20 April 2016, Waduk Sermo , Kulon Progo, DIY. "Ayu ... Yu ... Ayu ...! Kamu di mana? Ayu!"Mellani yang masih remaja tengah mencari sahabatnya yang tiba-tiba menghilang. Tadi sehabis acara api unggun dia langsung tidur di tenda karena terlalu lelah, seingatnya dia dan Ayu tidur berdampingan. Tapi ketika dirinya terbangun karena digigit nyamuk Ayu sudah tidak ada disampingnya. Tak biasanya sahabat cantiknya itu pergi begitu saja tanpa berpamitan dengannya. Karena khawatir dan juga penasaran, akhirnya walau hanya bermodalkan nekat yang dia paksakan, Mellani menyusuri jalan pegunungan menuju waduk. Memang lokasi perkemahan sekolahnya agak sedikit menurun dan agak sedikit menjauhi daerah waduk sehingga saat akan menuju ke arah waduk dia harus menanjak.Senter kecilnya dia arahkan lurus ke depan. Mellani mengeratkan pelukan di tubuhnya karena ternyata jaket yang dia kenakan tidak mampu menahan hawa dingin malam ini.Dia menanjak perlahan menuju waduk. Entah kenapa kakinya dengan s
Tuuut … tuuut … tuuut …."Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan hubungi beberapa saat lagi!"Bagas berkali-kali menghubungi nomor Mellani, tapi selalu gagal. Bagas coba lagi dan hasilnya masih sama, Mellani kekasihnya tidak bisa dihubungi. Bagas khawatir hal buruk menimpa sang kekasih.Dia ingin mengabarkan kepada kekasihnya itu kalau dirinya sedang perjalanan menuju vila di Bogor.Hari ini dirinya sangat bahagia karena akhirnya Mellani mau diajak pergi berdua. Lebih tepatnya Mellani yang mengajak dirinya untuk berlibur berdua di puncak, Bogor.Walau sudah ada rencana untuk menikah, Mellani sangat menjaga jarak dengan dirinya. Jangankan berhubungan badan seperti kebiasaan teman-temannya yang lain. Jika dirinya nekat memegang tangan sang kekasih maka dirinya akan di hajar habis-habisan secara verbal. Dia tidak akan bisa berjumpa kembali dengan Mellani untuk waktu yang lama dan hal itu pasti membuat Bagas panik.Bagas yang begitu mencintai Mellani sangat takut kehilangannya.
Teng … teng … teng ….Suara bunyi jam menunjukkan angka sebelas."Woy Mella, mabok lo ya? Udah jam sebelas malam tuh, lo nggak pulang?" Seorang perempuan dengan gaun seksi dan potongan leher V dan rendah yang membuat belahan dadanya yang di atas rata-rata terpampang jelas siap memanjakan mata lelaki hidung belang.Tangan kanannya perempuan itu memegang segelas red wine yang warna merahnya serasi dengan polesan lipstik pada bibir perempuan seksi tersebut. "Nanti lah gampang, Sha. Lagian nanggung amat masih juga jam sebelas malam, nanti lah jam dua belas malam sekalian, lagian partynya juga belum selesai, kalian ngusir gue? Gitu?" Gadis cantik dengan dress hitam selutut tanpa dengan dan aksen renda minimalis tapi terkesan elegan dan misterius menatap gadis yang tengah mengajaknya berbicara itu.Bibirnya yang terpoles lipstik warna pink soft yang di ombre dengan warna mera dara memberikan kesan lembut tapi menantang sekaligus menantang tapi lembut."Yaelah, sensitif amat kamu jadi anak.
"Mell! Mellani! Bangun sayang, di bawah ada polisi nyariin kamu!" Terlihat seorang perempuan dengan tergesa membangunkan Mellani yang sedang terpejam di kamarnya."Polisi?!" Mellani yang mendengar kata polisi langsung membuka paksa matanya yang terpejam yang akhirnya menimbulkan rasa perih dan pusing di kepala. Akan tetapi, gadis itu tidak peduli dengan apa yang dirinya rasakan karena kata ‘polisi’ telah terlebih dahulu membuatnya panik."Iya sayang, ada polisi nyariin kamu, Mamah bingung kamu bikin ulah apa lagi sekarang? Semalam kamu party lagi? Mabuk? Duh, anak Mamah yang satu ini!" "Ssst, diam, Mah! Sebentar, Mella pusing!" Mellani yang meihat sang ibu panik jadi semakin panik.Mellani membuka paksa matanya, Kepalanya terasa berat, sementara ibunya sibuk mengambil handuk dan baju untuk anak gadisnya yang masih tergeletak di atas ranjang."Oh God, pusing banget kepala gue!" Mellani memukul pelan kepalanya dengan genggaman tangannya."Sudah, cepet cuci muka terus ganti baju yang ra
"Sebenarnya sebelum menghilang Bagas pamit ingin pergi ke Bogor dengan Mellani, Pak. Itu sebabnya ibu saya marah dan menuduh Mellani yang mencelakai Bagas. Ibu saya marah bukan tanpa sebab." Mas Agung berusaha menjelaskan dengan tenang.Mellani begitu kaget, bagai disambar petir di siang bolong. Mellani tak menyangka Bagas menggunakan namanya sebagai alasan untuk bisa pergi ke Bogor. Padahal dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal Bogor, apalagi sampai acara menginap di villa. Yang ada Mellani sendiri juga sibuk mencari keberadaan kekasihnya yang seolah hilang di telan Bumi.Empat hari yang lalu tiba-tiba Bagas menghilang. Ponsel tidak aktif, Facebook, IG dan segala sosmednya juga tidak aktif. Dirinya sudah berusaha mencari keberadaannya tapi hasilnya zonk. Teman Bagas sama sekali tidak ada yang tahu. Tapi ternyata dirinya melupakan hal yang sangat penting, dia lupa menanyakan keberadaannya kepada keluarganya.Bukan tanpa alasan kenapa Mellani lupa, lebih tepatnya malas untuk berku
"Aaa!" Mellani berteriak sangat kencang, sampai terdengar ke telinga orang tuanya yang berada di lantai bawah rumah mereka.Bu Rosa berlari tergopoh-gopoh menuju kamar anak gadis mereka."Kenapa, Mell? Kamu kenapa, Sayang?" Bu Rosa langsung memeluk erat tubuh anaknya yang terduduk sambil menunjuk-nunjuk sesuatu, tubuh Mellani bergetar hebat."Ya Tuhan, apa itu! Pa! Papa! Pa!" Bu Rosa berteriak keras memanggil suaminya.Tak lama terdengar suara langkah kaki menaiki anak tangga dengan tergesa. Pak Rudi datang terburu-buru. Begitu masuk ke kamar anak gadisnya, matanya sibuk memindai ke seluruh sudut kamar tersebut. Tak lama beliau mengambil secarik kertas yang ditunjuk oleh tangan anaknya dan mencium aromanya."Darah?"Pak Rudi kemudian menatap istrinya, sang istri hanya mengedikkan bahu pertanda jika dirinya tidak tahu apa-apa.Pak Rudi terlihat keluar dari kamar sambil berkacak pinggang, sementara tangan kanannya memegang ponsel yang dia tempelkan di telinganya. Dari suaranya terdengar
"Di—a Ayu, Mah. Ayu yang membunuh Bagas dan meneror Mella." Mellani berkata pelan dan terbata-bata, suaranya terdengar bergetar menahan takut."Ayu? Ayu temanmu SMA? yang meninggal waktu hiking dulu?" Bu Rosa berusaha memperjelas apa yang dimaksud oleh Mellani.Mellani mengangguk mengiyakan perkataan ibunya, dia tak menyangka kalau ibunya masih ingat dengan Ayu sahabatnya, lebih tepatnya sahabat yang dia khianati."Jangan mengada-ada kamu, Mell! Ayu temanmu itu sudah lama meninggal, jangan bercanda kamu, Mamah tidak suka!" Bu Rosa melotot sambil meninggikan nada suaranya. Sebab, menurutnya pengakuan anak gadisnya itu benar-benar tidak masuk akal. Mana mungkin orang sudah meninggal bisa meneror orang lain, bahkan menulis pesan ancaman segala."Mella nggak bercanda, Mah! Suara yang Mella dengar memang Ayu, dia ngajak Mella ke neraka. Hanya saja entah mengapa riwayat panggilan di ponsel Mella hilang semua. Tapi Mella yakin kalau itu Ayu, Mah!" Mellani masih terus bersikukuh dengan pendap
"Rokok?" Sasha menyodorkan sebungkus rokok kepada Mellani yang terlihat melamun."Sorry, gue udah berhenti ngerokok, Sha!" Mellani melambaikan tangannya sebagai bentuk penolakan."Okay. Tapi jangan terlalu dipikirin begitu, Mell. nanti gampang miskin kita." sasha dengan santainya menghembuskan asap rokok yang dirinya hirup itu ke udara.Di sini, Mellani dan Sasha sedang berada di sebuah cafe, setelah sebelumnya mereka pergi ke rumah duka untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Jonathan untuk yang terakhir kalinya."Gue pikir lo benci sama Jo, Mell? Sekarang lo malah ngajak gue buat melayat ke rumahnya. Nggak habis pikir gue sama jalan pikiran lo, Mell." Sasha berucap sambil membakar ujung rokok di bibir seksi miliknya karena rokoknya mati.