“Ibu kenalkan sama mereka?” Amira tidak sabar lagi menunggu ibunya yang masih saja terdiam. “Rusmi adalah gadis tetangga desa. Kami saling mengenal pada saat acara rewang di rumah saudara ibu yang bertetangga dengannya, dulu. Itu saja, sih. Memangnya kenapa kamu pengen tahu tentang Rusmi, Nduk? Apa
“Minta maaf kenapa, Bang?” Amira yang dirundung rasa penasaran segera menghubungi nomor kakaknya. Kini mereka berbicara melalui sambungan telepon. “Abang minta maaf karena pernah marah sama kamu, gara-gara menolak lamaran Arfan waktu itu.” Fikri menjelaskan. Amira yang tidak paham dengan Abang men
Amira terbangun dari tidurnya karena dorongan cairan di kantong kemihnya yang menuntut untuk dibuang. Wanita itu segera menatap jam dinding yang bertengger di tembok Kamarnya. Jarum panjang ada di angka dua belas, sementara jarum pendeknya tepat di angka sembilan. Seharian ini Amira kecapekan se
Di depan pintu Santi menyambut Amira dengan penuh kesedihan. Sesuai permintaan Tama, Amira akhirnya pergi ke rumah Mumun. Memastikan bahwa keluarga mereka baik-baik saja. Tama sengaja mengutus Amira sebab nomor handphone Santi tidak bisa dihubungi. “Apa kabar, Mbak?” Amira mengulurkan tangan ke ar
“Mas Tama, Mbak.” Amira menyodorkan ke handphone Santi yang baru kembali dari kamar ibunya. “Mungkin mau bicara sama kamu, Mir.” Santi kembali menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Amira. “Nggak, dia sengaja menelpon Mbak Santi, kok.” Tama sengaja menghubungi Santi melalui Amira, sebab handphon
[Bi, tolong sampaikan ke Ibu, aku tidak bisa pulang sore ini. Mungkin, nanti malam baru pulang. Aira meninggal dunia, Bi. Aku bantu-bantu sekalian di sini.] Amira mengirimkan pesan pada Bi Marmi, bibinya. Amira baru sempat memberi tahu keluarganya. Derap langkah kaki yang memasuki ruang tamu membu
“Mau sampai kapan kamu diam di situ, Lilik? Mau sampai kapan kamu membiarkan Zidane mengacak-acak permainannya? Cepat bereskan rumah ini! Aku muak melihat kamu yang seperti ini terus! Sudah berapa kali aku bilang? Jangan biarkan anakmu mengacak-acak ruang tamu atau ruang tengah dengan permainannya i
“Terima kasih banyak, ya, Mas. Maaf nggak bisa menyuruh mampir. Ini susah sangat malam.” Amira menghampiri pria yang berada di balik kemudi bulat setelah memarkirkan motornya di depan rumah. “Memang seharusnya aku tidak mampir, De. Kalau mampir nanti bahaya,” kelakar laki-laki di balik kemudi yang