Menjelang magrib, Leona dan Ferdy bersiap kembali ke Jakarta. Pembangunan mall yang menjadi proyek Denis kini sudah mencapai 65%. Beberapa bulan lagi, bangunan lima lantai tersebut akan rampung dan siap beroperasi. Proyek yang sempat mangkrak hampir setengah tahun itu kini kembali bergulir setelah Dirgantara mau berinvestasi.
Sebelum meninggalkan kota Bogor. Ferdy berinisiatif untuk mengajak Leona makan malam. Namun, kali ini bukan restoran mewah atau kafe elit yang mereka datangi. Ferdy justru mengajak atasannya itu berhenti di pinggir jalan, untuk menikmati makan malam di warung kaki lima."Kita makan dulu ya, Bu. Ibu belum makan dari siang tadi." kata Ferdy setelah menghentikan mobil di tepi jalan.Leona menoleh kesana.kemari, merasa asing dengan suasana sekitar. Selama menikah dengan Denis, suaminya hanya mengajaknya menikmati makanan di restoran mewah dan berbintang. Namun kali ini, mereka akan mencicipi hidangan sederhana yang disajikan warung kaki lTak terhitung jumlah uang yang Dini habiskan untuk melakukan pengobatan di padepokan itu. Karena beberapa hari ke depan, kiyai yang akan ditemuinya sedang berkegiatan di luar kota, Dini terpaksa menyewa rumah singgah untuk ditempati bersama ibu dan anaknya."Mah, Mama bisa dengar Dini kan?" Tatapan sayu yang terpancar dari mata Laras membuat hati Dini teriris."Mama semangat ya. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat Mama sehat lagi. Dini janji Mah," ucapnya dengan penuh keyakinan.Malam semakin larut, suara jangkrik beradu dengan suara hewan lainnya. Lokasi padepokan yang berada di dekat persawahan membuat suasana di sana begitu dingin. Sesekali. Dini menatap Mama dan putranya yang sudah terlelap, lalu kembali memandang keluar jendela. Suasana malam di sana begitu sepi, entah hanya perasaan Dini saja, atau memang aura malam itu terasa berbeda. Terhanyut dalam lamunan, lama kelamaan. Dini merasa bulu kuduknya merinding. la akhirnya memutuskan untuk
Kiyai Nurdin menghela napas dalam, pria setengah baya itu terlihat prihatin menyaksikan kondisi Laras. Sudah lebih dari lima tahun dirinya mengenal wanita itu, sudah pasti ia mengetahui sepak terjang kehidupan Laras."Jadi gimana, Kiyai? Kenapa Mama saya seperti ini?" tanya Dini. matanya berkaca.kaca karena kekhawatiran.Nurdin dikenal sebagai orang sakti berkedok Kiyai. Banyak orang datang untuk berobat ataupun meminta bantuan dalam masalah spiritual kepada pria paruh baya tersebut. Namun, ia tak langsung menjawab pertanyaan Dini, melainkan merapatkan kain sarungnya, lalu menggiring istri dan Dini keluar dari kamar Laras dengan langkah gontai."Begini, Nak Dini... sebenarnya, saya juga cukup kaget melihat keadaan Bu Laras. Jika dari pemeriksaan medis tidak ada hasil, itu berarti ada hal-hal yang mungkin Bu Laras langgar. Apa nak Dini pernah mendengar jika Bu Laras menggunakan susuk?" tanya Nurdin lirih.Dini menatap Kiyai Nurdin, lalu memandangi
"Ngelamun aja, woy." Sapaan akrab itu membuat Angga langsung tersentak dan mendongak, senyuman tipis terukir di wajahnya ketika menyadari bahwa yang menyapanya adalah Rendy dan istrinya. Tari. "Eh, Ren, Tar... kalian ngapain ke sini?" tanya Angga, terkejut melihat teman SMA.nya berada di Club malam. "Kebetulan habis menghadiri pernikahan di gedung ini, trus Rendy ngajak santai bentar," jelas Tari seraya menatap suaminya. Kamu sendiri ngapain, Ga? Kok malah sendirian di sini?" tambah Tari. kecurigaan terpancar dari matanya. Wajah tampan itu nampak muram, ia lalu kembali menenggak minuman di hadapannya sebelum menjawab dengan nada datar. Lagi butuh suasana untuk merenung, menghilangkan kegundahan hati." Ada sesuatu yang tampak tersembunyi di balik pandangannya. "Mungkin dia patah hati Yang, gara-gara Leona dan Pak Ferdy semakin akrab," sahut Rendy sambil tertawa cekikikan. Tari men
Angga mendongak, menatap langit malam yang bertabur bintang. Sudah berusaha keras menutupi perasaan yang menggumpal di dalam hati, tapi ia tak bisa memungkiri rasa cemburunya melihat Leona begitu dekat dengan Ferdy.Pria tampan itu menyalakan korek api, dan sebatang rokok pun menyala di antara bibirnya. Seakan nyala api itu mewakili api cemburu yang membakar hatinya. Begitulah rasanya menaruh rasa suka pada seseorang selama bertahun-tahun, sementara orang itu tak pernah menyadari perasaan yang terpendam."Apa perasaanku ini salah, Leona?" gumam Angga dalam hati. memori indah pertemuannya dengan Leona semasa SMA kembali menghantui pikirannya. Leona, gadis cantik, lembut, dan ramah, tak ada satupun yang tidak sempurna darinya. Teringat Angga pada masa SMA, di saat ia dikenal sebagai pembuat onar. Orang tua Angga yang kaya raya selalu menjadi penopangnya dalam setiap Regaduhan yang ia buat. Namun, hidupnya berubah ketika bertemu Leona, siswi baru yang mampu menarik ha
Sidang pertama akhirnya berlangsung sesuai harapan Leona. Setelah sempat diliputi kekhawatiran dan ketakutan, perasaannya sedikit lega ketika hakim mengetuk palu tanda resmi berakhirnya pernikahannya dengan Denis.Air mata Leona tak terbendung, lega karena akhirnya benang kusut yang mengikat dia dan Denis terputus juga. Sesekali Leona melirik Denis yang terus menerawang seakan memohon ampun padanya. Namun, tak ada satu pun respon yang ia berikan hatinya terluka parah oleh segala kebohongan yang pernah diperbuat oleh mantan suaminya itu.Perlahan, pihak berwajib mulai menuntun Denis meninggalkan ruang sidang setelah majelis hakim beranjak. Matanya tak lepas dari Leona, namun nampak sudah tak ada harapan yang tersisa: Leona benar-benar membencinya. "Apa saya tidak boleh bicara sebentar saja dengan mantan istri saya. Pak?" pinta Denis dengan nada penuh harapan. "Tidak bisa, Pak. Beliau juga tidak akan mau." jawab polisi, mengetahui betapa dalam perasaan sakit hati yan
Kabar duka baru saja menerpa Leona, wanita itu terhenyak ketika mengetahui mantan ibu mertuanya telah meninggal. Sudah lama tak berjumpa, setelah melepaskan Laras dan Dini dari dalam sel, Leona kira mereka kini baik-baik saja. Namun takdir berkata lain, Laras telah menghembuskan napas terakhirnya."Sekali lagi aku minta maaf. Mbak. Maafkan semua kesalahan Mama dan aku." Air mata Dini menetes deras membasahi pipi. perasaan terpukul menyelimuti hatinya. Janda beranak satu itu tak dapat membendung kesedihan mendalam yang menghantui jiwanya. Leona menarik napas dalam, tatapan penuh iba terpancar dari matanya."Aku sudah memaafkanmu dan Mama Din. Semoga Mama tenang di alam sana," ucap Leona perlahan."Terima kasih, Mbak. Terima kasih banyak. Sebenarnya, sebelum meninggal, Mama sangat ingin bertemu dengan Mbak dan meminta maaf secara langsung. Tapi keadaan tidak mengizinkan. apalagi kami tinggal di Bogor." Dini menjelaskan dengan suara bergetar.Dini me
"Loh, Leona, kamu ikut juga?"Leona terkejut menyadari keberadaan Angga di bandara sore itu. "Ehh.. lya, Ga, Tari memaksa aku ikut." jawabnya dengan kikuk. Kamu juga ikut?" tanya Leona semakin penasaran.Pria tampan itu mengangguk, terlihat bersalah. "lya, Rendy juga maksa aku, Leona." sahutnya sambil tertawa canggung.Pasangan yang menjadi sumber topik perbincangan tersebut hanya tersenyum simpul, seakan tak merasa bersalah telah membuat Leona dan Angga terkejut."Ini kejutan, biar semakin seru dan rame!" ucap Rendy seraya mengedipkan matanya.Angga menggelengkan kepala, dia sungguh tak tahu jika Rendy dan Tari akan mengajak serta Leona juga. Sejujurnya. Angga merasa cemas dan tak enak hati, khawatir Leona berpikiran buruk atau mengira dirinya sengaja merencanakan hal ini."Kalian benar.benar, deh, kenapa nggak kasih tahu dulu?" keluh Angga sambil memandang Leona dengan tatapan khawatir."Namanya juga kejutan, Ga. Kalau
"Ya ampun, lama banget nggak liburan." Leona menikmati pemandangan sekitar dengan wajah berseri, rasanya sudah lama sekali ia tak menginjakan kaki di Bali, tempat yang begitu spesial baginya. Sejak menikah dengan Denis, ia lebih sering menghabiskan waktu di rumah menunggu laki-laki itu. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa orang yang ditunggunya ternyata menghabiskan waktu liburan bersama keluarganya sendiri. Bertahun-tahun dikecewakan, dan Leona tak pernah menyadari hal itu."Liburan itu penting. Leona, supaya kita nggak terlalu stres mikirin kerjaan," sahut Angga ikut menimpali.Mereka tengah dalam perjalanan menuju vila yang akan di tempati, nampaknya kali ini Angga benar-benar tak menggunakan aksesnya, pria itu hanya mengikuti Tari dan Rendy, padahal bisa saja dia menggunakan nama besarnya, hotel pun keluarga Danuarta punya disana. Dia bisa menikmati semua fasilitas dengan mudah, tapi pria itu tak melakukannyaLeona mengangguk setuju, kali ini
Di sinilah Ferdy berada di ruang UGD. Pria tampan itu tengah di periksa dokter di dalam, dan setelah beberapa saat menunggu akhirnya sang dokter keluar juga.Leona menghampiri dokter itu lebih dulu dan bertanya pada sang dokter bagaimana keadaan suaminya. Tari dan Rendy mengikuti Leona dari belakang."Dok gimana keadaan suami saya" tanya Leona dengan wajah cemasnya.Dokter itu tersenyum dan menjawab pertanyaan Leona."Ibu tenang saja suami ibu tidak apa-apa hanya saja dia kekurangan asupan makanan dan membuat tubuhnya menjadi tak bertenaga. Apa sebelumnya suami ibu sering muntah" tanya sang dokter di akhir kalimat."Iya dok sejak saya hamil dia sering muntah di pagi hari dan suami saya juga gak nafsu makan dok" jawab Leona."Nah di situ kendalanya buk, suami ibu ini tengah mengalami yang namanya morning sikcnees setiap pagi atau nama lainnya sindrom couvade pada calon ayahnya, ini memang biasa terjadi buk di setiap pasangan yang
Dua bulan kemudianPagi-pagi sekali suara muntahan pria tampan memenuhi kamar mandi, ia tengah memuntahkan isi perutnya yang sama sekali tak mengeluarkan apa-apa yang keluar hanyalah cairan bening dan kental. Siapa lagi kalau bukan Ferdy ya Ferdy tengah mengalami morning sickness atau bisa di sebut sindrom couvade, morning sickness seharusnya Leona yang mengalami kini berbanding balik Ferdy lah yang mengalaminya, dua Minggu sudah Ferdy tak masuk kerja di karnakan tubuhnya yang tak bertenaga dan nafsu makan pun berkurang.Ya Leona tengah hamil anak pertamanya, dan morning sickness itu Ferdy yang mengalami bukan Leona, awalnya memang baik-baik saja tetapi saat kandungan Leona memasuki 2 Minggu mual muntah selalu menghampiri Ferdy tiap pagi. Leona terkadang merasa khawatir akan kondisi Ferdy yang semakin lama semakin lemas tak bertenaga Leona pernah menyuruhnya untuk pergi ke rumah sakit agar di berikan beberapa vitamin atau semacam obat agar Ferdy bisa bertenaga lagi
Ferdy mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang sembari tangannya mengelus puncak kepala sang istri, senyuman Ferdy tak pernah luntur sejak tadi pria tampan benar-benar sangat bahagia setelah dirinya menikahi wanita yang amat ia cintai, sebelum pulang. Leona meminta Ferdy mengantarkan dirinya ke makam sang ayah dan ibunya, wanita cantik itu merindukan orang tuanya, Ferdy dengan cepat mengiyakan ucapan sang istri.Sesampainya di pemakam, Ferdy dan Leona sama-sama turun dari mobil. Ferdy menggandeng tangan Leona menuju makam ayahnya yang bersebelahan dengan makam ibunya."Assalamualaikum Pah Mah "ucap Leona dan Ferdy yang saat ini sudah berada di tengah makam orang tuanya."Pah Mah, lihatlah Leona sekarang gak sendiri lagi. Leona udah ada yang jagain" ucap Leona pertama kali."Sekarang Papa sama Mama jangan sedih lagi liat Leona dari atas sana, Leona sekarang udah bahagia seperti yang pernah ayah bilang" ucap Leona dengan suara serak, Leona berusah
Tangan lebar nan kasar itu kini berada di bukit kembar Leona, Ferdy merasakan bukit Leona yang masih terasa padat dan berisi, dan perlahan tapi pasti Ferdy meremas bukit kembar Leona dengan lembut hingga membuat Leona sedikit melenguh di sela-sela lumatan bibir mereka. Setelah di rasa Leona kehabisan patokan oksigen, barulah Ferdy melepaskan tautan bibirnya dari bibir Leona. Leona menghirup udara sebanyak-banyaknya seakan udara di kamar mandi tidak cukup untuk dirinya.Ferdy belum menghentikan aksinya, kini kepalanya berada di ceruk leher sang istri dan kembali membuat tanda kepemilikan di sana, padahal tanda semalam belum hilang dan sekarang Ferdy memberikannya lagi.Leona menutup matanya merasakan Ferdy yang menghisap lehernya sedikit kuat dan itu membuat Leona meleguh karnanya apa lagi di tambah sensasi yang di berikan Ferdy yaitu meremas salah satu bukit kembar Leona."Ah Mas hentikan sudah cukup gumam Leona sambil menahan sesuatu yang bergej
Leona melebarkan matanya melihat pusaka Ferdy yang besar dan sedikit panjang.Leona meringis sendiri dalam hatinya. Apakah muat punya Ferdy masuk ke goa kenikmatannya, ah rasanya pasti menyakitkan tapi enak batin Leona.Perlahan Ferdy memposisikan tubuhnya di tengah-tengah paha Leona, "Kamu siap sayang?" tanya Ferdy.Leona mengangguk sebagai jawaban.Melihat anggukan sang istri. Pria tampan itu mulai meluruskan posisinya, dan perlahan tapi pasti pusaka yang sudah berdiri tegak itu mulai memasuki goa surganya."Gak usah di tutup matanya, ga usah malu. Teriak aja sayang, mendesah aja yah gak bakalan ada yang dengar kamar ini kedap suara kamu bisa teriak sekerasnya" ucap Ferdy.Sebelum melakukannya lagi Ferdy melumat bibir Leona, ia juga mulai memasukkan Pusakanya di goa kenikmatan istrinya kali ini Ferdy tidak pelan-pelan lagi, melainkan sekaligus sebab dirinya sudah penuhi oleh nafsu yang tertahan."Aahhh Mas enak banget"ucap
Ragu-ragu Leona mengangguk kecil, melihat anggukan sang istri. Ferdy mendekati Leona dan menyuruh istrinya itu membalikkan tubuh.Leona berbalik dengan wajahnya menghadap cermin wastafel sembari memandang Ferdy yang mulai membuka perlahan resleting gaun nya.Jantung Leona saat ini tidak sedang baik-baik saja, ia merasakan detak jantung yang begitu cepat serta keringat dingin di telapak tangannya, Leona benar-benar sangat gugup, apa lagi saat melihat Ferdy yang sudah melepaskan resleting gaun dan menatap punggungnya yang putih bersih tanpa noda."Putih banget kulit kamu sayang" ucap Ferdy pelan.Leona tersenyum malu mendengar perkataan sang suami.Ferdy mulai membuka gaun yang tak berlengan itu. Cara Ferdy membukanya yaitu dengan menurunkan gaun tersebut ke bawah tetapi sebelum melakukannya Leona menahan tangan Ferdy agar tak meneruskan membuka gaun tersebut."Kenapa sayang?" tanya Ferdy yang bingung."Kamu mau ngapain" tanya
Setelah ijab qobul disebutkan oleh Ferdy para tamu pun memberikan selamat pada kedua mempelai, kini Ferdy dan Leona berdiri di pelaminan, beberapa tamu masih ada yang belum memberikan selamat dan mereka juga menyempatkan diri menyalami Ferdy dan Leona lalu mengucapkan kata samawa pada kedua mempelai.Dan sebagian tamu juga ada yang sudah pulang dan ada yang masih betah di acara tersebut.Pak Anwar pun mendekati pengantin baru itu, " Selamat yah nak atas pernikahan kalian, bapak berharap kalian bahagia hingga maut memisahkan, Pak Ferdy saya titipkan nak Leona yah, sayangi dia" Ucap Pak Anwar sembari menepuk pundak Ferdy kemudian menyalami mereka berdua.Tari dan Rendy juga tak lupa memberikan selamat untuk Ferdy dan Leona, mereka berdua pun segera menghampiri sahabatnya itu."Selamat yah Leona sekarang kamu udah jadi istri Ferdy. Semoga pernikahan kalian samawa sampai kakek nenek" Ucap Tari pada Leona, tangan mereka saling bertautan di udara.
Satu bulan kemudian.......Dan satu minggu penuh Ferdy dan Leona habiskan untuk persiapan acara pernikahannya, dari fitting baju pengantin sampai dekorasi ballroom hotel yang mereka sewa satu minggu yang lalu.Dan hari itu pun tiba. Ferdy yang ingin menikahi Leona setelah perjuangan panjang yang ia lewati. Semua kesalah pahaman yang pernah singgah di sela-sela hubungannya, dan drama lainnya semua ia lewati. Dan akhirnya semua telah selesai.Semenjak kembalinya Leona di sisi Ferdy, lelaki tampan itu selalu tersenyum dan tampak sekali kebahagiaan di wajahnya sebab Leona yang selalu membuat Fedry tersenyum di saat-saat suka dukanya.Dan disinilah Leona sekarang tengah memandang baju pengantin dan di temani Tari ,sedari tadi ia menatap wajahnya di cermin, di saat hari bahagianya kedua orang tuanya sudah tidak ada jujur Leona begitu sangat merindukan kedua orang tuanya. Andai mereka masih hidup pasti ibu dan ayah Leona sangat bahagia anaknya menikah de
Setelah meninggalkan bandara, Ferdy berjalan dengan langkah berat menuju rumahnya. Langit senja mulai meredup, menambah suasana kelam yang menyelimuti hatinya. Sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi oleh kenangan bersama Leona, setiap tawa, tangis, dan kebahagiaan yang pernah mereka bagi.Sesampainya di rumah, Ferdy merasa hampa. Ia duduk di tepi tempat tidur, memegang foto Leona yang selalu ada di meja kecil di samping tempat tidur. Air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya tumpah, membasahi pipinya."Saat kamu pergi, Leona, aku merasa seperti kehilangan sebagian dari diriku. Tapi aku tahu, kamu memilih jalan ini untuk kebaikan kita berdua. Aku hanya bisa berharap bahwa suatu hari, takdir akan mempertemukan kita kembali," gumam Ferdy dengan suara bergetar.Beberapa hari berlalu, dan Ferdy mencoba menjalani rutinitasnya seperti biasa. Namun, hatinya tetap terasa kosong. Ia terus merindukan Leona, meskipun berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya di dep