TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPU
BAB KE : 28
NASEHAT USTAD DANU
18+
Mengapa hal tersebut masih mampu memaksa Tiwi keluar dari raganya?
Semua itu terjadi karena kurangnya ibadah dan lemahnya jiwa, serta kekurangan logika Tiwi. Apa lagi perempuan lebih sering mengikuti perasaan dari
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 29KIASAN CANGKIR PECAH18+Sudah tiga hari Tiwi dirawat di rumah sakit, namun tidak ada perkembangan yang berarti. Akhirnya Ronal memutuskan untuk menemui seorang teman yang berprofesi sebagai dokter. Ronal ingin berkonsultasi dengan sahabatnya tersebut.
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 30TOKEK DI RUMAH DOKTER HERMAN"Udah...tidak apa-apa. Ayo duduk lagi," kata dokter Herman, kepada Ronal yang membantunya mengibaskan bekas air kopi yang menempel di kemejanya."Ada apa, Mas?"Hampir berbarengan Ronal dan Herman memutar arah mengarah pada sumber suara tersebut. Dari pintu pembat
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 31RONAL DIIKUTI MAKHLUK ASTRALSetelah diskusi dengan sahabatnya yang juga seorang dokter itu, akhirnya Ronal memutuskan untuk merawat Tiwi di rumah saja.Bu Darmi menyetujui dengan apa yang diputuskan Ronal tersebut. Apa lagi pertimbangannya cukup matang, dengan melakukan pengobatan secara medis bersamaan dengan alternatif.Menurut Bu Darmi, dengan dirawatnya Tiwi di rumah sakit, tentu akan membuat Ustad Danu sungkan ke sana.Sementara, apa yang menimpa Tiwi sudah jelas. Penyakitnya bukan penyakit medis, tapi karena adanya gangguan dari makhluk astral.Kebetulan ada dokterHerman yang bersedia datang ke rumah untuk memeriksa kesehatan Tiwi. Dengan demikian, pengobatan Tiwi bisa dilakukan dengan cara medis sekaligus dengan cara alternatif.Walau Tiwi belum sadarkan diri, namun pihak keluarga telah merasa sedikit tenang, karen
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 32LIDAH RATU KENCANA WANGI YANG MENYERAMKAN18+"Hsstttttttttttt."Tiba-tiba terdengar suara seperti desakan ular, bersamaan dengan pintu bergeser dengan pelan. Tiwi memutar tubuhnya ke arah pintu yang sedang bergerak. Dia pun segera bangkit dengan perhatian penuh pada
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 33KETAMPANAN GANAYANA18+Lidah Ratu Kencana Wangi bergerak turun naik dengan kedua cabangnya bergetar. Dari dua ujung lidah itulah terdengar suara mendesis seperti suara ketika pintu terbuka tadi.Apa yang terjadi pada Ratu Kencana Wangi, Tiwi tidak bisa dilihat, karena posisi Tiwi dipunggungi oleh Ra
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 31/34SERAGAM NYI RORO KIDUL16+Tiwi membuka mata, saat ini dia merasakan keadaanya lebih tenang dan segar. Dia melirik ke arah meja yang ada di samping ranjang. Ternyata ada Ratu Kencana Wangi. Entah sejak kapan Ratu Kencana Wangi duduk di sana."Selamat pagi, Bunda Ratu!"Dengan senyum tersungging Ratu Kencana Wangi menyapa Tiwi. Terlihat dia begitu bersahaja dengan balutan pakaian bak ratu dalam filem-filem jaman dulu, lengkap dengan perhiasan dan tiaranya."Pagi?" Dahi Tiwi berkerut. Itu bukan jawaban salam dari Tiwi untuk Ratu Kencana Wangi, tapi sebuah pertanyaan.Ya, pertanyaan!Pagi? Kapan malamnya? Pertanyaan itu yang ada dalam hati Tiwi. Dia memang tidur, tapi saat itu hari belum malam.Dia masih ingat, waktu Ratu Kencana Wangi mengiringinya menuju ranjang, kemudian dia merasakan ka
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPU BAB KE : 35RATU KENCANA WANGI BERUBAH UJUD 16+"Ke mana Ganayana?" tanya Tiwi seketika. Gelagatnya seperti orang terkejut karena tiba-tiba teringat sesuatu yang terlupakan.Rupanya setelah kabut terhirup oleh hisapan napas istri Ronal itu, semua yang berhubungan dengan pakaian sirna dari ingatannya. Kini pikiran Tiwi dipenuhi oleh bayangan Ganayana yang mempesona. Ingin rasanya Tiwi segera bertemu dengan pemuda gagah itu. Bahkan bukan hanya sekedar ingin bertemu, tapi di hatinya telah bergelayut rindu. "Ganayana sedang mempersiapkan diri untuk mengajak Bunda Ratu jalan-jalan. Bukankah Bunda Ratu ingin keluar untuk menikmati indahnya alam di sekitar sini?" Ratu Kencana Wangi kembali berdiri dan menghampiri Tiwi, lalu duduk di sisi ranjang, berhadapan dengan istri Ronal tersebut. Senyum masih bermain di bibir Ratu Kencana Wangi. Tapi, senyum kali ini penuh dengan kelicikan. Karena ada sebuah rencana yang akan dia lakukan untuk Tiwi "Ya, saya me
BAB KE : 36 ISTANA RATU KENCANA WANGI 16+Taring yang mencuat dari kedua sisi mulut Ratu Kencana Wangi juga akan mendatangkan rasa ngeri bagi yang melihatnya, karena taring itu mirip seperti taring ular cobra. Runcing dan mengkilat dengan ukuran sebesar kelingking anak remaja. "Sssstttsssssssssss!"Suara desisan terdengar lagi bersamaan dengan terangkat dan naiknya kepala Ratu Kencana Wangi. Perlahan semakin menjulang naik meliuk-liuk, ditopang oleh badan ular yang besarnya seukuran pohon kelapa. Semakin naik, semakin cepat pula liukkan dari ular tersebut. Dari samping kiri dan kanan tubuh ular terlihat seperti ada sesuatu yang tumbuh. Makin lama makin memanjang dan melebar. Akhirnya berubah menjadi sayap. Kini kedua sisi tubuh Ratu Kencana Wangi yang berujud ular, dihiasi oleh sepasang sayap. Tapi sayap itu tidak seperti sayap burung, namun, sayap tersebut seperti kulit ular yang dibentangkan. Bagian kepala ular itu menjulang ke angkasa dan terus naik seperti layangan. Akhirn
BAB KE : 12O AKHIR SEBUAH CERITA 16+Kakek itu hanya bisa berharap seperti itu, karena yang maha mengetahui hanya Tuhan, apakah berdosa atau tidak berdosanya seseorang ketika melakukan suatu perbuatan hanya Tuhan yang bisa menentukan. Mungkin dari segi ilmu fiqih ada keterangan berdosa bila melakukannya, tapi Tuhan maha mengetahui niat seseorang. Tuhan lebih mengetahui kenapa orang tersebut sampai terperosok ke dalam dosa tersebut. Tidak boleh menghakimi bila sesuatu perkara itu belum terang oleh kita, itu prinsip yang dipakai oleh Galogentang. "Aamiin!" Ronal dan Ucil hampir serentak mengucapkan kata penutup doa tersebut menyambut ucapan Galogentang. "Tapi, belum tentu juga kamu tidak berdosa." Kalimat Galogentang yang ini membuat Ronal memiringkan mulutnya dengan mata menyipit menatap kakek tersebut sambil mengangkat bahu. "Ya, mungkin dosa kamu akan dipungut dari sisi kebodohan ...""Kebodohan bagaimana maksudnya?" Ronal memotong kalimat Galogentang."Dalam hidup itu, kita
BAB KE : 119 GALOGENTANG DAN UCIL SABARUCIL DATANG KE RUMAH RONAL 16+"Kakek Galogentang!" seru Ronal tertahan sambil bergegas ke arah mobil, karena dari balik mobil itulah kepala Galogentang menyembul. Senyum lepas dari bibir Galogentang, begitu pula dengan Ronal, setelah dekat mereka berpelukan. Jelas kegembiraan terlihat di wajah mereka. Bagi Ronal ini adalah pertemuan yang tidak disangka-sangka. Pertemuan yang membuat bahagia. "Eh, Ucil Sabarucil juga ada!" Senyum Ronal berubah jadi tawa lepas, ketika melihat makhluk kerdil juga ada di sana. Tadi Ronal tidak melihat, mungkin karena Ucil terlalu kecil, sehingga luput dari pandangan mata Ronal. Setelah melepaskan pelukan dengan Galogentang, Ronal bersimpuh di depan Ucil. Walau telah bersimpuh, Ronal tetap lebih tinggi dari Ucil. Kemudian mereka pun berpelukan. "Ayo, masuk! Kita bicara di dalam saja," ajak Ronal sesaat kemudian. "Mau bikin heboh orang yang ada di dalam rumahmu? Mereka kan tidak dapat melihat kami, nanti ka
ADA CINTA ANTARA TIKA DAN RAHMAN BAB KE : 118 "Memangnya Tika belum kenalan sama Rahman, Pak Hansip?"Semua mata mengarah pada Bu RT ketika beliau melepaskan pertanyaan tersebut. Berbagai ekspresi terlihat dari wajah mereka yang ada di ruangan tersebut. Ada yang tertawa, ada yang tersenyum, ada yang senyumnya sengaja dikulum, bahkan ada pula yang cengengesan. Rahman dan Tika juga ikut tersenyum, tapi cuma sebentar, karena tahap berikutnya wajah mereka memerah dan buru-buru menunduk. "Bu RT ngomong apa sih?" Sungut Tika pada Bu RT sebelum menunduk. Wajah Tika memang rada cemberut, tapi hatinya serasa terbang dengan sejuta bunga-bunga yang bermekaran, penuh kebahagiaan. Mungkin memang begitu sifat orang yang sedang jatuh cinta, kata hati dan ekspresi wajahnya suka tidak sama, kadang hati berkata iya, tapi kepala menggeleng diselingi anggukan. "Kenalan secara formal mungkin belum, Bu RT. Cuma rasanya, hati dan jiwa mereka sudah saling menyelami, dan sama-sama merasakan suka yan
BAB KE : 117 ADA APA DENGAN TIKA 16+Ternyata peristiwa di kampung jin benar-benar jadi pelajaran yang berharga bagi Ronal dan istrinya. Selama ini pasangan suami istri tersebut tidak begitu mempercayai akan adanya alam gaib yang mirip dengan perkampungan manusia. Mereka juga tidak percaya dengan adanya aturan tata krama dan adab terhadap makhluk-makhluk tersebut. Bahkan mereka tidak percaya sama sekali kalau makhluk astral bisa mengganggu kehidupan manusia. Namun, pengalaman telah mengajarkan mereka untuk mempercayai adanya kekuatan dari makhluk gaib, bukan sekedar percaya akan adanya Tuhan saja, tapi harus mempercayai adanya makhluk gaib yang diciptakan Tuhan.Kini mereka baru mengerti, bahwa tidak semua kejahatan dapat dilihat dengan nyata, sebab itu perlu berserah diri dan minta perlindungan pada Tuhan, tentu jalannya dengan takwa dan berdoa. Bermacam doa pun mulai mereka hapal, doa masuk ke kamar mandi sampai doa ketika mau berhubungan antara suami dan istri pun mereka haf
BAB KE : 116 RONAL KEMBALI PULANG 16+Dua lelaki yang kelihatan sebaya itu keluar dari gubuk. Sesaat Nursalim menatap ke arah gubuknya yang berjarak tidak begitu jauh dari gubuk Kartim, terlihat istrinya masih sibuk mengusir burung yang silih berganti mampir di sawah mereka. Nursalim berjalan di depan, diikuti Kartim dengan hati yang masih diliputi rasa was-was. Sambil berjalan mereka terus berbincang, membicarakan dan menebak apa gerangan yang ada di sana. Bahkan Nursalim pun telah melupakan niat awalnya ke gubuk Kartim, yang sebenarnya hendak meminjam korek api, entah kenapa hari ini dia lupa membawa benda tersebut. Padahal biasanya benda yang satu itu selalu nyempil dalam kantongnya. "Sepertinya ada mayat!" kata Nursalim sambil menghentikan langkah ketika mereka telah hampir sampai di tempat Ronal. Kartim memanjangkan leher, mengintip dari belakang Nursalim. Mata Kartim cukup lama meneliti sosok lelaki yang tergeletak tanpa bergerak itu, yang jaraknya tidak jauh dari tempa
BAB KE : 115RONAL DIKIRA HANTU 16+Tidak jauh dari tempat Ronal pingsan, dari sebuah gubuk yang ada di sawah tersebut, terlihat seorang bapak-bapak berumur sekitar empat puluh lima tahun. Sebelum matahari menyinari bumi, dia telah berada di sawahnya, dengan maksud untuk menjaga padinya dari incaran burung liar. Ada keanehan yang dia rasakan pagi ini, tak ada satu pun burung yang hinggap di area sawahnya. Sementara temannya yang lain pada sibuk berteriak mengusir burung yang mampir untuk mencicipi bulir padi milik mereka.Keanehan itu memang sempat mengganjal hatinya, tumben burung-burung pada enggan mampir di petak sawahnya, padahal biasanya padi milik dialah sasaran utama dari burung-burung tersebut, karena petak sawah bapak tersebut berada persis di bawah kaki bukit, tempat di mana burung-burung bersarang.Rasa heran di hatinya semakin menjadi, ketika melihat asap tipis yang mengudara di bagian ujung sawahnya. Batin lelaki itu mengira ada api di sekitar sana. Tapi siapa pula y
BAB KE : 114 MAKHLUK BUNIAN DAN SILUMAN BUAYA JADI PEMENANG16+Korban dari kedua belah pihak berjatuhan. Karena yang terjun ke medan tempur sangat banyak dari masing-masing kelompok, sehingga korban yang berjatuhan tentu sangat banyak pula, mungkin jumlahnya ribuan.Peperangan di perbatasan sebenarnya dimenangkan oleh Ratu Kencana Wangi. Kelompok Jin Sumbing bahkan sampai lari terbirit-birit menyelamatkan diri ke wilayahnya. Namun, betapa terkejutnya mereka, karena mereka langsung disambut oleh pasukan makhluk Bunian yang telah siap menanti dengan prajurit-prajurit andalan mereka. Tidak sulit bagi makhluk Bunian untuk mengalahkan kelompok Jin Sumbing yang sudah kelelahan. Akhirnya mereka semua berhasil di tangkap dan dijebloskan ke penjara. Nasib Ratu Kencana Wangi dan pasukannya juga tidak kalah apesnya dibandingkan dengan kelompok Jin Sumbing. Sebenarnya kelompok Ratu Kencana Wangi sengaja tidak mengejar Jin Sumbing, karena mereka merasa sudah yakin menang dan hanya menunggu
BAB KE : 113SILUMAN BUAYA DAN MAKHLUK BUNIAN IKUT PERANG 16+Balon tersebut menggelinding dengan cepat menuju dasar jurang. Terkadang melenting tinggi bila menabrak batu, kadang-kadang malah menghantam pohon yang tumbuh di sisi tebing.Namun, balon itu tidak pernah berhenti, terus meluncur karena pengaruh gravitasi bumi. Entah bagaimana nasib Ronal yang ada di dalam balon tersebut. Setelah melambaikan tangan ke arah balon raksasa yang terus meluncur, tanpa menunggu lambaiannya berbalas, Galogentang langsung menghentakan kaki ke bumi. Sekali hentak, tubuhnya melambung, lalu melayang di angkasa. Galogentang tidak kembali ke arena pertempuran Ratu Kencana Wangi dan Jin Sumbing. Dia malah terbang menuju wilayahnya, wilayah siluman buaya. Setelah sampai di wilayah siluman buaya, Galogentang segera menemui rajanya dan menceritakan apa yang terjadi, sekaligus mengusulkan untuk segera melakukan penyerangan ke wilayah Bukit Lampu. Mendengar apa yang disampaikan Galogentang, raja siluma
BAB KE : 112RONAL DITENDANG KE DALAM JURANG OLEH GALOGENTANG 16+Sikap Ronal ini justru membuat tawa Galogentang semakin keras, wajahnya sampai memerah. Tentu sikap kakek tersebut membuat Ronal semakin masgul bin keki. "Benar-benar makhluk aneh, urusan hidup mati orang, malah ditanggapi dengan tawa," rutuk Ronal dalam hati."Jurang itu hanya bentuknya saja yang curam, tapi selalu ada sisi atau bagian tempat kita berpijak. Lakukan dengan percaya diri, jagan takut akan sesuatu! Bila kita sudah takut sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya. Itu sama saja takut dengan bayang-bayang," ucap Galogentang setelah tawanya reda."Tapi saya memang tidak berani menuruni jurang itu, Kek! Lewat jalan yang datar saja, atau Kakek ikut bersama saya," tawar Ronal. "Apakah kamu ingin bersama saya menuruni jurang itu?" tanya Galogentang. "Iya, kalau bersama Kakek, saya berani," jawab Ronal cepat. "Ayo, kita ke sana!" ajak Galogentang sambil berdiri. "Ayo!" Ronal menyanggupi, dia pun berdiri,