Share

Marry Me

Author: Ms. Bloomwood
last update Last Updated: 2022-09-23 02:23:17

Allysa berdiri dengan mata jernihnya di depan Sasha, ia tampak heran dan menatap Sasha dengan penuh tanda tanya.

"Jadi kakak siapanya Ayah?" tanya Allysa bingung.

"Aku temannya Ayah, mulai sekarang dan seterusnya aku teman kamu juga! Jadi kalau ada apa-apa kamu bisa cerita sama aku!" tukas Sasha dengan posisi berdiri di atas lutut menjajari tinggi badan Allysa.

Setelah tiga jam mengobrol dan bermain bersama Allysa, Sasha sudah bisa dengan mudah mengambil hati Allysa.

"Tante, kalau ada apa-apa tolong hubungi saya ya, saya akan dengan senang hati datang ke sini," ujar Sasha kepada Ibunda Evan yang menyambut Sasha dengan tangan terbuka, apalagi waktu Sasha mengatakan bahwa Evan masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja.

*****

Sasha dan Daniel sedang sibuk membereskan kekacauan di Luke & Park Communications yang terkena imbas akibat pemutusan kerjasama dengan MW Food saat tiba-tiba Heidi menelepon Sasha.

"Your Mom!" pekik Sasha saat melihat nomor Heidi muncul di layar ponselnya.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TEMAN TAPI MESRA   Menghitung Hari

    Hujan turun dengan lebat, Sasha dapat melihat butirannya turun dan mengalir dengan deras di dinding kaca Penthouse. Malam ini Sasha memutuskan untuk menginap di Penthouse Daniel, karena Gianna mengatakan dia baik-baik saja, maka Sasha berjanji akan mampir ke apartemen Gianna keesokan paginya. Daniel yang baru saja selesai mandi menghampiri Sasha dan memeluk Sasha dari belakang. "I'm glad you're back," tukas Daniel tulus. Sasha tersenyum, meraih jemari Daniel dan mengecupnya pelan. "It's like a dream, aku masih merasa ini gak nyata, baru kemarin aku ketakutan menyamar di Bandara, sekarang aku di kamar Penthouse dengan kamu dan cincin ini benar-benar di luar ekspektasi aku," ujar Sasha sambil tetap menatap ke depan, melihat air hujan yang masih turun dengan lebatnya. "I know, ready or not Sha, aku mau kita terus sama-sama, pernikahan will let me to protect you always, aku gak akan ngebiarin satu orang pun menyakiti kamu," tukas Daniel sungguh-sungguh. "Jadi kapan kita akan menikah

    Last Updated : 2022-09-23
  • TEMAN TAPI MESRA   Beautiful Wedding

    Venue resepsi pernikahan Daniel dan Sasha di taman sebuah hotel sudah didekorasi dengan sangat apik. Mereka sengaja mengusung tema tropical garden party agar terasa lebih hangat dan kekeluargaan. "Gila Gila Sha! Badai banget lo asli!" pekik Gendis saat melihat Sasha dalam balutan baju pengantin berwarna putih tanpa lengan, yang menunjukkan lekuk tulang bahunya yang sempurna. Sasha tersenyum malu-malu, ia juga sudah memuji dirinya sendiri terus menerus sejak pertama kali melihat bayangan dirinya di cermin tadi. "Kakaaaak kayak princess!!!! Katia mau pake baju kayak punya kakak!" tukas Katia sambil memeluk kaki Sasha. Sasha tertawa, "You will Baby, one day yaaaa! Kamu juga cantik kok pakai baju itu, kayak little princess!" ujar Sasha tangannya memegang lembut pipi Katia. Jasmine tampak agak murung, memandang Sasha dengan tatapan sedih. Sasha merentangkan tangan, "Sini Jas!" panggil Sasha lalu memeluk Jasmine saat ia sudah berada di dekat Sasha. "Gak akan ada yang berubah setelah

    Last Updated : 2022-09-23
  • TEMAN TAPI MESRA   Hasrat Pengantin Baru

    "Mom are you sure about this?" tanya Daniel untuk yang kesekian kalinya. Heidi mengangguk yakin. Ia mengulurkan sesuatu pada Sasha. "I no longer need this," tukasnya sambil tersenyum. Daniel yang tak tahu apa-apa merasa penasaran dan mengambil kertas itu dari tangan Heidi. Kertas tersebut merupakan kertas perjanjian yang pernah Sasha berikan pada Heidi. Di perjanjian itu Sasha berjanji jika dalam waktu tiga bulan Sasha tidak mampu mengembalikan semua aset milik Daniel kembali dari tangan Muchtar Hartono, maka Sasha akan meninggalkan Daniel untuk selama-lamanya. Daniel menatap Sasha tak percaya, "So this was what made my mom become nice to you?" tukas Daniel terperangah. Sasha hanya mengigit bibir, tak tahu harus berkata apa. Heidi tersenyum, "Yeah, melihat kegigihanmu rasanya tak ada alasan untuk tidak bersikap baik padamu," ujar Heidi pada Sasha. Malam itu, setelah resepsi pernikahan, Heidi berencana untuk berangkat ke Oslo, Norwegia. Daniel dan Sasha sampai bertanya berkali-k

    Last Updated : 2022-09-23
  • TEMAN TAPI MESRA   Tangis Dan Tawa

    Hari ini hari sabtu, Sasha menguap malas saat terbangun pagi harinya, ia dan Daniel tertidur sampai pagi di sofa ruang TV yang memang sangat nyaman. Dengan perlahan Sasha melepaskan pelukan Daniel dan berjalan lunglai menuju kamar mandi. Selesai mandi dan berpakaian, Sasha beranjak ke dapur dan membuat dua cangkir kopi dan beberapa potong toast bread yang langsung ia bawa ke ruang TV. "Hey Boss Besar, Bangun!" Sasha mengguncang bahu Daniel agar segera terbangun karena ia bosan sendirian. Daniel membuka mata dan aroma wangi kopi langsung menyeruak masuk ke indra penciumannya. "Wah kamu udah mandi?" tanya Daniel sambil tangannya membelai rambut Sasha yang masih agak basah. Sasha mengulurkan kopi hitam kepada Daniel, "Morning coffee," ujarnya yang disambut senyuman manis oleh Daniel. Daniel menyeruput kopi dengan nikmat sambil matanya menatap Sasha yang pagi itu hanya mengenakan celana pendek di atas lutut dan tanktop tanpa bra. "Kamu sengaja ya pake baju kayak gitu? Biar aku kasih

    Last Updated : 2022-09-23
  • TEMAN TAPI MESRA   Cemburu Menguras Hati

    Tidak mudah bagi Sasha melihat dua orang yang biasanya selalu menjadikan Sasha sebagai pusat semesta mereka kini dalam keadaan kacau karena mengkhawatirkan wanita lain yang sedang terbaring lemah. Daniel dan Raga, keduanya duduk dalam diam, entah apa yang ada dipikiran mereka. Daniel yang mungkin sangat takut kehilangan sahabatnya dan Raga yang takut kehilangan wanita yang baru saja membuka hatinya setelah patah hati karena cintanya tak berbalas oleh Sasha. Sasha bukanlah malaikat, ia merasakan sedikit rasa cemburu karena Gianna menyita perhatian kedua orang yang ia sayangi. Tapi Sasha juga bukan iblis, ia turut merasakan kesedihan karena keadaan Gianna yang memburuk. Bahkan ia dengan rela hati menyumbangkan darahnya dan mengurus segala keperluan Gianna di saat Daniel dan Raga sama-sama terlihat seperti orang yang kebingungan. Gianna terbaring di ruang ICU dengan selang entah apa saja yang menancap di tubuhnya. Wajahnya terlihat seperti tak bernyawa. Sejak kemoradiasi mulai dilakuk

    Last Updated : 2022-09-23
  • TEMAN TAPI MESRA   Masalah Pernikahan Pertama

    Sasha masuk ke dalam mobil, membuka jendela sedikit dan mengunci pintu. Ia benar-benar merasa sangat lelah secara fisik maupun mental. Perutnya terasa perih, kerongkongannya terasa kering. Dengan perasaan tak menentu Sasha merebahkan tubuh di jok mobil, berusaha memejamkan matanya, berharap dengan tidur perasaannya bisa menjadi lebih baik. Entah sudah berapa lama Sasha tertidur saat tiba-tiba suara ketukan di jendela mobil membangunkannya. "Sha, open the door please," suara Daniel terdengar dari balik jendela. Sasha membuka pintu mobil dan membiarkan Daniel masuk. Dengan mata merah Sasha melirik jam digital di ponselnya yang menunjukkan pukul 10.00 pagi, Sasha sudah tidur selama kurang lebih dua jam lamanya.Di sebelahnya Daniel tampak sedang memandangi Sasha, wajahnya terlihat lesu karena belum tidur semalaman. "Feeling better?" tanya Daniel pada Sasha yang masih menyandarkan kepala di jok mobil. Sasha mengangkat bahu, tak menjawab, masih kesal dengan sikap Daniel yang berlebiha

    Last Updated : 2022-09-23
  • TEMAN TAPI MESRA   Yang Terpendam

    Sudah empat hari berlalu sejak Gianna dan Allysa dirawat di rumah sakit Garuda. Selama empat hari itu juga Sasha bolak-balik dari kantor ke rumah sakit untuk memastikan semua keperluan Gianna dan Allysa terpenuhi sampai kadang ia lupa dengan kesehatan dirinya sendiri. Hari ini trombosit Allysa sudah kembali normal sehingga ia sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Sasha teringat pesan Evan untuk selalu membawa ponsel yang Evan berikan kepada Sasha, karena Evan mungkin sewaktu-waktu akan menghubungi Sasha, jika ia masih hidup tentunya. Sasha baru saja sampai di rumah Evan, saat ponsel yang Evan berikan padanya berdering keras. Sasha buru-buru mengeluarkan ponsel tersebut dari tasnya dan menekan tombol hijau. "Evan?" tanya Sasha cepat. "Iya Sha, ini saya. Allysa sakit?" tanya Evan cepat. "Iya demam berdarah, tapi udah diperbolehkan pulang kok, ini udah di rumah," jawab Sasha dengan cepat-cepat juga. Dalam hati bertanya-tanya, Evan tau dari mana jika Allysa sakit. "Oke, bisa

    Last Updated : 2022-09-23
  • TEMAN TAPI MESRA   Gagal Move On

    Sasha kembali ke ruangan kerjanya dengan wajah pias, ia bahkan lupa membawa kopi hitamnya yang sudah tidak lagi panas. Entah apa maksud Raga mengatakan semua itu pada Sasha, namun perasaan Sasha menjadi sangat berantakan sekarang. Kata-kata Raga ada benarnya, jika Raga dan Gianna di satukan, mereka akan jadi pasangan paling menyedihkan di dunia, karena mereka tidak mencintai satu sama lain dan sama-sama sedang mencari pelarian semata. Sasha mengangkat interkomnya dan berusaha menghubungi Daniel untuk sekedar menenangkan perasaannya. "Ya Sha, sebentar lagi aku telepon ya, aku belum selesai dengan Karin, key?" Daniel menutup teleponnya, membuat Sasha menghentakkan kaki kesal. Belakangan Sasha benar-benar tak bisa mengendalikan rasa cemburunya. Apalagi Daniel sering sekali meeting berdua dengan Karin. Menyebalkan! "Halo Stev! Bawa semua pendingan ke meja saya Stev, mau saya beresin semua!" tukas Sasha pada Stevi melalui saluran interkom. Jika Daniel sok sibuk ia bisa lebih menjadi s

    Last Updated : 2022-09-23

Latest chapter

  • TEMAN TAPI MESRA   The End

    Empat Bulan Kemudian. Kehamilan Sasha sudah menginjak usia tiga puluh delapan minggu. Berat badannya sudah naik sekitar dua belas kilogram. Sasha mulai sering mengikuti senam kehamilan karena ia sangat berharap bisa melahirkan secara normal kali ini walaupun itu semua rasanya hampir tak mungkin karena sebelumnya ia melahirkan secara Caesar. Gendis sudah lebih dulu melahirkan seorang bayi tampan yang diberi nama Shawn, mereka sempat berkumpul untuk merayakan kelahiran Shawn, bahkan Daniel ikut bergabung secara online melalui video telekonferensi. Sasha dapat melihat Daniel sudah jauh lebih baik saat ini. Sepertinya ia sudah lebih bisa menerima keadaan. Sementara Evan akhirnya bisa memulangkan Allysa dan Ibunya ke Indonesia. Evan juga mengajak Sasha dan Raga bergabung bersamanya membuka bisnis restoran yang akan segera di buka beberapa bulan ke depan. Evan juga membeli rumah di dekat rumah Sasha agar Allysa bisa bermain bersama Katia dan agar Ibu Evan bisa membantu Sasha merawat Kati

  • TEMAN TAPI MESRA   Zurich

    "Gimana Van menurut kamu? Itu yang terbaik yang bisa saya dan Raga lakukan," tukas Sasha setelah menjelaskan semua rencananya pada Evan. Saat itu mereka berada di dalam ruang rawat inap rumah sakit Husada, tempat Sasha sedang menjalani rawat inap. Evan manggut-manggut, "Oke, that's a good idea, saya malah gak kepikiran," sahut Evan seperti biasa dengan nada datarnya. "Well okay, kalau gitu segera kita urus surat kuasanya, begitu Sasha sehat saya dan Sasha akan langsung ke Zurich," tandas Raga tak ingin berlama-lama karena ia ingin Sasha segera beristirahat. "Okay, kita bicarakan di luar aja, kamu istirahat aja Sha. Terimakasih ya," ucap Evan kaku lalu mengulurkan sekotak cokelat pada Sasha. Setelah itu Evan keluar mengikuti Raga yang sudah lebih dahulu melangkah keluar. Sasha tertawa kecil melihat tingkah kaku Evan, dalam hati Sasha bertanya-tanya, bagaimana orang seperti Evan bisa membesarkan seorang putri seperti Allysa. *****Satu minggu kemudian. "Waaaahhh dingin banget!" seru

  • TEMAN TAPI MESRA   Trauma Yang Tak Pernah Hilang

    "Sha! Sha!" lamat-lamat suara Raga terdengar di telinga Sasha. Sasha membuka matanya perlahan, aroma Lavender menyeruak masuk ke indera penciumannya. Biasanya aroma tersebut akan memenangkannya, tapi kali ini aroma Lavender kesukaan Sasha sama sekali tidak dapat menenangkan hatinya. "Sha, kamu udah sadar?" ujar Raga dengan nada khawatir. Sasha dapat melihat Raga yang berdiri di sebelah kanannya dan Reina yang berdiri di sebelah kirinya, Sasha sampai bingung akan mengalihkan pandangan kemana, karena Sasha sedang tak ingin melihat keduanya. "Sha? Kamu bisa denger aku kan?" tanya Raga yang bingung karena bahkan setelah sadar Sasha tidak mengatakan apa-apa. Sasha mengangguk pelan, masih enggan membuka mulut. "Sasha, tadi kamu pingsan, tekanan darah kamu rendah sekali, HB kamu juga rendah, sepertinya kamu perlu dirawat paling tidak sampai HB kamu normal," tukas Reina dengan nada profesional. Sasha hanya diam saja, ia memilih untuk memejamkan mata karena tak ingin menatap Raga ataupun Re

  • TEMAN TAPI MESRA   Memeluk Wanita Lain

    "Sayang, jangan lupa hari ini kita check up lho!" seru Sasha sebelum Raga berangkat ke kantor. Raga mengerlingkan sebelah matanya tanda mengiyakan. Setelah Raga berangkat kerja, Sasha melakukan rutinitas yang setiap hari ia lakukan secara berulang-ulang. Membereskan piring sisa sarapan, menyedot debu, membereskan semua kamar dan membereskan baju yang akan dibawa ke laundry.Ponsel Sasha berdering saat Sasha sedang bersantai sambil menikmati secangkir cokelat panas.Sebuah nomor yang tak dikenal. "Halo?" sapa Sasha santai. "Sasha, this is Evan," sebuah suara yang sangat Sasha kenal menyapa. Sasha langsung meletakkan cangkirnya, "Evan? Oh Hai! Jadi gimana?" tanya Sasha antusias, ia sangat ingin membantu Evan, karena Sasha tak tega melihat kehidupan Evan yang terlihat sangat kesulitan sekarang ini."Can I talk with your husband too, sebenarnya saya merasa kurang nyaman kalau kita harus berkomunikasi tanpa ijin dengan suami kamu," tukas Evan datar. Wajah Sasha memerah, bukankah seharusnya

  • TEMAN TAPI MESRA   Kemunculan Yang Tiba-Tiba

    Tiga bulan kemudian.Kehamilan Sasha mulai menginjak usia lima bulan. Berat badannya sudah bertambah sekitar empat kilogram membuat Sasha merasa sangat tidak nyaman karena bajunya mulai banyak yang tidak muat. “Kenapa sih Sha marah-marah terus?” tanya Raga yang melihat Sasha sedang berdecak kesal karena bahkan celana longgar yang biasa ia kenakan tidak muat juga. “Sebel! Celana yang ini juga gak muat!” seru Sasha seraya membuka kembali celana yang sudah dipakainya sampai ke paha. Raga tertawa, “Kan aku udah bilang, belanja baju baru gih! Kamu alasannya saying uang terus,” ledek Raga sambil mengancingkan kemejanya.Sasha menekuk wajahnya,”Ya kan aku gak tau kalau berat badan aku bakal naik secepat ini,” ujar Sasha sebal. “Ya udah belanja gih, ajak Gendis aja! Berangkatnya sekalian sama aku,” tukas Raga seraya menoleh menatap Sasha yang masih menggerutu. “Beneran?” tanya Sasha, semenjak ia memutuskan untuk stay at home dan tidak bekerja, ia selalu bersalah jika harus mengeluarkan uang u

  • TEMAN TAPI MESRA   Puberty

    Sasha berdiri di lobby Penthouse sambil melamun menatap pilar besar. Ia teringat perpisahan terakhirnya dengan Daniel tadi, tiba-tiba dadanya menjadi agak sesak. Tapi paling tidak hanya kenangan indah yang tersisa, ia berharap Daniel akan mendapatkan kebahagiaan seperti dirinya. "Cantik!" panggil Raga dari balik kemudian saat mobilnya sampai di lobby Penthouse. Sasha langsung tersadar dari lamunannya dan tersenyum pada Raga, suaminya, tempatnya pulang. "Gimana kabar Daniel?" tanya Raga sambil mengemudi. Sasha menghela nafas panjang, "Dia keliatan jauh lebih baik, lebih sehat, kayaknya Olin ngejalanin tugasnya dengan baik!" sahut Sasha santai. Ia tak ingin terlalu menunjukkan jika ia masih sangat peduli dengan Daniel. "Wah bagus dong, semoga dia cepet balik kayak dulu ya, kayaknya Luke udah keteteran pegang LPC karena dia mesti urus perusahaan dia yang di Bali," tukas Raga. Sasha terdiam, menatap mobil yang melaju di depannya. "Daniel mau pindah ke Oslo, dia gak akan urus LPC lagi,"

  • TEMAN TAPI MESRA   Meninggalkan Masa Lalu

    Malam harinya saat Sasha kembali ke rumah, Raga terlihat tertidur di sofa ruang TV. Sementara di karpet, Jasmine dan Katia terlihat sedang menonton film. "Ssssttt," Jasmine meletakkan ibu jari di mulutnya saat Sasha nyaris membuka mulut. "Baru tidur tuh Kak Raga, kecapean kayaknya," tukas Jasmine sambil mengambil paper bag yang dibawa Sasha. "Wah cheese cake! Kakak dari mana?" tanya Jasmine sambil mengeluarkan cheese cake dari papar bag. "Abis ngobrol sama Kak Gendis, kalian udah makan?" tanya Sasha seraya meletakkan tas tangannya ke atas sofa. "Udah! Tadi Kak Raga bikin nasi goreng!" jawab Katia riang. "Oh ya? Enak gak?" tanya Sasha. "Banget!" sahut Jasmine dan Katia bersamaan, membuat Sasha mau tak mau tersenyum. Ia berjongkok di depan Raga, lalu meniup-niup wajah Raga pelan. Raga membuka matanya perlahan, "Eh, udah pulang sayang?" ujar Raga dengan wajah terkejut. Raga meregangkan tubuhnya lalu bangkit dari tidurnya. "Capek ya?" tanya Sasha seraya duduk di sebelah Raga. "Lumayan,

  • TEMAN TAPI MESRA   Mantan

    Dua Bulan Kemudian. Tubuh Sasha masih saja ramping walaupun kehamilannya sudah menginjak usia kandungan delapan minggu. Hari ini adalah jadwal kontrol rutin bulanan Sasha ke dokter Reina. Bulan lalu ia tidak kontrol karena merasa belum perlu, namun karena belakangan Sasha mulai sering merasa pusing dan blackout ia memutuskan untuk check up segera ke klinik dokter Reina. Dengan ditemani oleh Raga, Sasha berangkat menuju klinik dokter Reina. Hari adalah hari kerja sehingga pasien dokter Reina tidak begitu banyak. Sasha sudah hampir melupakan pesan yang ia duga dikirimkan oleh dokter Reina. Karena Raga tidak merespon pesan romantis itu, Sasha memutuskan untuk melupakannya saja. Walaupun demikian Sasha tetap merasa perlu tampil cantik dan menarik di depan dokter Reina agar ia tidak diremehkan. Ia ingin mempertegas bahwa Raga adalah miliknya, suaminya, ayah dari janin dalam kandungannya! "Sha, kamu gak pa pa? Kok kayak lagi mikir gitu sih?" tanya Raga yang melihat Sasha sedang melamun

  • TEMAN TAPI MESRA   Rainbow After The Rain

    Malam ini Sasha memutuskan untuk pulang ke rumah, ia sempat berpamitan dengan Daniel, namun Daniel hanya memunggunginya dan Raga tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Olin, saya titip Pak Daniel ya, kalau ada apa-apa do let me know, kamu udah save nomor saya kan?" tanya Sasha yang dijawab angguka sopan oleh Olin. Langkah Sasha terasa berat saat meninggalkan Penthouse. Meninggalkan Daniel dalam keadaan terpuruk seperti sekarang tentu saja tidak mudah bagi Sasha. Namun berada di dekat Daniel hanya akan membuat semuanya menjadi bertambah rumit. Sasha sama sekali tak ingin tahu lagi alasan mengapa Daniel mencampakkannya waktu itu. Ia benar-benar akan mengubur semua rasa ingin tahu itu jauh-jauh. Pernikahannya dengan Raga adalah hal yang jauh lebih penting. Raga selalu tampak sabar di depan Sasha walaupun Sasha tahu sebenarnya Raga cukup cemburu dengan Daniel. "Kita mampir ke Gandy's ya, aku mau beliin steak buat Jasmine dan Katia," tukas Raga sambil mengemudi. Hati Sasha dialiri rasa han

DMCA.com Protection Status