"Bagaimana perasaanmu,Sayang?" tanyaku lagi sambil merangkul bahu Tiwi dengan tangan kiri,sementara tangan kanan memegang kemudi.
Ujung tanganku menepuk-nepuk lembutlengan Tiwi.
"Aku masih takut, Mas! Aku tidaktahu, makhluk apa yang ada di rumah itu," jawab Tiwi sambil menyandarkankepalanya ke dadaku.
"Ketika aku keluar dari mobiltadi, apakah kamu tidak melihatku?" tanyaku karena masih penasaran
18+POV : RONAL"Bagaimana dengan kakeknya, Mas?Di mana dia?"tanya Tiwi ketika aku baru membuka pintu mobil."Tidak apa-apa ... kakeknyamasih di belakang. Dia mau ke sawah, katanya," jawabku berbohong, kemudianaku duduk di belakang kemudi dan bersiap mensta
POV : RONALAku ingin berlari dengan sekuat tenaga ke arah langgaruntuk memberi tahu bapak yang ada di langgar. Sete
18+"Ya, tidak lah! Sudah berapa hari ini kita kan selalu bersama, mustahil aku bisaberselingkuh," jawabku.
TEROR DARI MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 10AMUKKAN TIWIPOV : RONALWalau rasa takut menggerogoti hati, namun aku menyadari istriku dalam bahaya. Bahaya karena saat ini tubuhnya telah dikuasai oleh makhluk lain. Makhluk yang mungkin saja bisa mencelakai istriku yang tercinta.Aku melompat naik ke atas ranjang, dengan cepat menangkap tubuh Tiwi. Ada perlawanan dari dia yang membuat aku kerepotan. Entah kenapa tenaga Tiwi sekarang begitu kuat melebihi kekuatanku."Brakkk!"Aku jatuh oleh bantingan Tiwi, untung saja kasur yang menyambut tubuhku sangat empuk, sehingga tidak ada rasa sakit yang kurasakan."Hua ha ha ha ha!""Hi hi hi hi hi hi!"Tiwi tertawa keras, yang menurutku tawanya sangat nyentrik, karena ada dua perpaduan tawa yang keluar dari mulutnya.Mungkin tawa jenis tersebut ungkapan kegembiraan yang berlebihan dari makluk tersebut
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 11MENJEMPUT USTAD18+"Apa Bu Darmi tahu di mana tempat ustad yang bisa mengobati orang kesurupan?" tanya Pak RT."Saya tahu Pak RT, tapi rumahnya lumayan jauh dari sini. Dulu saya pernah ke sana bersama Tika," jawab Bu Darmi.
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 12PERJALANAN KE RUMAH USTAD DANU18+POV : RONALSekitar lima belas menit perjalanan, aku mampir untuk mengisi bahan bakar mobil. Untung sebelum kabur dari rumah semalam aku sempat mencomot dompet di atas nakas, sehingga soal keuangan tidak masalah lagi.Ketika mobil baru berhenti di SPBU, aku melihat Tika bergidik, lalu menoleh ke belakang dengan takut-takut.Entah sudah berapa kali dia melakukan hal tersebut sepanjang jalan, yang jelas cukup sering sepengetahuanku.Mungkin rasa takut masih menguasai dirinya dan tak mampu diusir oleh keberadaanku dan Pak Hansip yang duduk di belakang."Kamu masih takut, Tika," tanyaku setelah mobil meninggalkan area SPBU. Sambil bertanya akumelirik ke arahnya."Iya, Mas. Sepertinya makhluk itu saat ini berada di belakang saya,"
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 10TERNYATA PENAMPAKKAN YANG DILIHAT TIKA BENAR18+"Ambil air mineral ke rumah, Bu!" titah Ustad Danu pada istrinya. Dengan bergegas wanita itu kembali ke rumah."Bentuknya seperti perempuan berdaster, ya, Pak Ustad? Rambutnya panjang?" tanya Tika, sambil menghampiri Ustad Danu, lalu berdiri di samping lelaki paruh baya tersebut.Mungkin Tika ingin meyakinkan bahwa yang dilihatnya tadi bukan sekedar ilusi, tapi benar-benar nyata.Mendengar itu, aku mendekat ke arah mereka, membiarkan Pak Hansip berjalan ke arah sebatang pohon yang tidak jauh dari tempat mobil terpakir. Biarlah Pak Hansip menjalani deritanya sendiri, batinku."Betul, tapi yang satu lagi seperti anak kecil," jawab Ustad Danu."Owh, berarti makhluknya ada dua ekor?" tanya Tika sambil mendekati celah pintu mobil yang terbuka, dan mengintip dari sana di samping
TEROR MAKHLUK PENUNGGU BUKIT LAMPUBAB KE : 15TEROR KEMBALI DATANGPOV : TIWISampai saat ini aku masih penasaran, makhluk apa sebenarnya yang ada di rumah Mas Ronal.Sejak peristiwa itu terjadi, ada rasa takut untuk kembali ke sana, dan sampai saat ini aku memang tidak pernah ke sana lagi.Akhirnya Mas Ronal mengambil keputusan, kami kembali ke rumah Ibuku, dan menetap di sini untuk waktu yang tak ditentukan. Semua perabot telah di bawa ke rumah Ibu.Sebenarnya dari awal Ibu tidak setuju kami pindah dari sini. Namun, karena ingin mandiri dan rumah tersebut juga lebih dekat dari tempat kerja Mas Ronal. Akhirnya dengan terpaksa Ibu melepas kami.Tentu waktu itu aku merasa berat untuk meninggalkan Ibu dan Tika. Tapi apa boleh buat, sebagai seorang istri aku harus taat pada suami, termasuk harus ikut Mas Ronal dan dengan terpaksa meninggalkan Ibu dan ad