Selama acara keluarga yang sedang berlangsung. Angga sama sekali tidak bisa fokus. Alih-alih memperhatikan orang tuanya, pria itu justru sibuk memandangi Leona yang jelas sedang bersama Ferdy. Pandangan Angga terfokus ke arah mereka, mengamati setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh keduanya.
"Fer, ini dalam rangka apa sih kamu ajak aku makan malam seperti ini?" tanya Leona penasaran.Makanan yang tersaji di atas meja dan dekorasi yang mendukung menciptakan suasana yang sangat romantis, seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih yang sedang menikmati makan malam yang istimewa.Sudut bibir Ferdy terangkat, sadar bahwa sejak tadi Angga terus memperhatikan mereka. Beruntung, Ferdy sengaja membuat Leona duduk dengan posisi membelakangi Angga."Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang sudah kamu berikan, Leona," kata Ferdy dengan serius. "Jujur saja, ini terasa aneh, dan aku tahu kamu juga pasti merasakannya." tambahnya.Se"Trima.. trima.. trima..."Suara gemuruh tepuk tangan menggema di sekeliling Leona. membuatnya terasa begitu gugup dan tidak karuan. la menatap Ferdy yang berlutut di hadapannya, tatapan pria itu begitu tulus dan penuh harapan. Leona tak bisa memalingkan wajah saat Ferdy menunjukkan cincin berlian mewah. Tapi di lubuk hatinya yang paling dalam, Leona merasa ragu untuk menerimanya."Kenapa Leona? Apa aku kurang pantas? Apa karena aku hanya seorang pekerja dan tidak memiliki perusahaan atau sebagainya?" Dahi Ferdy berkerut, matanya begitu pilu saat menatap Leona."Fer, kamu tahu aku bukan orang yang memandang materi seperti itu. Leona berbisik lirih, teringat akan Denis yang pernah menikahinya, padahal kala itu ia hanya seorang asisten di perusahaan ayahnya dan sama sekali Leona tidak perduli pada hartanya. Namun kehidupan tak seindah yang dibayangkan, cinta tulusnya kala itu berujung duka yang tragis, menghancurkan hatinya hingga begitu dalam."Aku
"Hei, kok ngelamun Leon?" Ferdy menatap Leona dengan penuh kekhawatiran, menggenggam erat tangan gadis itu.Leona terlihat begitu muram sejak mereka meninggalkan hotel tadi, membuat Ferdy penasaran akan isi hatinya.Sapaan lembut Ferdy membuat Leona tersentak kembali. la tersenyum tipis, matanya masih berbinar karena masih terbawa suasana kebahagiaan saat Ferdy melamarnya tadi. "Aku masih nggak nyangka kamu lamar aku, Fer. Selama ini kamu nggak pernah tunjukkan perasaan apapun," sahutnya, masih terkesima.Ferdy menghela nafas dalam, pandangannya lurus ke depan. seolah mencari jawaban yang tepat dari pertanyaan yang tersirat dalam kata-kata Leona. "Aku bukan orang yang pandai mengungkapkan perasaan, Leona. Tapi saat aku merasa yakin, aku memutuskan untuk langsung melangkah maju." jawabnya dengan nada penuh kepastian.Leona mencoba membaca ekspresi wajah Ferdy, mencari tanda kejujuran di balik kata kata lelaki itu. Namun, ia terhenti karena wajah Fe
"Mah, mama baik.baik aja kan?" Lama tidak berkunjung. Ferdy tak tahu jika kini ibunya terbaring diatas ranjang, kondisinya kian memperhatikan, bahkan selang infus terpasang di salah satu lengannya.Wanita paruh baya yang kini menginjak usia 61 tahun itu menggeleng lemah, sengaja dia meminta para perawat tak memberi tahu kan kondisinya pada Ferdy."Kenapa Mama nggak kasih kabar kalau sakit?" Suara tegas dan berat yang biasanya terdengar, kini berubah lembut penuh kehangatan."Mama nggak kenapa.napa Fer, Mama baik-baik aja." jawabnya pelan, tatapannya nanar, seakan air mata akan tumpah dari sana. Wajah tua yang tak pernah terawat itu mulai keriput, dan hanya bisa terisak ketika putra semata wayangnya datang berkunjung."Mama harus baik.baik aja Mah, tolong jangan kenapa-napa." ucap Ferdy penuh permohonan.Sudut bibir wanita paruh baya itu terangkat, menunjukkan rasa lelah akan hidupnya, seakan sudah pasrah jika Tuhan mencabut nyawanya. Namu
"Kenapa mereka menuntut balik?" Leona membuka surat somasi yang di layangkan perusahaan Dirgantara pada perusahaannya, entah memang sudah terencana, atau karena Ferdy yang lebih dulu melayangkan tuntutan."Tertanda Angga Dirgantara," ucap Leona membaca salah satu nama yang membuat surat itu. Ada perasaan tak nyaman. namun Leona pun hanya mampu tersenyum getir."Aku harap ini tidak ada hubungannya dengan perasaan Ga." batin Leona.Wanita cantik itu sedikit pening memikirkan semuanya, terlebih sudah hampir tiga hari Ferdy tak memberikan kabar apapun, pria itu seperti lenyap ditelan bumi, membuat Leona resah dan khawatir, dia takut Ferdy mengalami musibah atau sebagainya, sebab Anwar pun mengatakn tidak tahu menahu tentang keberadaan Ferdy."Hah.. Aku harap kamu cepat kasih kabar Fer, aku hawatir." gumam Leona lirih, jujur dia juga menyimpan ketakutan sendiri. takut jika ternyata Ferdy hanya mempermainkan perasaannya, dan pergi begitu saja setelah me
Ferdy terkesima saat menyaksikan pintu rumah Leona terbuka. Wanita itu berlari ke arahnya, membuat Ferdy bingung dan kaget. Tanpa menyapa maupun mengatakan apapun. Leona langsung berlari memeluk tubuhnya, yang membuat pria itu terkejut dan gugup."Kamu kemana sih, Fer? Menghilang begitu saja tanpa kabar?" ujar Leona, seraya mencurahkan perhatiannya kepada Ferdy yang sejak beberapa hari lalu membuatnya tak tenang."Aku khawatir, tau nggak? Aku pikir kamu pergi begitu saja setelah malam itu," imbuh Leona dengan mata berkaca-kaca. la takut sekali jika Ferdy menipunya.Perasaan sedih semakin menghantui hati Ferdy. Pria itu tidak mampu membalas pelukan Leona, dan hanya bisa termangu dengan tatapan kosong.Merasakan bahwa Ferdy tidak bereaksi, Leona melepaskan pelukannya dan menatap pria itu yang tampak menitikkan air mata. Hei. Fer, kamu kenapa sih?" tanya Leona penuh kepedulian, merasa heran melihat Ferdy dalam kondisi seperti itu.Ferdy mera
Ditengah gempuran berita kehancuran perusahaan Dirgantara yang disebabkan oleh skandal sang pemilik, kabar menggemparkan muncul dari seorang pembisnis lainnya, yaitu pernikahan Leona dengan salah satu pengacara yang lumayan terkenal.Kabar ini tentu menjadi pukulan telak bagi Angga. Perasaan yang dulu ia kubur kini tiba-tiba kembali membanjiri hatinya, di saat peluang mulai terlihat, namun, lagi-lagi patah hati yang harus dia Terima."Akhirnya kamu benar-benar memilih dia, Leona. Aku harusnya sadar dari dulu bahwa kita tidak akan pernah bisa bersama." gumam Angga sambil menyelusuri portal berita bisnis yang masih ramai diperbincangkan.Mungkin inilah akhir dari perjuangan hati Angga. la hanya bisa mendoakan kebahagiaan Leona bersama siapapun itu.Jika Angga berusaha meredam rasa pilu dalam hatinya, ada seorang wanita yang terus menyimpan kebencian mendalam di relung hatinya. Wanita tersebut pergi jauh, meninggalkan kedua anaknya. semata-mata agar
"Untuk apa Anda datang kemari?" Ferdy menyernak tak terima begitu menyadari ayahnya berdiri di depan pintu apartemennya. Dirgantara tidak menjawab, pria paruh baya itu hanya masuk begitu saja, meningkatkan amarah Ferdy yang semakin mendidih.Ferdy langsung menyusul, berniat menyeret ayahnya keluar. Masuk rumah orang tanpa izin? Apa Anda tidak takut jika keluarga Anda tahu?" tantang Ferdy sambil memandang tajam.Jika dulu. Dirgantara sudah pasti akan naik pitam mendengar cacian putra sulungnya itu. Namun, di usianya yang kini renta, dia memilih untuk lebih banyak bersabar. "Duduklah, Fer. Ada hal penting yang ingin Papa sampaikan," ucap Dirgantara seraya melepaskan topi dan masker yang dikenakannya. la datang secara sembunyi-sembunyi, berharap tak ada siapapun yang tahu."Papa? Anda tidak layak mendapatkan panggilan seperti itu." sahut Ferdy dingin, matanya menatap ke arah lantai sambil menggelengkan kepala kecewa. Pertemuan dengan pria paruh baya itu, seol
Bruak..Sebuah kecelakaan baru saja terjadi. Ferdy tidak berapa perduli. pria itu terus saja melajukan mobilnya menuju Hotel dimana pernikahannya akan digelar. Malam sudah cukup larut, butuh waktu beberapa jam untuknya bisa berusaha tenang karena kedatangan Dirga.Sungguh, hatinya semakin gundah gulana setelah bertemu pria paruh baya itu. Dia masih punya ayah, namun tetap saja memposisikan diri sebagai yatim piatu. Sulit baginya berdamai dan menerima permintaan maaf pria paruh baya itu, meski dalam hatinya kecilnya ingin melakukan."Mah, maaf.. Butuh waktu untuk benar-benar bisa," ucapnya lirih seraya terus fokus mengemudi. Dia benar-benar tidak memperdulikan orang-orang yang sedang berkumpul melihat laka. Hingga akhirnya mobil yang di tumpangi berhenti didepan Lobby Hotel.Pernikahan baru akan di gelar dua hari mendatang, namun Ferdy memutuskan untuk meninggalkan apartemennya sejak saat ini. dia sudah membeli rumah baru, rumah yang akan dirinya t
Di sinilah Ferdy berada di ruang UGD. Pria tampan itu tengah di periksa dokter di dalam, dan setelah beberapa saat menunggu akhirnya sang dokter keluar juga.Leona menghampiri dokter itu lebih dulu dan bertanya pada sang dokter bagaimana keadaan suaminya. Tari dan Rendy mengikuti Leona dari belakang."Dok gimana keadaan suami saya" tanya Leona dengan wajah cemasnya.Dokter itu tersenyum dan menjawab pertanyaan Leona."Ibu tenang saja suami ibu tidak apa-apa hanya saja dia kekurangan asupan makanan dan membuat tubuhnya menjadi tak bertenaga. Apa sebelumnya suami ibu sering muntah" tanya sang dokter di akhir kalimat."Iya dok sejak saya hamil dia sering muntah di pagi hari dan suami saya juga gak nafsu makan dok" jawab Leona."Nah di situ kendalanya buk, suami ibu ini tengah mengalami yang namanya morning sikcnees setiap pagi atau nama lainnya sindrom couvade pada calon ayahnya, ini memang biasa terjadi buk di setiap pasangan yang
Dua bulan kemudianPagi-pagi sekali suara muntahan pria tampan memenuhi kamar mandi, ia tengah memuntahkan isi perutnya yang sama sekali tak mengeluarkan apa-apa yang keluar hanyalah cairan bening dan kental. Siapa lagi kalau bukan Ferdy ya Ferdy tengah mengalami morning sickness atau bisa di sebut sindrom couvade, morning sickness seharusnya Leona yang mengalami kini berbanding balik Ferdy lah yang mengalaminya, dua Minggu sudah Ferdy tak masuk kerja di karnakan tubuhnya yang tak bertenaga dan nafsu makan pun berkurang.Ya Leona tengah hamil anak pertamanya, dan morning sickness itu Ferdy yang mengalami bukan Leona, awalnya memang baik-baik saja tetapi saat kandungan Leona memasuki 2 Minggu mual muntah selalu menghampiri Ferdy tiap pagi. Leona terkadang merasa khawatir akan kondisi Ferdy yang semakin lama semakin lemas tak bertenaga Leona pernah menyuruhnya untuk pergi ke rumah sakit agar di berikan beberapa vitamin atau semacam obat agar Ferdy bisa bertenaga lagi
Ferdy mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang sembari tangannya mengelus puncak kepala sang istri, senyuman Ferdy tak pernah luntur sejak tadi pria tampan benar-benar sangat bahagia setelah dirinya menikahi wanita yang amat ia cintai, sebelum pulang. Leona meminta Ferdy mengantarkan dirinya ke makam sang ayah dan ibunya, wanita cantik itu merindukan orang tuanya, Ferdy dengan cepat mengiyakan ucapan sang istri.Sesampainya di pemakam, Ferdy dan Leona sama-sama turun dari mobil. Ferdy menggandeng tangan Leona menuju makam ayahnya yang bersebelahan dengan makam ibunya."Assalamualaikum Pah Mah "ucap Leona dan Ferdy yang saat ini sudah berada di tengah makam orang tuanya."Pah Mah, lihatlah Leona sekarang gak sendiri lagi. Leona udah ada yang jagain" ucap Leona pertama kali."Sekarang Papa sama Mama jangan sedih lagi liat Leona dari atas sana, Leona sekarang udah bahagia seperti yang pernah ayah bilang" ucap Leona dengan suara serak, Leona berusah
Tangan lebar nan kasar itu kini berada di bukit kembar Leona, Ferdy merasakan bukit Leona yang masih terasa padat dan berisi, dan perlahan tapi pasti Ferdy meremas bukit kembar Leona dengan lembut hingga membuat Leona sedikit melenguh di sela-sela lumatan bibir mereka. Setelah di rasa Leona kehabisan patokan oksigen, barulah Ferdy melepaskan tautan bibirnya dari bibir Leona. Leona menghirup udara sebanyak-banyaknya seakan udara di kamar mandi tidak cukup untuk dirinya.Ferdy belum menghentikan aksinya, kini kepalanya berada di ceruk leher sang istri dan kembali membuat tanda kepemilikan di sana, padahal tanda semalam belum hilang dan sekarang Ferdy memberikannya lagi.Leona menutup matanya merasakan Ferdy yang menghisap lehernya sedikit kuat dan itu membuat Leona meleguh karnanya apa lagi di tambah sensasi yang di berikan Ferdy yaitu meremas salah satu bukit kembar Leona."Ah Mas hentikan sudah cukup gumam Leona sambil menahan sesuatu yang bergej
Leona melebarkan matanya melihat pusaka Ferdy yang besar dan sedikit panjang.Leona meringis sendiri dalam hatinya. Apakah muat punya Ferdy masuk ke goa kenikmatannya, ah rasanya pasti menyakitkan tapi enak batin Leona.Perlahan Ferdy memposisikan tubuhnya di tengah-tengah paha Leona, "Kamu siap sayang?" tanya Ferdy.Leona mengangguk sebagai jawaban.Melihat anggukan sang istri. Pria tampan itu mulai meluruskan posisinya, dan perlahan tapi pasti pusaka yang sudah berdiri tegak itu mulai memasuki goa surganya."Gak usah di tutup matanya, ga usah malu. Teriak aja sayang, mendesah aja yah gak bakalan ada yang dengar kamar ini kedap suara kamu bisa teriak sekerasnya" ucap Ferdy.Sebelum melakukannya lagi Ferdy melumat bibir Leona, ia juga mulai memasukkan Pusakanya di goa kenikmatan istrinya kali ini Ferdy tidak pelan-pelan lagi, melainkan sekaligus sebab dirinya sudah penuhi oleh nafsu yang tertahan."Aahhh Mas enak banget"ucap
Ragu-ragu Leona mengangguk kecil, melihat anggukan sang istri. Ferdy mendekati Leona dan menyuruh istrinya itu membalikkan tubuh.Leona berbalik dengan wajahnya menghadap cermin wastafel sembari memandang Ferdy yang mulai membuka perlahan resleting gaun nya.Jantung Leona saat ini tidak sedang baik-baik saja, ia merasakan detak jantung yang begitu cepat serta keringat dingin di telapak tangannya, Leona benar-benar sangat gugup, apa lagi saat melihat Ferdy yang sudah melepaskan resleting gaun dan menatap punggungnya yang putih bersih tanpa noda."Putih banget kulit kamu sayang" ucap Ferdy pelan.Leona tersenyum malu mendengar perkataan sang suami.Ferdy mulai membuka gaun yang tak berlengan itu. Cara Ferdy membukanya yaitu dengan menurunkan gaun tersebut ke bawah tetapi sebelum melakukannya Leona menahan tangan Ferdy agar tak meneruskan membuka gaun tersebut."Kenapa sayang?" tanya Ferdy yang bingung."Kamu mau ngapain" tanya
Setelah ijab qobul disebutkan oleh Ferdy para tamu pun memberikan selamat pada kedua mempelai, kini Ferdy dan Leona berdiri di pelaminan, beberapa tamu masih ada yang belum memberikan selamat dan mereka juga menyempatkan diri menyalami Ferdy dan Leona lalu mengucapkan kata samawa pada kedua mempelai.Dan sebagian tamu juga ada yang sudah pulang dan ada yang masih betah di acara tersebut.Pak Anwar pun mendekati pengantin baru itu, " Selamat yah nak atas pernikahan kalian, bapak berharap kalian bahagia hingga maut memisahkan, Pak Ferdy saya titipkan nak Leona yah, sayangi dia" Ucap Pak Anwar sembari menepuk pundak Ferdy kemudian menyalami mereka berdua.Tari dan Rendy juga tak lupa memberikan selamat untuk Ferdy dan Leona, mereka berdua pun segera menghampiri sahabatnya itu."Selamat yah Leona sekarang kamu udah jadi istri Ferdy. Semoga pernikahan kalian samawa sampai kakek nenek" Ucap Tari pada Leona, tangan mereka saling bertautan di udara.
Satu bulan kemudian.......Dan satu minggu penuh Ferdy dan Leona habiskan untuk persiapan acara pernikahannya, dari fitting baju pengantin sampai dekorasi ballroom hotel yang mereka sewa satu minggu yang lalu.Dan hari itu pun tiba. Ferdy yang ingin menikahi Leona setelah perjuangan panjang yang ia lewati. Semua kesalah pahaman yang pernah singgah di sela-sela hubungannya, dan drama lainnya semua ia lewati. Dan akhirnya semua telah selesai.Semenjak kembalinya Leona di sisi Ferdy, lelaki tampan itu selalu tersenyum dan tampak sekali kebahagiaan di wajahnya sebab Leona yang selalu membuat Fedry tersenyum di saat-saat suka dukanya.Dan disinilah Leona sekarang tengah memandang baju pengantin dan di temani Tari ,sedari tadi ia menatap wajahnya di cermin, di saat hari bahagianya kedua orang tuanya sudah tidak ada jujur Leona begitu sangat merindukan kedua orang tuanya. Andai mereka masih hidup pasti ibu dan ayah Leona sangat bahagia anaknya menikah de
Setelah meninggalkan bandara, Ferdy berjalan dengan langkah berat menuju rumahnya. Langit senja mulai meredup, menambah suasana kelam yang menyelimuti hatinya. Sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi oleh kenangan bersama Leona, setiap tawa, tangis, dan kebahagiaan yang pernah mereka bagi.Sesampainya di rumah, Ferdy merasa hampa. Ia duduk di tepi tempat tidur, memegang foto Leona yang selalu ada di meja kecil di samping tempat tidur. Air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya tumpah, membasahi pipinya."Saat kamu pergi, Leona, aku merasa seperti kehilangan sebagian dari diriku. Tapi aku tahu, kamu memilih jalan ini untuk kebaikan kita berdua. Aku hanya bisa berharap bahwa suatu hari, takdir akan mempertemukan kita kembali," gumam Ferdy dengan suara bergetar.Beberapa hari berlalu, dan Ferdy mencoba menjalani rutinitasnya seperti biasa. Namun, hatinya tetap terasa kosong. Ia terus merindukan Leona, meskipun berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya di dep