“Kandunganmu semakin besar, Ra. Aku tidak mau menanggung malu gara-gara ulahmu! Hamil tanpa suami! Sebenarnya ambil tindakan. Pilihannya hanya dua; kamu tetap tinggal di sini dan menggugurkan kandungan itu, silakan pergi dari sini dan tetap membiarkan dia membesar di dalam perutmu? Aku kasih waktu b
Enam bulan kemudian. “Aira, bangun!” Bentakan dari luar membuat Aira tersentak kaget. Spontan perempuan itu duduk dengan kepala yang masih sakit. Sakitnya bertambah-tambah lantaran terkejut dengan suara ibu mertuanya yang naik beberapa oktaf. Ya, saat ini Aira sudah menjadi istri dari seorang laki
“Aku tidak mengerti kenapa ibu pura-pura merasa terdzolimi di depan mas Dani? Padahal, jelas-jelas ibu adalah pelakunya. Aku korban kejahatan ibu. Apa sih tujuan ibu melakukan semua ini?” Dengan susah payah Aira menatap ibu mertuanya setelah mengumpulkan keberanian. “Mau tahu jawabannya? Karena ak
Bab 145 “Bagaimana kondisi Aira saat ini, Mas? Sudah ada perubahan?” Amira menatap Tama yang secara tidak sengaja bertemu di apotik terbesar di kabupaten tersebut. Mereka sama-sama mencarikan obat herbal untuk ibunya masing-masing. Hujan yang sangat lebat membuat keduanya memutuskan untuk bertedu
“Mir, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan ke kamu. Tapi maaf kalau pertanyaan saya nanti sedikit mengungkap masa lalu kamu. Tapi, sungguh saya sangat penasaran dengan apa yang terjadi.” Amira yang sedang membereskan berkas-berkas kerjanya yang tadi digunakan untuk meeting pun mendongak, menatap B
Bab 147 “Halo, Mbak Santi.” Amira menyapa mantan kakak iparnya dengan ramah. Amira berdiri di depan kosan tempat tinggal Santi setelah bertanya ke sana ke sini letak kamarnya Santi. Santi yang sedang menyapu teras kosnya pun terjingkat, kaget dengan kedatangan Amira yang secara tiba-tiba. “Unt
Ditemani sang ibu, Amira menerima tamu yang tak lain adalah Tama. Ya, Tama sengaja mampir ke rumah Amira sepulang kerja. “Terima kasih banyak, ya, Mir. Sudah berhasil membawa Mbak Santi pulang ke rumah lagi. Dia seolah telah melupakan semua kesalahan ibu di masa lalu. Bahkan, saat ini Mbak Santi y
“Sedang nonton apa, Bu?” Amira yang sangat jarang nonton televisi itu menjatuhkan bobot tubuhnya di samping sang Ibu. Bu Sumi tersenyum menyambut Bu Sumi. “Itu. Ibu suka dengan sinetron itu. Kok, tumben kamu ke sini, Nduk?” Bu Sumi yang sudah lancar berjalan sendiri itu merasa aneh dengan anak p