Share

ART Dari KAMPUNG

Penulis: Olin huy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

13

"1kg satu minggu, Vin? Ya Allah Ya Rabbi. Itu sih takaran makan kucing anakku. Kerja sebulan bisa langsung tinggal tulang aku, Vin. Pantas saja semakin kaya. Makannya sama kucing banyakan kucing," umpat Mbak Ummi.

Aira tertawa. "Mas, kita sekarang ber-3. Bukan ber-2 lagi. Jangan pelit-pelit napa? Satu hari setengah kilogram cukup kok."

"Terserah deh. Dari pada aku kena pasal dan kehilangan mata."

Mbak Ummi pun mengambil beras 0,5 kg untuk sekali masak sesuai arahan istriku. Kali ini aku tidak bisa terlalu banyak protes masalah dapur.

Setelah Mbak Ummi mencuci beras dan memasukkan ke dalam race cooker, dia kembali dan membuka kulkas.

"Masya Allah ...! Aku mimpi atau tidak, Ra? Kulkas kok kosong pelompong nggak ada sayuran," oceh Mbak Ummi. Kemudian membuka pintu freezer. Dia kembali berkata, "Ini juga. Freezer kok nggak ada ikan atau ayam. Aku jadi ragu kalau Kevin orang kaya. Mungkin kamu dikibuli, Ra! Terus apa gunanya dinyalakan coba. Heran. Apa orang-orang kaya memang seperti i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    MEETING ZOOM

    Menit kemudian Mbak Ummi datang menenteng kerupuk."Lho, mana telurnya, Mbak?" tanyaku penasaran."Ini ada di dalam plastik."Mbak Ummi meletakkan plastik di meja tamu. Karena aku dan Aira sedang bersantai di situ."Lho, kok cuma empat butir? Aku kan memberi uang untuk 1kg telur."Mbak Ummi mengulas senyum. "Maaf, Vin! Tadi di jalan Mbak melihat es warna-warni ada bulat-bulat seperti cendol dawet. Mana tenggorokan kering. Jadi, Mbak mampir dan beli dulu. Terus, sisa uangnya baru buat beli. Maaf, Vin. Anggap saja itu sedekah buat Mbak."Gigiku gemeretak. "Sayang, kamu lihat dia ...! Sepertinya aku sudah nggak kuat untuk mempekerjakan Mbak Ummi. Ini baru sehari lho. Tapi kamu lihat kelakuannya?"Aira mengedikkan bahu. "Kurasa sikap Mbak Ummi masih wajar.""Ya sudah, aku ke belakang dan masak dulu." Mbak Ummi meninggalkan kami. Mbak Ummi ke belakang. Perlahan aroma harum menguar dari dapur. Sepertinya wanita itu memang pandai memasak. Bisa dilihat dari bentuk tubuhnya. Pasti apa saja mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    MISTERI KEHAMILAN

    Kalau aku mengundurkan diri, itu namanya mempermalukan diri. Sedangkan aku dan Aira di awal sudah setuju. Seperti pada pembahasan, kami akan membawa pasangan masing-masing. Kami akan berangkat menggunakan mobil pribadi. Tapi aku memilih nebeng pada mobil Angga. Setidaknya dia tidak cerewet seperti Zaki. Biar lebih irit tak keluar bensin."Ayo siap-siap, Sayang!" Aira hanya berdiam diri ketika aku sibuk memasukkan baju ke dalam koper, "katanya mau bulan madu!""Kalau ada Selena namanya bukan bulan madu, Mas! Tapi bulan merah.""Terus bagaimana?""Aku mau di depan Selena kamu bersikap menjadi laki-laki paling romantis sedunia dan aku menjadi wanita paling beruntung sedunia, supaya Selena kepanasan," ujar istriku."Berat.""Kok berat?"Ah, nggak. Maksudnya barang bawaan kita cukup berat."***"Mbak Ummi jaga rumah, ya!. Kunci semua pintu. Jangan sampai ada maling masuk. Tapi di sini aman kok. Di pintu gerbang masuk komplek dijaga ketat."Kalian mau kemana?" Mbak Ummi yang saat ini sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    NUMPANG

    "Awas ya, Mas! Jika sampai kamu ketahuan selingkuh dengan Selena dan dia terbukti kamu hamili, sesuai surat perjanjian yang sudah kita sepakati, semua asetmu akan menjadi milikku," ucap Aira lantang di dalam kamar hotel.Acara di tepi pantai belum selesai, tapi karena suatu hal jadi bubar. Aira pun ngambek nggak mau bicara selama di dalam kamar. Kalau tahu akan jadi seperti ini, lebih baik aku tidak ikut. Percuma bayar mahal-mahal kalau akhirnya seperti ini.Kami tidur saling memunggungi. Aira kusentuh pun menjauh. Malam yang seharusnya romantis dan menjadi malam terindah bulan madu kami terasa memilukan. "Hallo, Brow! Bagaimana tidur kalian? Nyenyak kan?" sapa Zaki di tepi kolam renang sekitar hotel."Memuaskan!" sahutku. Meski sebenarnya malamku terasa garing. Tapi, karena yang bertanya laki-laki penggoda istriku, terpaksa aku berbohong.Dari sudut mata kulihat Zaki tertawa. Kuyakin dia mentertawakanku. "Selena beneran hamil nggak sih?" tanyaku penasaran."Nggak tahu. Aku nggak p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    SUARA HATI

    "Kurasa kalian sudah tahu. Maaf, ya! Sebenarnya dia adalah suamiku."Selena menggandeng pria yang sejak berangkat menemaninya."Suami?!" Aku dan yang lainnya saling menatap satu sama lain."Tunggu, tunggu!" Aira maju selangkah, "kalau kamu sudah menikah, kenapa kemarin mengakui kalau kamu masih mencintai Mas Kevin dan mengedit fotoku dengan alasan mau membuat rumah tanggaku berantakan. Lagi, kenapa juga kamu mengajak aku ketemuan dan ngotot ingin mengembalikan cinta suamiku padamu. Kamu masih waras kan?" cecar Aira."Sayang ...!" Aku mencoba menarik mundur. Tapi tanganku dikibaskan."Tunggu, Mas! Aku butuh kejelasan. Aku tidak mau cuma gara-gara mantanmu ini kita jadi berantem."Aku pun diam. Membiarkan Aira mencari tahu kepuasan hatinya sendiri."Apa?! Jadi selama ini kamu mengaku di depan teman-temanmu kalau kamu belum bersuami? Keterlaluan!" hardik pria yang badannya lebih berisi dari pada aku. "Maaf, bukan begitu, Sayang!" Selena mencoba memegang tangan pria yang diakui suaminya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    BERITA DARI RUMAH

    "Tapi, setelah aku tahu kalau Kevin sudah tak mencintaiku dan memilih istrinya, aku mencoba menerimamu. Kalau tidak, saat ini juga bayiku akan kugugurkan. Mengertilah posisiku, Mas!" pinta Selena. Badannya luruh ke pasir putih dengan tangan berpegangan pada tubuh suaminya yang mematung."Nggak, ini bukan cinta. Tapi keterpakasaan. Kalau mantanmu masih mau denganmu, pasti kamu juga tak akan mencintai aku. Cukup sudah pengorbananku selama ini. Aku akan memberimu kebebasan."Kurang ajar. Pria itu meninggalkan Selena begitu saja. Bahkan dengan kasar dia memudarkan cengkeraman tangan istrinya."Mas, tunggu, Mas!" Selena menangis dalam posisi duduk."Sel ...!" Aku ingin mendekat. Tapi tanganku ditahan istriku. Dia menggelengkan kepalanya dengan tatapan tajam."Silakan maju selangkah mendekati mantanmu itu. Tapi aku juga akan mundur selangkah untuk menjauhimu, meninggalkan semua kenangan tentangmu!" Tatapan Aira terlihat serius dan tak main-main. Demi keutuhan rumah tanggaku, aku pun memilih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    KEBAKARAN

    Aku dan istriku kembali ke hotel dan check out saat itu juga dan melakukan perjalanan pulang dengan taxi yang sama. Di dalam mobil kucoba menghubungi Mbak Ummi. Tapi, panggilanku tak juga diangkat. Jika tidak ada signal tidak mungkin."Bagaimana, Mas? Aku takut terjadi sesuatu pada Mbak Ummi," ujar Aira. Dia menutup mulut dan hidungnya demi menyembunyikan kekhawatirannya. "Aku masih mencoba. Tapi tidak ada jawaban. Sebenarnya ada apa?"Entah kenapa saat ini perasaanku tidak enak. Pikiranku kacau dan berandai-andai hal yang sangat buruk telah terjadi."Tolong cepat sedikit, Pak!"Driver cuma mengangguk."Pak, tolong cepat sedikit!" ulangku. Meski kecepatan mobil sudah maksimal, aku merasa masih saja di tempat yang sama."Menepi, menepi. Berhenti!" Driver pun menepi. Aku keluar, kemudian menggantikan peran sebagai sopir."Hubungi Mbak Ummi lagi!" seruku. Dari kaca spion kulihat istriku melakukan apa yang kuperintahkan.Aku terus melajukan mobil dengan pacuan gas maksimal. "Pak, hati-

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    SUMBANGAN

    "Malam ini kalian tinggal di sini saja dulu. Besok baru melihat kondiri rumah," ujar Pak RT. Aku baru menyadari kalau rumah ini miliknya.Kebakaran itu mungkin telah melenyapkan surat-surat penting dan barang lainnya. Kalau aku ke sana sekarang, meski api telah padam, bukan tidak mungkin kalau masih banyak sisa-sisa bara api. Untung saja kebakaran juga tidak menyebar ke tetangga. Mudah-mudahan uang di dalam brangkasku masih ada dan tidak ada yang mengambilnya."Kamu tenang saja Mas Kevin. Rumahmu telah diberi garis batas polisi. Aku juga sudah menyuruh salah satu satpam untuk berjaga di sekitar lokasi agar tidak terjadi penjarahan."Baguslah. "Mas Kevin, taxi yang mengantar Mas Kevin meminta uang bayaran. Karena saat itu Mas Kevin sedang syok, jadi kupinjami," kata salah satu tetangga."Tega kamu, ya! Aku sedang terkena musibah. Ikhlaskan sajalah. Aku nggak ada waktu memikirkan hal sepele seperti itu. Paling cuma sekitar tiga ratusan."Heran. Bukannya prihatin malah minta ganti.Tet

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    AMARAH ISTRI

    "Maaf, aku nggak butuh belas kasihan." Kudorong halus amplop di tangan Bu RT."Gayamu, Pak Kevin. Sudah diberikan peringatan dari Sang Khalik masih saja sombong. Belanja saja ngirit, sok-sokan menolak bantuan dari kita-kita. Benar nggak ...?" cerca wanita bertubuh gempal yang memang julid padaku."Sudah, sudah. Kalau Mas Kevin memang tidak mau menerima dan masih merasa cukup, kita doakan saja kehidupan Mas Kevin setelah ini menjadi lebih bahagia." Pak RT mengangkat kedua tangannya ke atas agar warga tidak menyorakiku."Ih. Males banget!" sahut wanita gempal yang sama.Ingin sekali kututup mulutnya. Sayangnya aku takut tersandung hukum. Zaman sekarang hal kecil bisa menjadi besar."Brow, bagaimana, Brow? Apa masih ada barang yang bisa diselamatkan?" tanya Zaki dan kawan lainnya. Mereka berlari ke arahku, "Kita langsung pulang ketika melihat berita tadi malam yang lewat di sosial media.""Ini bukan masalah besar. Yang penting kotak brangkasku masih aman. Apa lagi uang yang ada ditabunga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    TEMAN JADI MUSUH

    Tidak, tidak. Aku dan Ikhsan hanya sahabat. Karena saat kecil aku tidak punya teman wanita. Tidak ada yang mau main denganku karena aku nggak pernah bawa uang jajan. Saat kecil aku tergolong pendiam dan takut dengan anak-anak sebaya. Mereka hanya mau bermain denganku ketika aku membawa rupiah agar bisa diajak jajan ke warung. Jika tidak, aku akan bermain dengan anak culun itu di depan rumah.Tapi tidak mungkin jika Ibu menginginkanku bercerai. Sementara beliau kerap kali menasehatiku agar selalu bersabar dalam ujian rumah tangga. "Aira ...! Sayang ...! Habislah sudah!" Rengekannya seperti anak kecil. Muak aku mendengar."Aira ...!" ulangnya lagi.Karena Mas Kevin terus berteriak, Kuletakkan ponsel di nakas, kumudian keluar menemuinya di depan TV."Ada apa? Kenapa kok seperti belut sawah begitu?"Badannya menggeliat seperti cacing kepanasan sembari menarik ujung rambut lurusnya. Mata terpejam dan kepalanya terus bergerak."Kamu kenapa sih, Mas? Malu dong sama umur, kelakuan seperti a

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    KEGELISAHAN IBU

    POV AIRAMas Kevin sungguh keterlaluan. Dia selalu saja menilai sesuatu dari nominal uang. Padahal isi amplop kondangan nggak setiap hari. Orang mengadakan hajatan juga tidak setiap tahun. Dari pada aku datang dan diantar dengan mengisi amplop di bawah lima ribu, aku memilih untuk tidak menghadiri sekalian. Aku masih ingat putri Bu Tuti saat itu memberiku hadiah bad cover dan juga amplop berisi uang lembaran merah. Setidaknya, aku juga menghargai dengan bawaan yang senilai. Apa lagi suamiku bisa dikatakan orang yang berada.Setelah kucopot gamis, sepatu, dan menghapus riasan wajah, aku memilih mengurung diri di kamar dan memberi kabar pada Ibu melalui video call."Aira, kamu pulang kapan?" tanya Ibu di seberang sana. Dia cuma memakai daster biasa, karena biasanya ibu mendapat bagian dapur ketika di tempat hajatan. Tangan dan tenaga ibu yang cekatan membuat h yang mengandungku sembilan bulan itu menjadi langganan masak nasi. Tidak semua orang bisa melakukan pekerjaan berat tersebut

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    MENDADAK NOL

    "Amira sudah sembuh. Kamu nggak berhak menahan istriku lebih lama lagi di sini.""Tenang. Aku tahu. Untuk yang pertama kalinya aku mengucapkan terima kasih padamu. Meski sebenarnya nggak penting." Radit menyeringai.Aku meremas tangan. Sudah ditolong masih saja sombong."Sayang, ayo pulang!"Dari lantai bawah aku berteriak. Aira pun turun bersama putri kecil pria di hadapanku saat ini."Ayo pulang!" ulangku ketika Aira sudah di depanku."Aku boleh ikut ke rumah Tante kan?" Amira menatap istriku. Aira pun menoleh padaku."Dengar ya anak kecil, Tante Aira bukan ibumu. Kamu nggak berhak untuk dua puluh empat jam menguasainya.""Mas ...!""Kamu diam. Aku tahu Amira masih tiga tahun. Tapi, dia juga harus diberi tahu tentang kebenaran ini.""Tapi, Mas ...!""Aira, aku suamimu. Nggak ada kata tapi. Kita pulang sekarang."Kugandeng tangan Aira dan berpamitan pada Radit. Anak itu memeluk papanya sembari menangis. Meski Radit mencoba membujukku, tapi aku tak akan terkecoh. Ini semua demi keutu

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    UNDANGAN DARI KAMPUNG

    "Amira sudah sembuh. Kamu nggak berhak menahan istriku lebih lama lagi di sini.""Tenang. Aku tahu. Untuk yang pertama kalinya aku mengucapkan terima kasih padamu. Meski sebenarnya nggak penting." Radit menyeringai.Aku meremas tangan. Sudah ditolong masih saja sombong."Sayang, ayo pulang!"Dari lantai bawah aku berteriak. Aira pun turun bersama putri kecil pria di hadapanku saat ini."Ayo pulang!" ulangku ketika Aira sudah di depanku."Aku boleh ikut ke rumah Tante kan?" Amira menatap istriku. Aira pun menoleh padaku."Dengar ya anak kecil, Tante Aira bukan ibumu. Kamu nggak berhak untuk dua puluh empat jam menguasainya.""Mas ...!""Kamu diam. Aku tahu Amira masih tiga tahun. Tapi, dia juga harus diberi tahu tentang kebenaran ini.""Tapi, Mas ...!""Aira, aku suamimu. Nggak ada kata tapi. Kita pulang sekarang."Kugandeng tangan Aira dan berpamitan pada Radit. Anak itu memeluk papanya sembari menangis. Meski Radit mencoba membujukku, tapi aku tak akan terkecoh. Ini semua demi keutu

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    PESONA HOT DUDA

    Aira menghela napas, kemudian menundukkan sebagian badannya dan berbisik pada wanita tersebut, "Bahkan untuk menjadi pembantu di rumahku pun aku nggak memgizinkan. Mbak, aku sudah nggak minat dengan bayimu. Jadi, jangan lupa bayar hutangmu."Mata wanita itu membulat sempurna."Ayo, Mas!" Aira menggandeng tanganku."Mbak! Pikirkan dulu, Mbak! Lihatlah bayiku begitu cantik dan lucu."Wanita yang masih terbaring di ranjang itu meneriaki dengan suara yang cukup memekikkan indera pendengaran."Enak saja meminta syarat seperti itu. Dia pikir dia itu siapa? Masak aku harus merawat bayinya, kedua balitanya, dan mengizinkan ibunya tinggal di rumah kita."Sembari terus berjalan ke arah parkiran mobil, Aira terus merancau. "Jika ada wanita lain yang seatap dengan kita, itu artinya awal dari kehancuran rumah tangga. Bisa saja kalau dia khilaf dan kita lengah, dia akan merayu dan menggodamu, Mas."Aku mengulum senyum dan membuang muka. Dada rasanya berbunga-bunga seperti mengalami jatuh cinta ya

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    MINTA DIADOPSI JADI ISTRI

    "Maaf ya, Sayang ...! Tante nggak bisa bobok di rumah Amira. Tapi, besok Amira boleh main ke sini lagi kok. Sekarang anak cantik pulang sama papanya dulu ya ...!"Aira menoel pipi anak kecil dalam gendongan Radit. Seperti tidak ada rumah lain di kota ini. Sampai-sampai dia membeli hunian yang posisinya berhadapan denganku. Ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan kesengajaan. "Kita pulang yuk! Salim dulu sama Tante Aira dan juga Om." Radit menatap putrinya dengan seulas senyun.Gadis kecil bermata sipit itu pun turun dari gendongan papanya dan mencium punggung tangan istriku beserta pipi kanan kirinya.Aku pun mengangkat tangan agar dia tidak terlalu susah ketika menyalamiku. Tapi ternyata Amira hanya menatapku sekilas dengan tatapan nyalang. Aku mengedikkan mata dan mencoba mengambil hatinya. Tapi, mungkin anak itu sudah menganggap diriku ini musuh sehingga memilih berpaling muka sembari bersedekap. Dia membalik badan dan kembali ke gondongan papanya."Lho. Eh. Belum salim sama Om!

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    DIKASIH HATI MINTA JANTUNG

    "Mas, jangan keterlaluan. Dia di sini cuma hari ini.""Tapi kenapa? Apa kamu sudah menjadi ibu sambungnya? Apa kamu naksir dengan papanya? Apa?! Apa alasannya?"Aku yakin ini hanya akal-akalan Radit agar bisa dekat dengan istriku."Jaga bicaramu, Mas! Radit cuma menitipkan putrinya sebentar karena dia harus kerja. Lagi pula aku juga jadi nggak kesepian di rumah sendiri, Mas. Anak itu bisa menemaniku. Dia nggak nakal kok.""Nggak nakal bagaimana? Kamu lihat rumahku sudah seperti kapal pecah. Aku nggak suka tempat yang berantakan. Lagi, kenapa kamu harus mau dititipi? Kamu kan bisa menolak. Katanya dia juga kaya. Seharusnya dia bisa mencari pengasuh pribadi.""Rumah anak itu di mana? Biar kuatar dia sekarang. Aku nggak mau waktumu habis untuk anak orang."Aku melangkah menemui balita itu."Rumahmu di mana?""Aku baru pindah ke rumah depan situ Om? Om mau main ke rumahku?" Dia menatapku dengan polos.Sepertinya Radit memang sengaja pindah ke rumah depan agar bisa mendekati istriku. Aku a

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    KAPAL PECAH

    Pov Kevin"Ada apa, Vin? Tumben kamu mengajak aku ketemuan di sini."Aku menunduk lesu tanpa menjawab pertanyaan Angga. Sebelumnya aku tidak pernah membahas persoalan pribadi pada sahabat. Aku memilih memendam dan mengurainya sendiri."Angga, kamu tahu diantara teman-teman kita, aku sendiri yang belum memiliki momongan. Aku mengajakmu ke sini karena aku tahu, kamu sangat bijak dalam memberikan sebuah nasehat. Tidak seperti Zaki--dia cuma mengejek tanpa memberi solusi."Aku mengusap wajah dan menghirup oksigen bebas kemudian membuangnya perlahan. "Aku sudah membujuk Aira untuk mengikuti program bayi tabung. Tapi dia menolak dan memilih mengadopsi anak. Aku dan dia kan tidak mandul. Ngapain mengadopsi anak coba? Malahan, ada yang minta aku harus membiayai kehamilan si ibu hamil. Siapa dia ... istri bukan, saudara juga bukan."Angga mengulas senyum sesaat, kemudian tertawa ngakak mendengar curhatanku."Kenapa nggak sekalian biayai bapak, ibu, atau neneknya?" Kupikir tidak ada yang lucu

  • TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)    KEHADIRAN ANAK TETANGGA

    "Aku nggak mau mengasuh anak orang.""Kalau nggak mau mengasuh anak orang, asuh saja anak ikan.""Benar! Asuh saja anak ikan." Mas Kevin menatap Kristin dengan tajam."Mm. Maaf. Aku pergi dulu. Selesaikan masalah kalian di rumah." Kristin berlari.Hah.Aku dan Mas Kevin terhenyak menatap kepergian wanita tersebut. Kami saling menatap dan ternyata orang-orang di sekitar juga mengamati perdebatan yang aku dan suamiku lakukan."Ayo pulang!" ***"Kenapa sih, kamu tidak pernah mau mendengarkan omonganku? Kalau kita program bayi tabung, kesempatan untuk mempunyai buah hati sangat besar. Rumah jadi lebih ramai."Aku memilih diam dari pada menanggapi setiap ucapan yang keluar dari mulut Mas Kevin ketika sampai rumah. Aku memakluminya karena dia juga tidak tahu apa yang kumau. Dari rumah sakit, di jalan, dan sampai rumah pun tak berhenti membahas tentang program bayi tabung yang sama sekali tak kuminati."Kenapa diam? Kalau kamu membisu, masalah ini tidak akan selesai."Aku duduk di samping r

DMCA.com Protection Status