Share

[81]

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 11:50:27
“Niel! NATHA.. Hehehehe, halo Om.” Cengir Rega melihat Hanggono Tirto yang menatap tajam ke arahnya. “Mau jenguk Niel junior, Om.” Ungkapnya, memberitahu alasan mengapa ia bertandang ke kediaman sahabatnya itu.

Hang melirik sekilas tiga orang yang berada dibelakang Rega. Mereka semua membawa kotak-kotak hadiah yang tidak dibungkus. “Ya, tapi nggak usah pakai teriak-teriak! Rumah saya bukan hutan belantara!” selorohnya mengomentari aksi anarkis tamu putranya.

“Iy—,”

“PAPA!! COME HERE, PAPA!!”

“MAS HANG!”

Dua kali teriakan tersebut menggema, membuat Hanggono dan Rega saling tatap. “Mereka ada di kamar itu,” tunjuk Hanggono pada sebuah pintu yang tertutup.

“PAH!”

“IYA, MAH! PAPA JALAN KE SANA!”

“Yailah! Makanya gue tereak-tereak! Orang semua penghuni rumah ini Tarzan emang!” cerocosnya sembari memandang kepergian papa sahabatnya. “Kalian ikut gue..” telapak tangan Rega mengayun satu kali, memberi tanda anak buahnya agar kembali mengikuti langkahnya.

Sahabat Niel itu sempat mengetuk pintu,
qeynov

Maaf kemarin ga up, akhir2 ini kesehatan Qey lumayan menurun drastis. Doain ya biar bisa update cerita lain.

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • TERIKAT PERJODOHAN    [82]

    Mata Niel perlahan terbuka saat telinganya mendengar tangis Xavier.“Astaga,” desahnya sembari meraup wajah tampannya. Jam masih menunjukkan pukul dua malam dan suara tangis putranya mengalah-ngalahkan dentuman mesin pengeras di kelab malam.“Sayang,” panggil Niel membuat Zeusyu membalikkan tubuhnya. Niel meringis melihat penampakan Zeusyu ditengah lampu tidur yang mereka nyalakan. Istrinya terlihat seperti korban selamat dari kecelakaan.Tak ingin berpangku tangan dalam merawat anak mereka, Niel memilih meninggalkan peraduannya. Ia berjalan menuju tombol sakelar, menyalakan lampu utama di kamar mereka.“Nggak mau minum susu dia. Padahal udah aku asiin langsung, tetep nggak mau.” Adu Zeusyu. Tampak jelas sekali jika ibu muda itu tengah dilanda frustrasi.“Kept calm. Inget kata Mama kan? Kamu harus tenang, nggak boleh panik. Anak bayi memang kayak itu.”Amel sudah menjelaskan semuanya agar mereka tidak panik. Wanita itu berucap jika hal-hal yang mereka alami sekarang, merupakan sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • TERIKAT PERJODOHAN    [83]

    “Niel!” Rega melambaikan tangannya saat Niel keluar dari mobil. “Njir! Melengos!” umpat Zikri pelan karena tak direspon oleh sang sahabat. Anak itu malah menuju sisi mobilnya yang lain.“Hah?”Mulut Jeno, Zikri, Alvian dan Rega terbuka. Mereka membuang rokok yang berada ditangan masing-masing, bergegas meninggalkan kursi yang diduduki.“Seriusan ini?” Zikri menggosok-gosok matanya menggunakan tangan, seolah tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat sekarang.“Kok dia kuliah bawa baby Xav?” beo Rega. Semakin bertambahnya hari, sahabatnya itu semakin aneh. Jarang masuk, sekalinya berangkat, malah sekaligus cosplay menjadi babysitter anaknya.Terhitung sudah setengah tahun sejak kelahiran si kecil. Niel mengurangi banyak kegiatannya di luaran, termasuk jadwal kuliahnya. Sebenarnya hal tersebut bukan atas keinginannya sendiri. Setiap kali ia ingin keluar rumah, Xavier mereog, menangis sembari menunjuk-nunjuk ke arah papanya itu.Si kecil yang lengket dengan Niel tak mau ditinggal. Contoh

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • TERIKAT PERJODOHAN    [84]

    “Bapaknya? Ngumpulin tugas.”“Lah, udah bego! Bareng gue tadi.”“Hah? Sumpah lo?” tuntut Zikri, shock. Kalau sudah kenapa anak itu tidak segera menghampiri putranya coba. Wah, ngajakin perang— batin Zikri. Niel pasti sengaja melakukan ini semua. Menjadikan ia dan teman-temannya sebagai pengasuh anaknya. “Turunnya aja bareng gue. Jalan ke arah kantin tadi anaknya.”Mendengar informasi terpercaya itu, Zikri mengumpat sejadi-jadinya. Seluruh penghuni kebun binatang mulutnya keluarkan. Kakinya melangkah dengan hentakan mantap, menuju ke arah TKP, tempat si bapak durhaka berada.“Kruy! Gue ikut!!”Zikri menghentikan langkahnya, memiringkan tubuh untuk melihat siapa gerangan yang memanggil namanya. “Lo kok bisa ada disini? yang bantuin Jeno, siapa dong?!”“Dari tadi keleus, waktu lo mau dibantai sama cewek-cewek. Gue ngikutin lo soalnya.”Zikri menyerngit— ia tidak sadar kalau dibuntuti. “Terus kenapa lo nggak ngebackingin gue tadi, Al?”“Udah nggak usah banyak cing-cong, satronin bapaknya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • TERIKAT PERJODOHAN    [85]

    “Papa..”“Apa, Ganteng?” Niel meletakkan ponselnya. Ketika dirinya mendongak, “heh, Bocil! Abis ngapain kamu?” sentaknya karena begitu tercengang melihat penampilan Xavier.“Ampun deh anaknya, Zeu!” gerutu Niel, tak mengakui Xavier sebagai anaknya. “Mbaaakk!!” Niel berteriak memanggil asisten rumah tangganya. Mereka pasti tahu penyebab mengapa anaknya bercosplay menjadi manusia white.“Mbak sini, Mbak! Ini anaknya majikan kamu kenapa begini bentukannya?!”Satu tahun telah berlalu dan anaknya bersama Zeusyu semakin adfgj saja kelakuannya. Entah menurun kelakuan siapa batita itu, sampai setiap harinya tak pernah berhenti berulah.Tiga maid datang berbondong-bondong. Mereka semua meringis menatap tuyul kecil yang memporak-porandakan dapur dengan tepung.“Kenapa dia mandi tepung, Mbak?! Kalian lagi ada live TikTuk?! Mau nyari donatur pake nama si Xavi?!”“Nggak, Mas. Anu.. Den Xavi..”“Weh! Weh! Kamu jangan mepet-mepet Papa dong!” takut menjadi kotor seperti anaknya, Niel berdiri lalu mel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • TERIKAT PERJODOHAN    [86]

    “Wit.. Wit!!”Xavier mengingat dengan jelas perkataan kedua omnya. Ia hanya perlu ber-wit-wit saja.Rega dan Zikri terkikik saat si kecil Xavier memulai debut buaya daratnya. Kedua pria dewasa itu sudah mengajarkan bagaimana caranya menggoda seorang wanita cantik. Seharusnya sih Xavier jago— papanya saja dulu mempunyai tunangan dan pacar dalam satu kali waktu.“Wit.. Wit!” Ulang Xavier, menarik-narik celana yang dikenakan oleh mangsa buruannya.Mangsa tersebut lantas menundukan kepalanya, menatap pada Xavier yang mendongak. “Eh, adik kecil. Apa Sayang?” tanya si wanita.“Wit.. Wit!”“Anjay Kruy! Cepet banget pahamnya anak bos gue! Liat tuh, ajaran kita emang tokcer, moncer!!” seru Rega berbangga diri.“Gemesin anaknya Neng Dewe, kayak Mamanya.”Zeusyu di samping keduanya hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa melarang kedua sahabat Niel. Suaminya pun sedang kelas sekarang. Nanti saja ketika mereka sudah sampai rumah, Zeusyu akan meminta Niel menyampaikan larangannya agar teman-te

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • TERIKAT PERJODOHAN    [87]

    Xavier membenarkan kacamata hitam yang dirinya kenakan. Anak itu berhenti sebentar. “Ih,” decaknya membuat Niel juga tak lagi melangkah di depannya. Pria itu memutar tubuhnya demi melihat tingkah si kecil.“Papa, Api cah niy!” gerutunya mengadu, jika dirinya kesulitan karena kacamata yang selalu melorot ke bawah.Niel mencebikkan bibir. Ia kan sudah bilang agar Xavier mengenakan kacamatanya sendiri. Namun anaknya tidak mau. Ngeyel sih bocah satu itu. Tambengnya nggak ketulungan walau masih bayi.“Makanya kamu jangan ngadi-ngadi! Kalau dibilangin Papa tuh nurut Xavi! Itu kan punya Opa kamu!”“Api, nak Papa!”Ya apa konotasinya, susah dibilangin sama anak papa, coba?! Kecil-kecil sudah pinter ngeles ini hasil ena-enanya. Perasaan dulu Niel genjotnya penuh perasaan deh, kenapa yang lahir macem Xavier begini sih. Bikin pusing kepala aja bisanya.“Udah sini, nggak usah kacamataan! Nggak silau juga!”Xavier menggelengkan kepalanya dengan tangan memegang kacamata. Anak itu mempertahankan bar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • TERIKAT PERJODOHAN    [88]

    “Papa, tuw Dek?”Xavier menunjuk hot wheels yang tergantung pada rak minimarket. Anak itu berkeras pada pemahaman mandirinya. Mengklaim bahwa seorang adik adalah mainan yang dapat dirinya beli di mini market.Zeusyu sudah mencoba memberikan pengertian, tapi tak juga berhasil. Anak mereka malah menangis, membuat omanya naik ke lantai dua sembari membawa sebuah sapu. Nenek-Nenek bercucu enam itu mengira jika Niel menjahili Xavier sampai cucunya menangis hebat. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Niel dan Zeusyu lah yang ingin menangis berjamaah karena ketambengan haqiqi anak mereka.“Tuw ga, Dek?!”“Bukan Xavi! Itu mainan. Adek nggak dijual disini. Harus dibuat sama Papa dulu.”“Diacak?” Dimasak— tanyanya begitu polos.Niel berdecak hebat, “ya nggak dimasak juga! Kamu kira adek kamu itu makanan!” semburnya. Menjelaskan sesuatu kepada anak kecil, ternyata merupakan pekerjaan yang sulit. Teramat sulit malah. Bagaimana caranya agar Xavier tahu kalau mamanya harus dibuahi terlebih dahu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • TERIKAT PERJODOHAN    [89]

    ‘Ayo Mama, kasih paham anak kamu kalau Papa yang paling ganteng sedunia!’ Niel benar-benar menanti sang istri memenangkan dirinya. Seluruh manusia di dunia juga tahu, kalau Zeusyu Tirto sangatlah mencintai dirinya. Mana mungkin dirinya kalah pada titisannya sendiri.Impossible!“Nteng Api tan?”'Percaya diri sekali kau anak bayik!' Seloroh Niel menghina kesombongan replikanya. Belum saja anak itu dikalahkan oleh kenyataan. ‘Pasti nanges! Hahaha!!’ Setan di dalam diri Niel bersuara lantang. Mereka mendukung Niel dan positif thinking-nya yang mengira akan memenangkan pertarungan mendapatkan gelar si paling tampan versi Zeusyu.“Iya dong!” Bruk!!Niel terjatuh akibat kaki-kakinya yang tiba-tiba saja melemah. Mulutnya meringis karena lututnya yang membentur body mobil. Unbelievable! Ketampanannya yang membius seluruh akal para cabe-cabean dikalahkan oleh jelmaan yang menyedot sebagian auranya. Jika ini mimpi, Niel ingin dibangunkan. Kalau perlu tolong siram dirinya menggunakan air es, su

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24

Bab terbaru

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [38] Tumbal Proyek

    Terpantau dua pria dewasa dengan seorang pria setengah matang sedang berusaha mendirikan tenda pada pelataran kediaman Tirto yang kini diketuai oleh sahabat sekaligus orang tua si pria muda. Ketiganya terus saja melontarkan makian setelah mengetahui sulitnya mendirikan tenda. Kegiatan yang katanya mudah itu, nyatanya begitu sulit untuk dilakukan. Sudah satu jam mereka berusaha, tapi satu tenda yang mereka beli tak kunjung terpasang. Entah dimana letak kesalahannya sampai-sampai tenda yang mereka coba kerjakan selalu saja ambruk tertiup angin. Padahal mereka sudah mengikuti step by step dari demonstrasi para Youtuber pendaki gunung.“Aaaak!! Susah amat. Kenapa nggak beli yang langsung jadi aja sih tadi!” Kesal Xavier, menendang tenda yang telah rata dengan paving rumahnya. “Dodol ya kamu, Pi. Gimana bawanya kalau beli yang langsung jadi? Terbanglah dia waktu diangkut.” Cerca Jeno, tak habis pikir. Menantunya memang bo to the doh. Ia tahu kalau Xavier tak pernah kesulitan mengurusi

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [37] Ciee, Sapi Jadi Kena Usir

    Xavier tampaknya harus bersyukur karena memiliki istri sepolos Aurelia. Karena jika bukan disebabkan oleh tangis histeris istri bocilnya, pingsannya pemuda itu tidak akan diketahui oleh siapa pun. Alhasil, ia akan bangun dengan sendirinya bersama perasaan shock yang dirinya alami setelah mengetahui kebingungan si bocah cilik.Malang sekali kan kalau seperti itu kejadiannya. Jadi, sudah sepantasnya Xavier mensyukuri apa yang ada didalam diri istri kesayangannya— termasuk juga kebingungan sang istri tentang mengapa dia sampai bisa menikah dengan dirinya.“Abang...” panggil Aurelia, lirih.Sialnya, kebingungan Aurelia itu membuat hatinya bertanya-tanya. Ia jadi tak yakin jika perjuangannya selama ini telah membuahkan balasan cinta dari sang istri.Sungguh tragis. Mungkinkah ini karma karena papanya dulu menyia-nyiakan ketulusan mamanya?!Jika benar demikian, kenapa harus dibalaskan kepadanya?!Ia kan tidak berdosa! Seharusnya dosa itu dilimpahkan kepada pembuatnya. Buat saja papanya yan

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [36] Apakah itu Pertanda, Ajal Sudah Dekat?

    Berjarak 1 meter dari daun pintu kamar sang papa, Xavier berlutut dengan kedua kaki terlipat dan telapak tangannya yang ia tangkupkan di depan dada.Aksinya ini bisa disebut mirip dengan seorang pertapa. Bedanya, Pertapa Sapi tidak sedang mengharapkan datangnya sekumpulan ilmu yang dapat memberikannya kesaktian, melainkan sebuah kata maaf dari mulut papanya yang nantinya bisa menggagalkan pengeksekusiannya.“Papa,” panggil Xavier, memelas. Meski papanya tak dapat melihat penderitaan yang tercetak jelas di wajahnya. Namun Xavier percaya, pria yang mencetaknya itu, akan mendengar ratapan darah dagingnya.Pada sebuah kursi santai yang sebelumnya tidak pernah ada didekat kamar si kepala keluarga, Jeno, penyebab dari tragedi munculnya pengusiran seorang anak kandung, duduk bersila sembari memperhatikan aksi menantu yang bukan menjadi kesayangannya.“Pah, Abang kan bukan jin, kenapa Abang harus diusir segala?”Mendengar rengekan menantunya, Jeno pun melontarkan kalimat yang mampu membuat su

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [35] Detik-Detik Sapi Terusir Dari Rumah

    “Queeeeeeen..”“Abang!” pekik Aurelia, gembira, melihat sosok Xavier yang begitu semangat untuk menghampiri dirinya.“Loh, eh! Kakinya nggak bisa berhenti. Queen, awas!” teriak pemuda yang usianya hampir memasuki ambang dewasa awal itu.Aurelia yang siap dengan perintah itu, tentu tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Alhasil, langkah kaki cepat Xavier terhenti saat tubuh keduanya bertabrakan.“Aaaaak..”Namun, tenang. Dalam hidup Xavier, membahayakan nyawa gadis tercintanya merupakan tindakan yang haram untuk dilakukan.Bak seorang kesatria terlatih, Xavier menahan tubuh keduanya. Menyelamatkan mereka dari resiko cedera akibat gagalnya ia dalam mengendalikan laju kaki-kakinya.“Huft, hampir aja.” cicit Xavier kemudian tersenyum lembut dan bertanya, “Queen, kamu nggak apa-apa kan?”Aurelia menggelengkan kepala. Mengatakan bahwa dirinya hanya terkejut. Selebihnya, ia sama sekali tak mengalami luka.“Syukur deh.” Xavier dengan belaian pada pangkal rambut istrinya.Eh?!Teringat pada alasan

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [34] Si Sapi Malu-Maluin

    Nathaniel Tirto itu tidak dapat dijadikan panutan, khususnya dalam hal pemenuhan kata-kata yang dilontarkan oleh mulutnya.Pria yang sedari pagi berkicau tentang tanggung jawab itu, nyatanya tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Menurut informasi yang Xavier dapatkan, papanya juga tak menghadiri ‘Rapat Lembang,’ yang katanya penting.Ck-Ck-Ck!Tidak mencengangkan. Kelakuan bertolak belakang dengan bacotan itu tak lagi asing untuk Xavier. Apalagi sang papa memang telah menunjukkan tanda-tanda akan mangkir dari tanggung jawabnya.“Seserem apa sih, hipertensi? Paling kecapekan gara-gara abis ngadon, terus tepat deh, nggak kuat bangun.”Sialun!Ia juga ingin adon-mengadon hingga membentuk sebuah adonan yang semenggemaskan istri kecilnya.“Padahal tadi cuacanya mendukung banget buat ena-ena.” Sesal Xavier, karena tak berusaha lebih keras, mematahkan semangat kuliah Aurelia.“Susah! Bini gue anaknya rajin sih. Hujan, badai, juga nggak bakalan bikin dia skip kelas.” Monolog Xavier, kemudi

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [33] Perkara Uang Jajan

    Xavier terjaga dengan kepala cenat-cenut.Betapa tidak! Sepanjang malam ia tersiksa berkat Aurelia yang langsung tertidur pulas setelah menyentuh permukaan bantal.Sungguh tega kan?!Bodohnya, untuk membangunkan gadis itu dari tidur lelapnya pun ia juga tak tega.Ya salam! Kapan ia bisa menerbitkan episode esek-esek manja kalau begini!! Opa & papanya saja sudah mempunyai chapter 21++ dilapak pribadinya, mengapa hanya dirinya yang dianak tirikan!‘Qeynov! Lo bener-bener nggak adil! Balikin otak gacor lo ke mode awal debut!! Gue juga mau cerita gue meledak kayak Darmawan Family sama Opa-Oma gue, Qeynov!!’Kesal pada ceritanya yang tragis, Xavier menghentak-hentakkan kakinya. Tantrumnya anak itu pun membuat Aurelia yang terlelap membuka kelopak matanya.“Abang, ada gempa!!” pekik Aurelia yang seketika saja melompat dari ranjang.“Gem-pa?”“Iya, Abang!! Kasurnya tadi goyang-goyang padahal kita nggak lagi ena-ena..”Bugh!!Xavier membanting tubuhnya. “Aaaakk!! Why diingetin soal ena-ena!! W

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [32] Imron Kena Mental

    Hellow!!Apa itu beban pikiran?!Hilih! Xavier sih tidak mau merusak pikirannya dengan masalah, terlebih statusnya merupakan pengantin baru yang seharusnya hanya tahu agenda untuk bersenang-senang bersama istri kecilnya.Kalian tentu tahu arti kata bersenang-senang dalam kamus Xavier.Yaps, hu’um! yang itu pokoknya!Sebuah kegiatan yang mengarah pada bertambahnya endorfin di otak sungsang pemuda itu.Maka dari itu, biarkan Bapak Niel saja yang berpusing-pusing-ria, Xavier sih ogah kalau harus join. Ia maunya terima beres, lengkap dengan berakhirnya masalah yang menjerat kehidupan rumah tangganya. Toh, Mamanya juga sudah menghubungi omanya. Sebentar lagi masalah akan benar-benar tamat, tertutup rapat seolah-olah tak pernah terjadi sebelumnya.Xavier bisa menjaminnya. Kalau perlu, kepalanya akan ia jadikan persembahan jika hasil tebakannya melenceng.Dalam sejarah yang menyangkut keterlibatan sang oma, belum pernah sekalipun Xavier mendengar adanya kekalahan. Perempuan bercucu banyak it

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [31] Ah, elah! Nggak berani, Papa!

    Ceplak!!Xavier mengerang tatkala sebuah sandal mendarat pada wajah tampannya.Sandal tersebut jatuh ke atas lantai setelah mengenai targetnya, tergeletak dengan posisi tengkurap tak berdaya, berkebalikan dengan korbannya yang mereog-reog, mencari sosok tersangka dibalik penyerangannya.“Papa yang ngelempar! Mau apa kamu?!” tanya Niel, menantang.Pria yang berdiri tegap dengan tangan terlipat didadanya itu menatap tajam sang putra.Ia benar-benar geram merasakan kelakuan ajaib putranya.“Otak kamu geser kan?! Papa benerin biar balik ke tempat semula!” sentak Niel, berapi-api.“Otak Abang geser?” beo Aurelia dengan polosnya. Ia memegangi kepala Xavier, menggoyang-goyangkannya ke kanan dan kiri.“Qu-ee-een.. Kamu ngapa-iiin...” Suara Xavier bergetar seiring dengan goyangan sang istri pada kepalanya.“Mampus kamu, digoclak-goclak nggak tuh!” cicit Niel. Ia teramat menyukai kepolosan sang menantu. Kepolosan itu mendekati kebodohan sehingga begitu menghiburnya diwaktu-waktu tertentu.Yeah,

  • TERIKAT PERJODOHAN    S2 - LS [30] Definisi Anak Berbakti

    “Abang, beli rumahnya udah?”Pertanyaan Aurelia itu membuat gerakan tangan Xavier yang hendak meloloskan kaos dalamnya terhenti di udara.‘Belom 2*24 jam loh, Rel!’ batin Xavier miris. Melaporkan orang hilang ke pihak kepolisian saja membutuhkan waktu, apalagi membeli rumah yang syarat-syaratnya cukup meresahkan sampai memusingkan isi kepala.Nggak mendadak gegar otak aja Alhamdulillah nih gue!!“Papi tanya loh, Abang.. Aurel jawab apa ini?” tanya Aurelia sembari menunjukkan ruang obrolannya bersama sang papi diponselnya.“Bales aja, sabar Pi, kalau nggak sabar mabur.” Ucap Xavier mengutip kalimat yang pernah dirinya lihat dibelakang sebuah truk bermuatan sayur saat pulang dugem.“Mabur?”Xavier pun terkekeh. Ia menarik turun ujung kaos dalamnya, mengembalikan kaos tersebut ke tatanan semula.“Artinya terbang, Queen..” bebernya dengan tangan membelai puncak kepala Aurelia.“Nggak usah dibalesin aja.. Nanti Abang yang telepon Papi kamu. Buat sekarang rumahnya masih dicari. Kalau rumahny

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status