mirip tawa Mak Lampir yang pernah dia tonton di sinetron. Tiwi menoleh ke arah Galogeni, asal dari suara itu. "Tidak. Ibu tidak menginap di sini," ucap ibu tersebut menjawab pertanyaan Tiwi, setelah tawanya mereda. "Maaf Bu, kok suara tawa Ibu terdengar aneh?" tanya Tiwi dengan sedikit takut-takut. "Aneh bagaimana?" Galogeni balik bertanya. "Mendengar tawa Ibu, membuat saya takut," jawab Tiwi. "Itu perasaan kamu saja, karena sebelum kita bertemu, hati kamu sudah dipenuhi oleh rasa takut," jawab Galogeni sambil melepaskan senyum. Dalam hati, Tiwi membenarkan apa yang dikatakan Galogeni. Memang benar, sejak dia melihat perubahan ibu yang menjadi nenek-nenek dengan wajah buaya tadi, membuat rasa takut di hati Tiwi sepertinya tidak pernah hilang sampai saat ini. "Ayo, kita pulang!" ajak Galogeni berapa saat kemudian. Dengan hati masih dili
BAB KE : 12O AKHIR SEBUAH CERITA 16+Kakek itu hanya bisa berharap seperti itu, karena yang maha mengetahui hanya Tuhan, apakah berdosa atau tidak berdosanya seseorang ketika melakukan suatu perbuatan hanya Tuhan yang bisa menentukan. Mungkin dari segi ilmu fiqih ada keterangan berdosa bila melakukannya, tapi Tuhan maha mengetahui niat seseorang. Tuhan lebih mengetahui kenapa orang tersebut sampai terperosok ke dalam dosa tersebut. Tidak boleh menghakimi bila sesuatu perkara itu belum terang oleh kita, itu prinsip yang dipakai oleh Galogentang. "Aamiin!" Ronal dan Ucil hampir serentak mengucapkan kata penutup doa tersebut menyambut ucapan Galogentang. "Tapi, belum tentu juga kamu tidak berdosa." Kalimat Galogentang yang ini membuat Ronal memiringkan mulutnya dengan mata menyipit menatap kakek tersebut sambil mengangkat bahu. "Ya, mungkin dosa kamu akan dipungut dari sisi kebodohan ...""Kebodohan bagaimana maksudnya?" Ronal memotong kalimat Galogentang."Dalam hidup itu, kita
BAB KE : 119 GALOGENTANG DAN UCIL SABARUCIL DATANG KE RUMAH RONAL 16+"Kakek Galogentang!" seru Ronal tertahan sambil bergegas ke arah mobil, karena dari balik mobil itulah kepala Galogentang menyembul. Senyum lepas dari bibir Galogentang, begitu pula dengan Ronal, setelah dekat mereka berpelukan. Jelas kegembiraan terlihat di wajah mereka. Bagi Ronal ini adalah pertemuan yang tidak disangka-sangka. Pertemuan yang membuat bahagia. "Eh, Ucil Sabarucil juga ada!" Senyum Ronal berubah jadi tawa lepas, ketika melihat makhluk kerdil juga ada di sana. Tadi Ronal tidak melihat, mungkin karena Ucil terlalu kecil, sehingga luput dari pandangan mata Ronal. Setelah melepaskan pelukan dengan Galogentang, Ronal bersimpuh di depan Ucil. Walau telah bersimpuh, Ronal tetap lebih tinggi dari Ucil. Kemudian mereka pun berpelukan. "Ayo, masuk! Kita bicara di dalam saja," ajak Ronal sesaat kemudian. "Mau bikin heboh orang yang ada di dalam rumahmu? Mereka kan tidak dapat melihat kami, nanti ka
ADA CINTA ANTARA TIKA DAN RAHMAN BAB KE : 118 "Memangnya Tika belum kenalan sama Rahman, Pak Hansip?"Semua mata mengarah pada Bu RT ketika beliau melepaskan pertanyaan tersebut. Berbagai ekspresi terlihat dari wajah mereka yang ada di ruangan tersebut. Ada yang tertawa, ada yang tersenyum, ada yang senyumnya sengaja dikulum, bahkan ada pula yang cengengesan. Rahman dan Tika juga ikut tersenyum, tapi cuma sebentar, karena tahap berikutnya wajah mereka memerah dan buru-buru menunduk. "Bu RT ngomong apa sih?" Sungut Tika pada Bu RT sebelum menunduk. Wajah Tika memang rada cemberut, tapi hatinya serasa terbang dengan sejuta bunga-bunga yang bermekaran, penuh kebahagiaan. Mungkin memang begitu sifat orang yang sedang jatuh cinta, kata hati dan ekspresi wajahnya suka tidak sama, kadang hati berkata iya, tapi kepala menggeleng diselingi anggukan. "Kenalan secara formal mungkin belum, Bu RT. Cuma rasanya, hati dan jiwa mereka sudah saling menyelami, dan sama-sama merasakan suka yan
BAB KE : 117 ADA APA DENGAN TIKA 16+Ternyata peristiwa di kampung jin benar-benar jadi pelajaran yang berharga bagi Ronal dan istrinya. Selama ini pasangan suami istri tersebut tidak begitu mempercayai akan adanya alam gaib yang mirip dengan perkampungan manusia. Mereka juga tidak percaya dengan adanya aturan tata krama dan adab terhadap makhluk-makhluk tersebut. Bahkan mereka tidak percaya sama sekali kalau makhluk astral bisa mengganggu kehidupan manusia. Namun, pengalaman telah mengajarkan mereka untuk mempercayai adanya kekuatan dari makhluk gaib, bukan sekedar percaya akan adanya Tuhan saja, tapi harus mempercayai adanya makhluk gaib yang diciptakan Tuhan.Kini mereka baru mengerti, bahwa tidak semua kejahatan dapat dilihat dengan nyata, sebab itu perlu berserah diri dan minta perlindungan pada Tuhan, tentu jalannya dengan takwa dan berdoa. Bermacam doa pun mulai mereka hapal, doa masuk ke kamar mandi sampai doa ketika mau berhubungan antara suami dan istri pun mereka haf
BAB KE : 116 RONAL KEMBALI PULANG 16+Dua lelaki yang kelihatan sebaya itu keluar dari gubuk. Sesaat Nursalim menatap ke arah gubuknya yang berjarak tidak begitu jauh dari gubuk Kartim, terlihat istrinya masih sibuk mengusir burung yang silih berganti mampir di sawah mereka. Nursalim berjalan di depan, diikuti Kartim dengan hati yang masih diliputi rasa was-was. Sambil berjalan mereka terus berbincang, membicarakan dan menebak apa gerangan yang ada di sana. Bahkan Nursalim pun telah melupakan niat awalnya ke gubuk Kartim, yang sebenarnya hendak meminjam korek api, entah kenapa hari ini dia lupa membawa benda tersebut. Padahal biasanya benda yang satu itu selalu nyempil dalam kantongnya. "Sepertinya ada mayat!" kata Nursalim sambil menghentikan langkah ketika mereka telah hampir sampai di tempat Ronal. Kartim memanjangkan leher, mengintip dari belakang Nursalim. Mata Kartim cukup lama meneliti sosok lelaki yang tergeletak tanpa bergerak itu, yang jaraknya tidak jauh dari tempa
BAB KE : 115RONAL DIKIRA HANTU 16+Tidak jauh dari tempat Ronal pingsan, dari sebuah gubuk yang ada di sawah tersebut, terlihat seorang bapak-bapak berumur sekitar empat puluh lima tahun. Sebelum matahari menyinari bumi, dia telah berada di sawahnya, dengan maksud untuk menjaga padinya dari incaran burung liar. Ada keanehan yang dia rasakan pagi ini, tak ada satu pun burung yang hinggap di area sawahnya. Sementara temannya yang lain pada sibuk berteriak mengusir burung yang mampir untuk mencicipi bulir padi milik mereka.Keanehan itu memang sempat mengganjal hatinya, tumben burung-burung pada enggan mampir di petak sawahnya, padahal biasanya padi milik dialah sasaran utama dari burung-burung tersebut, karena petak sawah bapak tersebut berada persis di bawah kaki bukit, tempat di mana burung-burung bersarang.Rasa heran di hatinya semakin menjadi, ketika melihat asap tipis yang mengudara di bagian ujung sawahnya. Batin lelaki itu mengira ada api di sekitar sana. Tapi siapa pula y
BAB KE : 114 MAKHLUK BUNIAN DAN SILUMAN BUAYA JADI PEMENANG16+Korban dari kedua belah pihak berjatuhan. Karena yang terjun ke medan tempur sangat banyak dari masing-masing kelompok, sehingga korban yang berjatuhan tentu sangat banyak pula, mungkin jumlahnya ribuan.Peperangan di perbatasan sebenarnya dimenangkan oleh Ratu Kencana Wangi. Kelompok Jin Sumbing bahkan sampai lari terbirit-birit menyelamatkan diri ke wilayahnya. Namun, betapa terkejutnya mereka, karena mereka langsung disambut oleh pasukan makhluk Bunian yang telah siap menanti dengan prajurit-prajurit andalan mereka. Tidak sulit bagi makhluk Bunian untuk mengalahkan kelompok Jin Sumbing yang sudah kelelahan. Akhirnya mereka semua berhasil di tangkap dan dijebloskan ke penjara. Nasib Ratu Kencana Wangi dan pasukannya juga tidak kalah apesnya dibandingkan dengan kelompok Jin Sumbing. Sebenarnya kelompok Ratu Kencana Wangi sengaja tidak mengejar Jin Sumbing, karena mereka merasa sudah yakin menang dan hanya menunggu
BAB KE : 113SILUMAN BUAYA DAN MAKHLUK BUNIAN IKUT PERANG 16+Balon tersebut menggelinding dengan cepat menuju dasar jurang. Terkadang melenting tinggi bila menabrak batu, kadang-kadang malah menghantam pohon yang tumbuh di sisi tebing.Namun, balon itu tidak pernah berhenti, terus meluncur karena pengaruh gravitasi bumi. Entah bagaimana nasib Ronal yang ada di dalam balon tersebut. Setelah melambaikan tangan ke arah balon raksasa yang terus meluncur, tanpa menunggu lambaiannya berbalas, Galogentang langsung menghentakan kaki ke bumi. Sekali hentak, tubuhnya melambung, lalu melayang di angkasa. Galogentang tidak kembali ke arena pertempuran Ratu Kencana Wangi dan Jin Sumbing. Dia malah terbang menuju wilayahnya, wilayah siluman buaya. Setelah sampai di wilayah siluman buaya, Galogentang segera menemui rajanya dan menceritakan apa yang terjadi, sekaligus mengusulkan untuk segera melakukan penyerangan ke wilayah Bukit Lampu. Mendengar apa yang disampaikan Galogentang, raja siluma
BAB KE : 112RONAL DITENDANG KE DALAM JURANG OLEH GALOGENTANG 16+Sikap Ronal ini justru membuat tawa Galogentang semakin keras, wajahnya sampai memerah. Tentu sikap kakek tersebut membuat Ronal semakin masgul bin keki. "Benar-benar makhluk aneh, urusan hidup mati orang, malah ditanggapi dengan tawa," rutuk Ronal dalam hati."Jurang itu hanya bentuknya saja yang curam, tapi selalu ada sisi atau bagian tempat kita berpijak. Lakukan dengan percaya diri, jagan takut akan sesuatu! Bila kita sudah takut sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya. Itu sama saja takut dengan bayang-bayang," ucap Galogentang setelah tawanya reda."Tapi saya memang tidak berani menuruni jurang itu, Kek! Lewat jalan yang datar saja, atau Kakek ikut bersama saya," tawar Ronal. "Apakah kamu ingin bersama saya menuruni jurang itu?" tanya Galogentang. "Iya, kalau bersama Kakek, saya berani," jawab Ronal cepat. "Ayo, kita ke sana!" ajak Galogentang sambil berdiri. "Ayo!" Ronal menyanggupi, dia pun berdiri,