Beranda / Romansa / TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK / BAB 1. Pertemuan tak menyenangkan

Share

TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK
TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK
Penulis: Amelia

BAB 1. Pertemuan tak menyenangkan

POV Luna

Luna gadis remaja berusia 19 tahun , baru saja lulus SMA dan sangat berperestasi. Luna duduk termenung di depan rumahnya yang sederhana, mengamati langit yang mulai berwarna jingga. Hari itu, ia baru saja menerima ijazah SMA-nya. Seharusnya ini menjadi momen bahagia, namun kenyataan hidupnya tak seindah itu. Ayahnya, seorang satpam di sebuah perusahaan besar, tiba-tiba terjerat hutang dari pinjaman online. Semua ini karena biaya ujian sekolahnya yang begitu mahal. Kini, keluarga mereka tenggelam dalam krisis keuangan, dan Luna merasa bersalah.

“Ayah sudah terlalu banyak berkorban untukku,” gumam Luna pelan. “Aku harus melakukan sesuatu.”

Ia memandang jauh ke depan, mencari solusi di tengah kebuntuan. Pikirannya berputar, dan satu ide terlintas: mencari pekerjaan. Luna tahu, hanya dengan bekerja ia bisa membantu ayahnya melunasi hutang, hutang itu. Tapi bagaimana? Di kota kecil tempat tinggalnya, lowongan pekerjaan sangat sedikit, apalagi bagi lulusan SMA tanpa pengalaman.

Keputusannya bulat. Esok harinya, Luna bersiap untuk mencari pekerjaan di perusahaan besar tempat ayahnya bekerja. Meskipun ayahnya tidak tahu rencananya, Luna yakin ini adalah cara terbaik untuk membantu keluarganya.

---

Luna berdiri di depan gedung perusahaan besar yang selama ini hanya ia lihat dari luar. Dengan mengenakan pakaian terbaik yang ia miliki—meskipun sederhana, ia berusaha tampil percaya diri. Hari itu, ia dijadwalkan untuk wawancara sebagai asisten administrasi.

Langkah kakinya membawa Luna memasuki lobi besar perusahaan, matanya sibuk menjelajahi setiap sudut ruangan. Semuanya terasa begitu mewah, jauh dari kehidupannya sehari-hari. Jantungnya berdegup kencang, antara gugup dan semangat bercampur jadi satu.

Ketika sedang mencari ruang wawancara, tanpa sengaja Luna melihat sebuah pintu terbuka sedikit. Rasa penasaran menghampirinya, dan ia melangkah mendekat. Dari celah pintu, terdengar percakapan dua orang pria.

“Produk ini belum dipromosikan. Jika kita berhasil menyelundupkannya keluar sebelum perusahaan mengumumkannya, kita bisa menjualnya dengan harga tinggi di pasar gelap,” suara salah satu pria terdengar jelas.

Luna tertegun. Matanya membelalak, menyadari apa yang baru saja ia dengar. Ini adalah rencana penyelundupan yang bisa merugikan perusahaan besar ini! Tanpa berpikir panjang, Luna mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam percakapan tersebut. Tangannya gemetar, namun ia tahu ini bukti penting.

“Aku harus melaporkan ini,” batinnya.

Namun, ketika Luna bersiap untuk pergi dari tempat itu, tanpa sengaja tubuhnya menabrak seseorang. Ia terhuyung mundur, hampir kehilangan keseimbangan. Di depannya berdiri seorang pria tinggi, tegap, berwajah oriental yang sangat tampan, bak aktor Korea terkenal. Pria itu mengenakan setelan jas mahal dan memandangnya dengan tatapan tajam.

“Mau ke mana kamu?” suaranya dingin, penuh kecurigaan.

Luna terdiam. Pria itu jelas bukan orang biasa. Ada sesuatu dalam sikapnya yang menunjukkan bahwa ia memiliki kedudukan penting di perusahaan ini. Jantung Luna semakin berdetak cepat. Bagaimana jika pria ini tahu bahwa ia baru saja merekam sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat?

“S-saya… maaf, saya tidak sengaja,” Luna menunduk, mencoba menahan rasa paniknya. Ia berusaha menjauh, tapi pria itu tidak beranjak, hanya menatapnya dengan ekspresi dingin.

“Kau mau melarikan diri setelah menabrakku?” pria itu mendengus marah.

“Maafkan saya,” Luna berkata dengan suara pelan, matanya masih menunduk. “Saya benar-benar tidak sengaja…”

Pria itu mendekat, membuat Luna merasa semakin terpojok. Namun, sebelum ia sempat berkata lebih jauh, seseorang memanggilnya dari balik koridor.

“Direktur Kim, Anda dibutuhkan di ruang rapat.”

Pria itu yang ternyata seorang direktur bernama Kim Daehan memandang Luna sejenak, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan berjalan pergi. Luna menarik napas lega, tubuhnya sedikit gemetar setelah pertemuan yang begitu mendebarkan itu.

"Huhhh, Alhamdulillah ya Allah, laki-laki itu sangat menyeramkan tatapannya tajam sekali, tapi wajahnya seperti pernah aku lihat tapi dimana ya ?"gumam Luna. Dia sambil mengingat akan Daehan .

“Aku harus segera pergi dari sini,” pikirnya sambil menyusuri koridor dengan langkah cepat. Namun, ia belum bisa merasa benar-benar aman. Rekaman di ponselnya bisa menjadi bukti penting, tapi juga bisa membawa masalah besar jika diketahui oleh orang yang salah.

Setelah berhasil keluar dari gedung, Luna memutuskan untuk pulang dulu. Ia perlu berpikir matang tentang langkah selanjutnya. Apakah ia harus melaporkan hal ini ke pihak berwenang? Atau ada cara lain untuk melindungi perusahaan dan dirinya sendiri?

---

Malam itu, Luna duduk di kamarnya, menatap layar ponsel yang berisi rekaman tersebut. Sementara itu, ayahnya di ruang tamu tampak lelah setelah seharian bekerja. Luna memikirkan bagaimana semua ini bisa berdampak pada keluarganya. Jika ia melaporkan hal tersebut, bisa saja ayahnya akan terkena imbasnya, apalagi jika mereka tahu Luna yang merekamnya. Namun di sisi lain, perusahaan ini bisa mengalami kerugian besar jika rencana penyelundupan itu berhasil.

“Aku tak bisa diam saja,” gumam Luna, meskipun hatinya penuh keraguan.

Esok harinya, Luna memutuskan untuk kembali ke perusahaan. Bukan untuk wawancara, tetapi untuk menemui seseorang yang bisa ia percayai. Ia ingat nama yang disebutkan kemarin: Direktur Kim. Meskipun pertemuan mereka sebelumnya tidak menyenangkan, Luna merasa pria itu bisa menjadi kunci untuk menghentikan penyelundupan ini.

Setibanya di kantor, Luna meminta bertemu dengan Direktur Kim. Resepsionis sempat ragu, namun akhirnya mempersilakan Luna menunggu di lobi. Beberapa menit kemudian, pria itu muncul, tampak sama dingin dan tajam seperti sebelumnya.

“Kau lagi?” tanyanya dengan nada ketus.

Luna meneguk salivanya, mencoba mengumpulkan keberaniannya. “Saya tahu saya bukan siapa-siapa, dan pertemuan kita kemarin tidak baik. Tapi saya menemukan sesuatu yang penting untuk Anda ketahui.”

Direktur Kim memandangnya penuh kecurigaan. “Apa maksudmu?”

Luna mengambil ponselnya, menunjukkan rekaman percakapan yang ia rekam kemarin. Mata pria itu melebar sedikit ketika mendengarnya. Setelah rekaman selesai, ia mengangkat wajahnya menatap Luna.

“Kau tahu apa yang kau lakukan bisa sangat berbahaya?” tanyanya dingin. “Mereka bisa mencarimu.”

“Saya hanya ingin melindungi perusahaan ini,” jawab Luna pelan, meski ada sedikit getar dalam suaranya.

Pria itu terdiam sejenak, menimbang apa yang baru saja terjadi. Lalu, tanpa banyak bicara, ia mengambil ponsel Luna, menghapus rekaman tersebut, dan berkata, “Ini bukan urusanmu. Tapi terima kasih karena telah memberitahu. Biarkan aku yang mengurusnya.”

"Tapi tuan... itu akan sangat merugikan anda sebaiknya anda berhati-hati. "Luna menatap nanar meski rasa takut menderanya.

"Sudah kubilang ini urusanku, jangan sok tahu dan mengajariku, mengerti?"

Luna hanya bisa mengangguk, masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ketika ia berbalik untuk pergi, pria itu memanggilnya lagi.

“Kamu Luna, kan?” tanya Direktur Kim. Luna menoleh, terkejut bahwa ia tahu namanya.

“Aku akan ingat kebaikanmu. Tapi lain kali, hati-hati jika terlibat dalam sesuatu yang sebesar ini.” Kim Daehan hanya menarik sudut bibirnya. Daehan sangat mengingat wajah gadis itu, dia ingat Luna adalah adik kelasnya. Karena Daehan memang populer di sekolah sehingga Luna tak pernah ada disekitarnya.

"Gadis itu ... sungguh membuatku makin membencinya, di sekolah dulu wajahnya adalah wajah yang paling aku hindari tapi entah kenapa saat ini takdir malah mempertemukan kami kembali?"

Apa sebenarnya yang menyebabkan Daehan membenci wajah Luna ?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status