BAB KE : 39 SILUMAN BUAYA 16+Sebenarnya bentuk bangunan itu sangat indah. Bangunan yang besar seperti istana. Di dalam bangunan itu tidak hanya Tiwi saja penghuninya, tapi juga ada makhluk lain sebangsa siluman ular. Di bagunan itulah mereka tinggal. Sebagian dari mereka bertugas melayani Tiwi. Sebagian lagi sebagai penjaga wilayah yang belum memiliki raja muda itu. Semua aturan, pengawasan dan perintah masih langsung dari Ratu Kencana Wangi. Karena repot dengan hal tersebut maka Ratu Kencana Wangi berniat untuk mengangkat Ganayana sebagai raja muda di wilayah kekuasaannya yang bernama Candraloka tersebut. Di istana ini, Tiwi ditempatkan di ruang tersendiri yang tidak bisa dimasuki oleh makhluk lain tanpa seijin Ratu Kencana Wangi. Ratu Kencana Wangi telah memagar kamar tempat Tiwi disekap dengan ilmu kanuragan yang sangat tinggi. Jangankan kalangan jin, manusia sekaliber Ustad Danu pun tidak mampu menembusnya. Sudah cukup lama Ustad Danu mengheningkan diri bertafakur. Den
BAB KE : 40 SILUMAN BUAYA VS SILUMAN ULAR 16+"Bukkkkk!"Tubuh Ganayana terpelanting dan jatuh terhempas di permukaan bumi. "Arghhhhh!" Ketika tubuhnya menghantam tanah, terdengar raungan dari mulutnya. Raungan yang sangat keras, pertanda sakitnya derita yang dialami Ganayana. Rupanya sebelum telapak kaki Ganayana menghantam dada si nenek. Perempuan dengan wajah seram itu, terlebih dulu dengan cepat menepis kaki Ganayana. Bukan tepisan biasa, namun tepisan yang mengandung tenaga dalam dengan kekuatan luar biasa. Akhirnya tubuh Ganayana terpelanting dengan berapa kali putaran di udara. Setelah itu meluncur dengan punggung terlebih dulu mendarat menghantam tanah. "Krakkk!" Ada bagian tulang punggung Ganayana yang patah ketika tubuhnya menyentuh bumi, hal inilah yang membuat jeritan Ganayana begitu keras. Walau Ganayana berusaha untuk bangkit, tapi dia sudah tidak mampu lagi. Perlahan matanya mengarah ke bagian kaki yang kena tepis si nenek tadi. Melihat keadaan kakinya, Ganayan
BAB KE : 41 TERPEROSOK KE WILAYAH SILUMAN BUAYA 16+"Ya! Ratu Kencana Wangi. Dialah yang menculikmu dan membawa kabur, saya ingin menyelamatkan kamu dari dia," jawab ibu itu menerangkan, terlihat dari gerak-gerik dan tutur sapanya, dia sangat sopan. Sesaat Tiwi terdiam, mencoba mencerna apa yang dikatakan ibu tersebut dan berusaha mengingat kembali apa yang terjadi terhadap dirinya, serta berusaha mencari jawaban, kenapa dia sampai berada di tempat ini. Perlahan ingatan Tiwi mulai pulih. Seperti ada sesuatu yang berputar dalam otaknya. Putaran dari rangkaian peristiwa yang dia alami. Walau tidak lengkap dan terputus-putus, tapi Tiwi sudah bisa memahami apa sebenarnya yang terjadi. "Hantu ... hantu! Saya melihat hantu waktu itu! Tolong saya, Bu! Tolonggg!" teriak Tiwi seperti histeris ketika ingat peristiwa yang telah menimpa dirinya. Rupanya yang sangat membekas dalam ingatan Tiwi adalah, peristiwa yang terjadi ketika dia melihat makhluk astral di depan kamar mandi yang membua
BAB KE : 42 16 +Tiwi yang telah bebas dari mantra-mantra Ratu Kencana Wangi kembali pada sifat semula, sebagai seorang yang sangat penakut. Tentu saja dengan melihat apa yang terjadi dengan ibu membuat ketakutannya kembali membuncah. Tanpa pikir panjang, dia kabur dari tempat tersebut. "Tolonggg ... tolonggggg!"Tiwi terus berlari tanpa berhenti berteriak minta tolong. Ranting daun yang menjulai ke jalan setapak berkibas ditabrak Tiwi, bahkan ada beberapa ranting yang patah ditabraknya. Dia berlari seperti orang kesetanan tanpa mau menoleh ke belakang. Serasa bulu di seluruh tubuhnya merinding. Semakin cepat dia berlari, serasa semakin dekat pula makhluk yang akan menerkamnya. Tapi, entah makhluk jenis apa. Sampai akhirnya lelah datang menyerang, nafasnya mulai ngos-ngosan, tapi Tiwi tetap tidak memperlambat larinya, malah berusaha untuk terus menambah kecepatan, sampai akhirnya jalan setapak itu telah menemukan ujungnya. Kini di depan Tiwi terbentang jalan yang cukup lebar unt
BAB KE : 43 SI PENOLONG YANG DURJANA 16+Suara tawa itu sangat mengerikan bagi Tiwi, karena di telinga Tiwi, tawa tersebut seperti melengking mirip tawa Mak Lampir yang pernah dia tonton di sinetron. Tiwi menoleh ke arah Galogeni, asal dari suara itu. "Tidak. Ibu tidak menginap di sini," ucap ibu tersebut menjawab pertanyaan Tiwi, setelah tawanya mereda. "Maaf Bu, kok suara tawa Ibu terdengar aneh?" tanya Tiwi dengan sedikit takut-takut. "Aneh bagaimana?" Galogeni balik bertanya. "Mendengar tawa Ibu, membuat saya takut," jawab Tiwi. "Itu perasaan kamu saja, karena sebelum kita bertemu, hati kamu sudah dipenuhi oleh rasa takut," jawab Galogeni sambil melepaskan senyum. Dalam hati, Tiwi membenarkan apa yang dikatakan Galogeni. Memang benar, sejak dia melihat perubahan ibu yang menjadi nenek-nenek dengan wajah buaya tadi, membuat rasa takut di hati Tiwi sepertinya tidak pernah hilang sampai saat ini. "Ayo, kita pulang!" ajak Galogeni berapa saat kemudian. Dengan hati masih dili
BAB KE : 44KETAKUTAN TIKA YANG KONYOL 16+Konsentrasi Ronal dalam bekerja semakin terganggu sejak Tiwi dirawat di rumah. Walau Dokter Herman datang setiap hari dan Tiwi pun dalam pengawasan Ustad Danu, tapi hal ini tidak membuat Ronal bisa tenang. Kecemasan selalu menghantui diri lelaki tersebut, takut terjadi apa-apa dengan istrinya. Ustad Danu juga telah berusaha keras untuk mengerahkan tenaga dan fikirannya untuk menyelamatkan Tiwi, setiap saat sehabis shalat fardu dia selalu tafakur untuk memantau sukma Tiwi, tapi titik terang belum juga dia dapat untuk menarik sukma wanita tersebut. Sampai suatu ketika, titik terang itu dia temukan. keberadaan sukma Tiwi terdeteksi oleh Ustad Danu setelah melakukan shalat Zuhur. Dengan segera dia datang ke rumah mertua Ronal. Jarak yang cukup jauh. Namun, dengan kendaraannya Ustad tersebut meluncur menuju rumah Bu Darmi. "Tolong sediakan sajadah di kamar Tiwi," pinta Ustad Danu setelah dia sampai di rumah Bu Darmi. Tentu saja perintah terse
BAB KE : 45 TIKA KABUR Suara dentuman yang tiba-tiba ... benar-benar membuat Tika terkejut. Refleks baki yang ada di tangannya jatuh, dan suaranya tak kalah keras dengan dentuman tadi. Merasa dadanya hampir copot, tanpa pikir panjang lagi. Tika melompat dan mengambil langkah seribu keluar dari rumah. Dia sudah tidak peduli dengan orang-orang yang berada di dalam rumah. Apa lagi dengan teko dan gelas yang berceceran di lantai. Bagi Tika, yang terpenting saat ini, dia harus menyelamatkan dirinya sendiri. Inilah tipe makhluk yang tak setia dalam suka dan duka, tak sehidup semati, tak senasib sepenanggungan, tak seiya sekata, tak seiring sejalan, tak setia kawan, dan tak-tak lainnya. Prinsip seperti Tika ini tak perlu ditiru, kasihan kan, sama Ronal, Ustad Danu, dan Bu Darmi yang ditinggalkan begitu saja, apa lagi dengan baki, teko dan gelas yang sudah basah kuyup kedinginan dalam genangan air seteko yang tumpah dengan indah. Mungkin karena saking takutnya, makaTika melakukan ha
BAB KE : 46 AKHIRNYA TIWI SADARKAN DIRI 16+Melihat sikap Tika yang menekuk wajahnya, membuat cengiran Pak Hansip semakin manis. Dia paham Tika kesal padanya, tapi membuat kesal anak baru gede menjelang remaja itu, adalah hiburan tersendiri bagi pak Hansip. Apa lagi yang dia katakan memang begitu adanya. Buktinya sangat jelas dan otentik. Peristiwa menjemput Ustad Danu bersama Tika dulu masih membekas di hati penjaga keamanan kampung tersebut. Bahkan, rasa sakit di kepalanya belum bisa dilupakan begitu saja oleh Pak Hansip. "Nanti saya menyusul ke sana. Biar saya ajak tetangga yang lain juga," kata Pak Hansip pada Pak RT berapa saat kemudian. "Ya, udah kalau gitu, biar kami duluan ke sana," jawab Pak RT. "Tapi, kenapa kentongan pos jaga, Pak Hansip bawa segala?" tanya Pak RT ketika matanya mengarah pada kentongan yang ada di tangan Pak Hansip. "Mau saya servis dulu Pak RT, kayaknya ada bagian yang retak. Suaranya rada pecah dan cempreng, mirip suara Tika," jawab Pak Hansip s