Share

Pulang

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-21 16:19:45

"Sarapan dulu Mas, sebelum berangkat." Lita meletakkan sepiring nasi hangat dengan lauk ikan pindang dan sedikit sambal di depanku. "Biar kubuatkan kopi."

"Terima kasih, Dek," jawabku. Perasaanku sebenarnya tidak enak, karena tidak jujur pada Lita jika hari ini aku akan pulang untuk menemui Mama.

"Ini kopinya, Mas," ucap Lita lagi sambil mengulurkan secangkir kopi padaku.

Aku tersenyum, menerima cangkir itu dan kembali mengucapkan terima kasih. Lita masih berdiri di depanku. Dari bahasa tubuhnya, dia terlihat ingin mengucapkan sesuatu, tapi ragu-ragu.

"Ada yang ingin Adek bicarakan?" tanyaku kemudian seraya menatapnya.

Jelita langsung terlihat salah tingkah, lalu menjawab dengan sedikit terbata.

"Iya, Mas .... Aku ...."

"Duduklah di sini dulu, Dek," ucapku kemudian, seraya menggeser posisi dudukku.

Lita dengan wajah ragu-ragu akhirnya duduk di sampingku.

"Sekarang katakan, Dek."

"Mas janji tidak akan marah?" Jelita menatap ke arahku dengan pandangan takut-takut.

"Tentu saja tidak, Dek," sahutku.

Lita terlihat menggigit bibirnya sebentar, sebelum menjawab, "Sebenarnya aku mau ijin pada Mas Damar ... untuk berjualan kue lagi."

Kedua mataku membola sesaat, namun segera aku menyadari, jika nafkah yang selama ini kuberikan memang hanya pas-pasan, apalagi Lita lebih banyak memberikannya pada ibunya.

"Aku belakangan ini bisa menabung sedikit, Mas. Cukup untuk modal membeli bahan kue. Jadi aku ingin minta ijin Mas Damar dulu ...," lanjutnya dengan nada suara pelan, mungkin takut aku akan tersinggung.

Aku menarik napas panjang, lalu memegang kedua tangan Lita.

"Mas benar-benar minta maaf, Dek ...," ucapku kemudian.

"Mas Damar jangan minta maaf," sahut Lita cepat. "Ini bukan salah Mas Damar. Aku tahu Mas Damar sudah memberikan yang terbaik untukku dan Ibu. Tapi ...."

Wajah Lita terlihat berubah sendu. Aku mengerutkan kening, lalu menatap lebih lekat ke arahnya. Pasti ada alasan Lita ingin berjualan lagi, karena selama ini dia tidak pernah menuntut lebih dariku.

"Kenapa, Dek?"

"Sebenarnya ... sebentar lagi Vivi, anaknya Mbak Dahlia, berulang tahun. Dan kebetulan harinya sama dengan hari ulang tahun Ibuk. Pasti akan ada perayaan besar di rumahnya. Tahun lalu aku tidak bisa memberikan hadiah yang pantas untuk mereka, Mas. Jadi ...."

"Ya Allah, Dek." Aku langsung memeluk istriku itu, tak tahan lagi melihat wajah sedihnya.

Entah kenapa hatiku terasa seperti teriris ujung sembilu. Tubuh istriku juga terasa semakin kurus saja. Kenapa di antara dua bersaudara, nasib mereka begitu dibedakan oleh orang tuanya? Punya dosa apakah dia?

"Aduh, Mas Damar memelukku sampai susah napas," ucap Lita lirih.

Aku tersentak, lalu merenggangkan pelukanku. Aku terlalu terbawa emosi sampai-sampai tak sadar mendekap Lita begitu erat. Perlahan kulepaskan dia, lalu mengusap buliran bening yang meleleh di kedua pipinya. Kuperhatikan wajahnya lekat. Lita sama sekali tidak jelek, tidak seperti yang selalu ibu dan Kakaknya ucapkan. Aku yakin jika dia merawat diri, dia bisa jauh lebih cantik dari Kakaknya.

"Maaf ya, Mas. Tidak apa-apa kok kalau Mas Damar tidak mengijinkan," ucap Dahlia kemudian. "Lagipula uangnya masih bisa dipakai untuk keperluan mendadak yang lainnya.

"Nggak, Dek. Mas mengijinkan," jawabku cepat. "Asal Adek berjanji tidak akan memaksakan diri. Mas akan jemput adek sepulang narik nanti."

Wajah Lita seketika terlihat sumringah, lalu mengangguk pelan.

"Terima kasih, Mas."

Ya, bukan aku menginginkan Lita kembali bekerja untuk membantuku. Aku lebih menginginkan dia memiliki alasan untuk bisa keluar rumah, sehingga tidak terus-menerus mendengarkan omelan ibunya. Mungkin Lita juga menginginkan hal itu.

Bersabarlah, Dek. Aku yakin doa yang kamu langitkan setiap hari tak akan pernah sia-sia.

.

.

.

Aku berdiri di depan rumah yang sudah berbulan-bulan lamanya tidak aku kunjungi itu. Tak banyak yang berubah dengan rumah itu. Rumah gaya eropa yang aku beli dari hasil kerja kerasku, setelah dulu sempat jatuh terpuruk dan hancur tak tersisa.

Dalam waktu dua tahun, akhirnya aku bisa bangkit kembali. Tanah peninggalan Bapak yang kami jual untuk modal usahaku, akhirnya bisa kami beli kembali.

Aku tahu Mama bukan membenci Lita, sehingga memberikan syarat yang begitu berat padaku. Dia hanya tidak ingin jika suatu saat aku terjatuh kembali dalam kondisi yang sama, masih ada orang yang mau hidup bersamaku untuk memberikan dukungannya. Hanya itu.

"Loh, Den Damar?"

Aku tersentak dari lamunan ketika seorang wanita paruh baya datang menghampiriku yang cukup lama tertegun di halaman rumah. Dia Mbok Parmi, ART kami.

"Rupanya benar Den Damar. Nyonya sudah menunggu sejak pagi tadi, Den," ucapnya kemudian.

"Ah, iya, Mbok," jawabku.

"Ayo masuk, Den."

"Baik, Mbok."

Aku mengikuti Mbok Parmi masuk ke teras rumah, lalu membukakan pintu. Belum setahun, tapi rasanya cukup asing ketika memasuki rumahku sendiri.

"Damar." Tiba-tiba Mama berjalan cepat ke arahku. "Astaga, Damar. Kamu kurus sekali."

Aku tak langsung menjawab ucapan Mama. Kuraih tangan wanita yang melahirkanku itu, tak bisa kupungkiri jika aku merindukannya.

"Masuklah, Mama sudah masak banyak untukmu. Kamu pasti lapar." Mama menarik tanganku, lalu membawaku berjalan menuju ruang makan.

Dari jauh sudah tercium aroma lezat khas masakan Mama. Mama memintaku duduk, lalu cepat-cepat mengambilkan sepiring nasi dan sepotong besar ayam goreng.

"Makanlah dulu, Damar. Kita bicara setelah ini," ucap Mama lagi, sembari duduk di seberangku.

Aku menatap ke arah piring di depanku, lalu menelan saliva. Tiba-tiba teringat wajah Lita, juga masakan buatannya. Selama menjadi istriku, tak pernah sekalipun kulihat Lita menikmati makanan lezat. Bahkan saat aku mendapatkan makanan dari pelanggan ojekku, dia akan memberikannya pada ibunya.

"Kenapa tidak dimakan, Damar?" Mama menatapku dengan dahi berkerut.

Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba seseorang datang dan langsung duduk di samping Mama, membuatku terkejut.

"Mungkin Mas Damar menungguku, Tante," ucap wanita berambut ikal panjang itu.

Mama tertawa, lalu merangkul gadis itu dan menatapku lagi.

"Ini Celyn, anaknya Tante Ratna. Kamu ingat dia kan, Damar?" ucap Mama kemudian.

Aku tak menjawab. Perasaanku mulai tidak enak, memikirkan apa tujuan Mama memintaku pulang yang sebenarnya.

"Dia cantik kan, Damar? Pasti jauh lebih cantik dari istrimu. Semua ini dia yang bantu masak loh," ucap Mama lagi."

Kedua tanganku seketika mengepal erat. Badanku seketika gemetar.

"Oh iya, dia juga gadis yang mandiri. Sudah punya perusahaan sendiri. Semuda ini sudah sukses. Hebat sekali, bukan?"

Aku tak tahan lagi dengan ucapan Mama. Seketika aku berdiri sambil menggebrak meja.

"Jadi ini tujuan Mama memintaku pulang?!" teriakku.

Wajah Mama seketika memerah karena kaget, begitupun dengan gadis bernama Celyn itu. Sungguh, seumur hidupku aku tidak pernah sekalipun membentak Mama. Aku selalu menurut apapun ucapannya. Namun kali ini dia sungguh membuatku hilang kesabaran.

"Mama tahu, tidak? Hampir setahun, ada seorang wanita yang mau menerimaku tanpa tahu siapa sebenarnya diriku! Wanita yang bersedia menahan lapar agar aku bisa makan lebih dulu! Wanita yang dalam setiap doanya lebih menginginkan kebahagiaanku dibanding dirinya sendiri!" Napasku memburu. Aku sungguh-sungguh berada dalam puncak emosi.

"Berani sekali Mama membandingkan wanita ini dengan istriku!!!"

Bab terkait

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Jalan lain

    "Damar!" Mama ikut berdiri, menatapku dengan pandangan tak percaya."Sejak kapan kamu menjadi begitu kasar?!" lanjutnya, terlihat jelas jika dia tengah gusar.Aku mengatupkan bibir, tubuhku sedikit melemah. Diam-diam menyesal karena tidak bisa menahan emosiku. Padahal selama ini aku sudah banyak belajar bersabar dalam menghadapi sikap Bu Nani, ibu mertuaku. Kenapa sekarang justru kehilangan kontrol saat berhadapan dengan Mamaku sendiri?"Jadi ini yang kamu dapat selama tinggal di kampung, Damar? Apa istrimu yang mengajarimu seperti itu?" Giliran Mama yang tampak emosi dengan napas yang naik turun."Ma, Maafkan aku," ucapku kemudian dengan suara memelan. "Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Lita. Aku yang kehilangan kontrol atas diriku sendiri."Mama terlihat membuang napas kesal, aku pun menghela napas panjang."Ma, aku tahu rasa sakit hati Mama pada Ibu dan Kakak Lita masih belum bisa hilang," ucapku kemudian. "Tapi Lita sama sekali tidak bersalah, Ma."Mama menoleh padaku,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Rejeki tak Terduga

    Mataku membola lebar, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Proyek kami berhasil? Proyek yang kami garap bersama di sela waktuku menjadi tukang ojek, ternyata membuahkan hasil? Allahuakbar."Ka ... kamu serius, Rudi?" tanyaku kemudian, masih belum bisa percaya dengan pendengaranku sendiri."Untuk apa aku bercanda, Damar? Datanglah ke kantorku secepatnya. Kalau bisa sekarang juga. Ada banyak hal yang harus ditanda tangani," jawab Rudi dengan suara yang jelas terdengar sumringah."I-iya, Rud. Aku akan ke sana setelah mengantar istriku pulang," ucapku kemudian.Badanku gemetar hebat setelah menutup telepon dari Rudi, saking bahagianya. Tak menyangka jika akan mendapatkan hadiah luar biasa saat aku hampir putus asa."Ada apa, Mas? Kok wajah Mas kelihatan bahagia sekali?" Lita menatap ke arahku dengan pandangan heran.Aku tak menjawab, namun langsung memeluknya erat. Ternyata inilah jawaban atas doa-doa yang Lita langitkan. Sungguh, Allah tidak akan mengambil sesuatu, mela

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Rencana

    "Alhamdulillah, terima kasih banyak, Rud," ucapku sambil mengusap wajahku penuh syukur.Dengan uang itu, hal yang pertama ingin aku lakukan adalah mewujudkan impian Lita untuk memiliki toko kue. Aku ingin memberikan itu sebagai hadiah pertama nanti. Apalagi ulang tahun Lita tak lama setelah hari ulang tahun ibunya."Aku yang seharusnya berterima kasih, Damar. Aku juga minta maaf. Mungkin bagimu uang segitu pasti kecil mengingat usahamu yang jauh lebih besar. Apalagi sebentar lagi semuanya kembali padamu saat lulus ujian dari Mamamu," jawab Rudi sambil menepuk pundakku lagi.Aku seketika terdiam mendengar ucapan Rudi. Aku memang sudah menceritakan padanya segalanya. Dia tahu bagaimana dulu aku begitu hancur saat dipermalukan oleh Dahlia dan ibunya, juga bagaimana Mama mengujiku saat ingin menikah dengan Lita."Aku sudah membatalkan perjanjian dengan Mama, Rud," ucapku kemudian.Rudi seketika mengerutkan kening. "Maksud kamu gimana, Mar?"Aku menarik napas panjang. "Aku sudah tidak in

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Hadiah

    "Kamu gak usah ikut campur, Damar. Ini pembicaraan antara ibu dan anak!" sahut Bu Nani. "Kamu cuma orang lain yang kebetulan menikahi putri saya!""Anak? Ibu selama ini menganggap Lita itu anak Ibu?" Aku tetap tidak mengalah."Tentu saja! Saya yang melahirkan dan membesarkan dia!""Lalu kenapa perlakuan Ibu dan terhadap Dahlia dan Lita begitu jauh berbeda?""Dahlia selalu menurut apa yang saya katakan! Sedangkan Lita dari kecil sudah pembangkang! Sejak dia lahir semua yang kami punya habis tak tersisa. Bahkan saya harus kehilangan suami karena dia!""Astaghfirullah, Buk." Aku seketika mengelus dadaku yang mendadak sesak.Kulirik Jelita yang menundukkan wajahnya dalam. Kehilangan suami karena Jelita? Aku tak tahu apa yang Ibu mertuaku maksudkan. Ah, aku menyesal. Perdebatan dengan Ibu mertua hanya menambah luka di hati Jelita saja."Jadi, Damar, kalau kamu tidak tahu apa-apa, gak usah ikut berkomentar! Akan lebih baik kamu mencari cara agar cepat kaya, agar air mata istrimu tidak terb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Tanggung jawab

    "Ayo kita pulang sekarang juga, Dek," ucapku sekali lagi.Hatiku benar-benar perih melihat bagaimana mereka memperlakukan Lita. Ini sungguh-sungguh sudah keterlaluan! Jika tahu Lita diundang hanya untuk menjadi tukang cuci mereka, aku tidak akan mengijinkan dia datang!"Mas ... Mas Damar salah paham," ucap Lita, mungkin sedikit ketakutan ketika melihat wajahku yang mungkin saat ini sudah merah padam."Berhenti membela Ibu dan Kakakmu lagi, Dek! Mereka sudah keterlaluan. Mereka bahkan memperlakukanmu lebih rendah dari pembantu!Kamu tahu, jika ini sama saja merendahkan Mas juga sebagai suamimu?""Mas ...." Wajah Lita seketika memucat, terlihat amat merasa bersalah."Sekarang cepat letakkan itu. Kita pulang!" ucapku lagi.Lita akhirnya meletakkan piring kotor di tangannya, lalu mencuci tangannya. Aku segera meletakkan kado yang kubawa ke atas lantai, dan mengambil kain lap, lalu mengeringkan tangannya yang basah. Lagi-lagi hatiku berdesir perih. Pasti sudah banyak sekali pekerjaan yang d

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Keributan

    Aku menatap ke arah pria bernama David itu dengan kening berkerut. Aku memang baru pertama kali ini bertemu dengan suami Dahlia, karena dia tidak pernah datang ke rumah. Dahlia yang selalu membanggakan suaminya itu bilang, jika David super sibuk dengan bisnisnya, dan jarang sekali pulang.Dulu saat masih memegang perusahaan milikku, mitra kerjaku memang banyak, dan sebagian tidak pernah bertemu langsung. Apalagi perusahan milikku juga menjalin kerja sama dengan banyak perusahaan lain."Mas David kenal sama dia?" Dahlia mendelik ke arah suaminya."Bukannya dia ini Damar Mahardika, CEO perusahaan Bintang Permata? Salah satu perusahaan besar yang jadi investor penting perusahaan Mas. Tapi ...." David memperhatikanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Kenapa berpenampilan seperti ini?""Ah, Mas David ada-ada saja!" sahut Dahlia. "Dia ini tukang ojek, dan memang kebetulan namanya Damar! Mimpi di siang bolong kalau dia seorang CEO!"David lagi-lagi memperhatikanku. "Tapi wajahnya mirip .

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   fitnah

    "Lihat! Benar kan apa yang kubilang?" Dahlia seketika mendelik. "Lihat kelakuan suamimu, Lita!"Lita mencengkeram lenganku semakin erat. Dia menatapku sesaat, lalu kembali menatap ke arah Kakaknya."Mas Damar tidak mungkin melakukan itu, Mbak! Aku percaya pada suamiku!" ucapnya kemudian. Baru kali ini nada suaranya begitu tinggi dan lantang."Terus saja kamu bela dia, Lita!" Dahlia menatap ke arahku dan Lita tajam, lalu berjalan menuju arah kamar ibunya.Aku sejak tadi diam, mencoba mengikuti permainan apa yang dilakukan oleh ibu mertua dan iparku itu. Kupegang pundak Lita dengan lembut, karena aku tahu dia amat sangat khawatir."Jangan khawatir, Dek. Semua pasti akan baik-baik saja. Asal Adek percaya sama Mas, itu sudah cukup," ucapku kemudian."Aku percaya pada Mas Damar. Aku percaya Mas Damar tidak akan pernah menggunakan yang haram hanya untuk membuatku bahagia," jawab Lita, menatapku dengan pandangan penuh keyakinan.Aku tersenyum mendengar jawaban Lita, lalu kami berdua bergegas

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Ancaman

    Aku mengusap wajah, takut semua ini hanya mimpi. Ternyata benar, Mama berdiri di depan kami. Mama yang tadinya berkata seumur hidupnya tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di kampung ini, rela datang karena video kami yang viral.Bu Nani dan Dahlia masih melongo untuk beberapa lama, sampai Mama berjalan mendekat."Mama ...." Lita seketika menyambutnya, meraih tangan Mama dan menciumnya.Tak kusangka Mama sama sekali tidak menolak hal itu, meskipun dia hanya menatap Lita dengan pandangan datar. Dan ketika pandangannya beralih ke arah Bu Nani dan Dahlia, tatapannya berubah tajam."Kenapa kalian berdua bengong saja? Kesambet setan?" tanyanya kemudian."Wah, Bu Zahra." Bu Nani seketika tersadar jika sejak tadi dia terpaku sampai mematung. "Tak kusangka Bu Zahra mau berkunjung ke rumah saya lagi.""Tidak usah basa-basi, Bu Nani. Saya sebenarnya juga sudah tidak sudi menginjakkan kaki ke tempat kotor seperti ini," sahut Mama. "Saya terpaksa datang karena ada hal yang harus saya luruskan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15

Bab terbaru

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Akhir yang bahagia

    "Ya Allah, Mbak Lia. Kenapa jadi seperti ini?"Lita mengelus nisan Kakaknya dengan raut wajah penuh kesedihan. Pihak kepolisian bertanggung jawab penuh atas proses pemakaman, dan jenazah Dahlia diurus oleh pihak rumah sakit, dan makam Dahlia bisa bersandingan dengan makam Bu Nani.Aku menatap tanah merah tempat Dahlia berada di pembaringan abadi itu. Padahal sudah beberapa kali pihak kepolisian membawakan Dahlia seorang psikiater, dan saat ini juga sedang menjalani perawatan non medis. Dahlia depresi, itu yang kami dengar. Namun aku tak menyangka jika dia akan bertindak seperti itu.Dahlia tidak pernah mau menerima tamu sejak terakhir kali aku dan Lita mengunjunginya waktu itu. Kami masih menitipkan beberapa barang untuknya, termasuk Alquran dan mukena untuk salat. Tapi ternyata ....Saat aku masih terdiam dalam lamunan, tiba-tiba terlihat David dan Nadia datang ke pemakaman itu. Mereka berdua langsung berjongkok di depan nisan, berseberangan dengan Lita."Ya Allah, Lia." David juga t

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Pesan terakhir

    "Apa yang terjadi, Mas?" tanya Lita seraya menatapku."Ibuk ... ibuk sudah tersadar dari koma, Dek," jawabku."Benarkah? Alhamdulillah, ya Allah." Lita mengusap wajahnya penuh syukur. "Kalau begitu kita pulang sekarang, Mas.""B-baiklah, Dek." Aku ragu-ragu untuk mengatakan jika kondisi Bu Nani sudah kritis, takut membuat Lita gelisah.Kami semua akhirnya berpamitan pada Bu Narti untuk pulang, meskipun hari sudah mulai malam. Kami tidak bisa menunggu lagi sampai besok pagi, karena takut terjadi apa-apa nanti di rumah sakit.Perjalanan di malam hari terasa lebih lama. David menggantikanku menyetir ketika tahu aku kelelahan. Dia mengantarkanku dan Lita ke rumah sakit lebih dulu, sebelum mengantarkan Nadia untuk pulang. Vivi sudah tidur sepanjang perjalanan. Kasihan anak itu, seharian tertekan karena ulah Dahlia.Begitu sampai di rumah sakit, aku dan Lita langsung bergegas menuju ruangan tempat Bu Nani dirawat. Seorang Suster menyambut kami di sana."Ibu saya bagaimana, Sus?" tanya Lita

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Penangkapan

    "Astaghfirullah! Mbak Lia melakukan perbuatan senekad itu?" Lita seketika berdiri dengan wajah tak percaya."Padahal wajah Dahlia sudah masuk data laporan kepolisian. Bagaimana mungkin dia bisa begitu mudah mengambil Vivi dari sekolah?" tanyaku pada David."Entahlah, tapi pihak sekolah paud itu tadinya tidak curiga karena yang menjemput memang Mamanya. Saat mereka sadar, Dahlia sudah pergi membawa lari Vivi," jawab David sambil mengacak rambut."Minta rekaman CCTV dari setiap sudut sekolah, Bang. Jadi kita bisa tahu dengan siapa Dahlia datang, atau kendaraan yang dia naiki! Jangan lupa buat laporan ke pihak kepolisian juga," ucapku lagi."Iya, baik, Damar," jawab David lagi. Dia kemudian sibuk membuat panggilan telepon dengan wajah panik.Aku kemudian menatap ke arah Lita."Dek, kamu tidak punya kerabat atau saudara jauh yang kemungkinan bisa menjadi tempat Dahlia bersembunyi?" tanyaku padanya.Lita terdiam mendengar pertanyaanku. Dia tampak berpikir keras."Ibuk punya saudara jauh, M

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Ikhtiar

    "Sudah Mama duga, pasti ada yang tidak beres! Orang seperti Dahlia itu selamanya tidak akan pernah bertobat!" ucap Mama."Ya Allah, tega sekali Mbak Lia menipu Ibuk seperti ini." Lita menutup mulut dengan kedua tangan."Aduh, maafkan saya, ya? Saya tidak tahu-menahu tentang masalah keluarga kalian. Saya hanya membeli rumah ini secara sah, tidak mau ikut campur masalah lainnya," ucap Ibu itu, wajahnya juga terlihat cemas."Tapi jika nanti kami membutuhkan Ibu sebagai saksi, kami harap ibu bersedia," ucapku."Saya mengerti, Mas," jawab Ibu itu lagi.Aku menarik napas panjang. Biar bagaimapun kami terpaksa melaporkan kejadian ini pada pihak berwajib. Apalagi Dahlia membawa kabur semua uang penjualan rumah, di mana ada hak ibunya di sana."Ibuk! Ibuk!"Aku kaget ketika mendengar suara Lita berteriak. Saat aku menoleh, tubuh Bu Nani sudah mengejang. Kepalanya mendongak ke atas, dan kedua matanya terbelalak."Mas, ibuk kenapa ini, Mas?" Lita terlihat panik melihat keadaan ibunya, sampai har

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Istana

    "Alhamdulillah, akhirnya kita pulang."Mobil berhenti tepat di depan rumah Mama. Hari ini Lita sudah diperbolehkan pulang dan beristirahat di rumah. Mama memaksa agar kami pulang ke rumah yang ditempati Mama. Aku setuju saja, karena memang nanti ada yang menjaga Lita jika di sana."Aku takut nanti akan merepotkan Mama," ucap Lita, yang awalnya menolak."Repot apanya? Di rumah ada beberapa ART, gak akan repot," jawab Mama."Tapi, rumah kami ....""Rumah itu khusus dipakai untuk produksi saja. Jangan lagi dipakai untuk tinggal. Mama akan meminta orang untuk merenovasinya, menjadi pabrik kecil. Bau minyak dan mentega setiap hari mana bagus untuk kesehatanmu?" ucap Mama lagi, menyela."Mama gak bakal bisa dibantah, Dek ...," ucapku kemudian pada Lita. "Kita menurut saja."Akhirnya Lita bersedia untuk pulang ke rumah yang Mama tempati. Rumah kami. Baru pertama kali ini Lita menginjakkan kaki di sini. Dulu saat aku masih menjadi kekasih Dahlia, kami masih menempati rumah sederhana yang tak

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Dosa

    "Katakan, Bu Nani!"Saat Mama membentak Bu Nani sekali lagi, aku tak bisa menahan diriku lagi untuk masuk ke dalam. Kulihat Mama menoleh dan langsung tersentak kaget ketika aku membuka pintu. Wajahnya seketika memucat."Damar?"Aku tak langsung bicara, tapi melayangkan pandanganku pada Bu Nani. Hatiku berdesir miris menatap keadaan wanita yang tadinya selalu berucap dengan nada tinggi itu.Badan Bu Nani yang terbaring itu tampak kaku, dengan sebelah tangan mengerut di dadanya. Bibirnya juga sudah tak lagi lurus, bergerak-gerak seperti akan berbicara sesuatu, namun tak sanggup. Hanya kedua matanya yang melebar menyempit mewakili bahasa tubuhnya."Astaghfirullah, Buk." Aku menelan ludah, seketika rasa sedih menyergap dada.Ya, meskipun ibu mertuaku itu selalu melontarkan kata-kata hinaan padaku, tapi melihatnya dalam kondisi yang demikian rasanya hatiku juga tak tega."Damar ...." Mama mendekat ke arahku. "Kamu ... sejak kapan ada di situ?"Aku masih menatap ke arah Bu Nani sekali lagi,

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Rahasia

    Aku akhirnya kembali menuju kursi tunggu, dan sudah tidak kudapati Dahlia ada di sana. Aku duduk dengan lemah di salah satu sudut kursi. Pikiranku dipenuhi hal-hal yang membuatku bertanya-tanya. Allah, ada apa lagi ini?Entah berapa lama aku duduk di sana tanpa berbuat apapun. Hingga tiba-tiba Mama sudah muncul dan berjalan ke arahku."Syukurlah, kondisi Lita sudah jauh lebih baik," ucap Mama kemudian. Aku membuang napas lega mendengar itu semua. Tak henti-hentinya mulutku mengucap syukur. Ya, meskipun pada akhirnya kami harus kehilangan calon buah hati, setidaknya nyawa istriku sudah tertolong. Tinggal bagaimana nanti aku bertanggung jawab untuk menyembuhkan hatinya."Di mana wanita iblis itu?" tanya Mama kemudian seraya menatap ke sekeliling. "Jangan-jangan dia kabur?""Mungkin sedang bersama Ibunya, Ma," jawabku kemudian. "Bu Nani juga harus mendapat perhatian lebih.""Memang pantas mereka itu mendapatkan karma! Perbuatan mereka berdua benar-benar sudah tidak bisa dimaafkan!" ucap

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Takdir

    Aku merengkuh tubuh Jelita, lalu membawanya lari sekencang mungkin. Tidak peduli lagi pada orang lain, yang kupikirkan hanya nasib istriku dan bayi yang ada dalam kandungannya. Lita masih merintih kesakitan dan pelukanku, sebelum akhirnya pingsan."Dek! Bertahanlah, Dek! Tolong, Dek! Bertahanlah!" Aku berteriak seperti orang gila."Ada apa ini, Mas Damar?" tanya Bu Tatik ketika aku sudah sampai di depan rumah dengan kondisi yang menyedihkan."Bu, tolong minta warga untuk membantu mencarikan mobil untuk Bu Nani. Saya harus membawa Lita ke rumah sakit," ucapku padanya sembari membaringkan Lita ke jok belakang mobil."Baik, Mas Damar." Bu Tatik akhirnya beranjak pergi meninggalkanku.Badanku gemetar hebat ketika menyalakan mesin dan memutar kemudi. Pikiran buruk sudah memenuhi kepala. Dengan kecepatan tinggi mobil melaju ke rumah sakit."Dokter! Tolong, Dokter!" Lagi-lagi aku berteriak seperti orang gila saat sudah tiba di rumah sakit. Apalagi ketika rembesan darah dari sela kaki Lita se

  • TERKABULNYA DOA ISTRIKU   Hukuman

    Dahlia menatap tak percaya pada suaminya, badannya terlihat gemetar. Dia pasti tak mengira, jika David bisa semudah itu mengucapkan talak padanya."Maksudmu apa, Mas?" tanyanya kemudian seraya menggoncang lengan David.David bungkam. Dia justru membuang mukanya dari Dahlia."Mas! Kamu tidak bisa melakukan itu! Kamu tidak bisa menceraikanku! Kamu ingat, aku punya Vivi, anakmu!" teriak Dahlia kemudian.David kemudian menatap ke arah Dahlia tajam."Kamu pikir bisa mendapatkan hak asuh setelah apa yang kamu lakukan pada Vivi?" tanyanya kemudian. "Lebih baik sekarang kamu membereskan semua barang-barangmu. Tinggalkan rumah ini secepatnya.""Kamu mengusirku, Mas?" Dahlia masih menatap tak percaya pada David. "Sudah kuduga, kamu pasti mau kembali pada mantan istrimu itu, kan? Pasti dia sengaja membalas dendam, menghancurkan rumah tangga kita!""Cukup, Dahlia. Aku sudah tidak mau mendengar apapun lagi darimu," ucap David lagi seraya beranjak pergi.Namun sebelum sempat dia melangkah, Dahlia l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status