Share

Bab 19 - Prasangka

Author: Farsheed Mo
last update Huling Na-update: 2025-01-22 23:11:14

“Elena! Buka sekarang!”

Alvaro menggedor pintu kamar Elena keras. .

Di dalam kamar, Elena duduk diam di tepi tempat tidur, memeluk lututnya. Gedoran semakin keras, membuatnya tak punya pilihan. Dengan napas bergetar, dia melangkah ke pintu dan membukanya perlahan.

Begitu pintu terbuka, Alvaro langsung masuk, menutup pintu dengan keras. Dia berdiri tegak di depan Elena yang kembali duduk di tepi tempat tidur.

“Apa maumu?” suara Alvaro dingin, kedua tangannya berkacak pinggang.

“Aku hanya ingin sendiri,” jawab Elena, tidak berani menatapnya.

“Sendiri?” ulang Alvaro mendekat, berdiri tepat di depannya.

“Kenapa kau peduli?” balas Elena dengan nada bergetar.

Alvaro menunduk sedikit, menatap Elena tajam. Netranya melirik ke atas meja, di mana telah tersaji makanan untuk Elena.

“Keras kepala!” Olok Alvaro.

“Ini semua karenamu! Kamu tidak bisa memegang u…” jawab Elena terputus. Karena sebelum Elena menyelesaikan kalimatnya, tanpa aba-aba, pria itu tiba-tiba menangkap wajah Elena dengan ke
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 20 - Tak Seburuk itu

    Elena duduk diam di kursi belakang mobil, sambil menatap jendela. Langit biru yang cerah dan hiruk-pikuk kota tidak cukup menarik perhatiannya. Pikirannya masih berputar pada kejadian semalam. Dia mencoba mengingat apapun yang bisa diingat, tentang kejadian semalam. Tetapi sekeras apapun dia mencoba, dia tak bisa mengaitkan potongan-potongan ingatan yang muncul di ingatannya itu. Meski dia tak yakin telah terjadi sesuatu, tapi kenapa Alvaro tak menjelaskannya dengan jelas. Sedangkan dirinya, sudah terlanjur panik dan menuduh pria itu. Siapapun pasti akan shock mendapati dirinya yang tak mengenakan sehelai benang pun dengan pria yang tertidur di sampingnya. Apalagi pria itu, selalu mengincar kesuciannya itu. “Apakah aku keterlaluan dengannya?” batin Elena, sambil menggigit ujung kuku. Dia melirik Jose yang sedang fokus menyetir. Sesuatu dalam hatinya mendorongnya untuk bertanya pada pria yang kini sedang fokus menyetir. barangkali, pria ini tahu sesuatu tentang kejadian semalam

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 21 - Hadiah Spesial

    Elena segera masuk ke toko barang antik itu. Aroma kayu tua dan debu memenuhi ruangan, tetapi ada sesuatu yang hangat dan menarik dari tempat ini. Mata Elena menyapu deretan barang-barang kuno yang berjajar rapi. Pandangannya berhenti pada sebuah benda yang dipajang di sudut ruangan. “Ini dia,” gumam Elena, sambil berjalan mendekat. Seorang pria tua yang sepertinya pemilik toko muncul dari balik rak. “Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” “Bisa saya lihat itu,” kata Elena sambil menunjuk benda di sudut ruangan yang menyita perhatiannya. “Tentu saja!” Pemilik toko itu, melangkah mendekat dan mengambil barang yang diminta Elena. Elena tersenyum, tetapi tak lama wajahnya memucat saat pria itu mengatakan harga barang itu. “Lima ribu dolar, ini barang antik buatan tangan dengan detail yang sangat rumit,” kata pemilik toko itu dengan nada percaya diri. “Boleh kurang?” tanya Elena, penuh harap. Pemilik toko tersenyum ramah, tetapi tegas menolak. “Maaf, Nyonya

    Huling Na-update : 2025-01-23
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 22 - Ke Kamar Sekarang!

    Mata Elena terbelalak. Tenggorokannya tercekat. Tubuhnya sampai terhuyung, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana bisa Alvaro ada di sini? Bukankah dia seharusnya bersama Don Moretti? “Elena,” panggil Alvaro dengan suara rendah, tetapi cukup membuat tubuh Elena merinding. Elena menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu, jika Alvaro tahu dia kabur tanpa izin, konsekuensinya akan sangat berat. Tetapi dia tidak punya pilihan. Ibunya membutuhkan dia. “Ngapain di sini?” tanya Alvaro, tatapannya tajam menghujam. Elena melangkah mendekat dengan hati-hati. Dia tahu, ini situasi yang rumit. Jika Alvaro masuk ke kamar ibunya, semuanya bisa berantakan. “Tuan Alvaro,” bisik Elena, suaranya hampir tak terdengar. “Saya tahu, saya salah. Saya hanya ingin bertemu ibu saya. Saya akan menjelaskan semuanya nanti, saya janji. Saya akan menerima hukuman dari anda.” Alvaro terdiam, ekspresinya datar, masih menata Elena dengan tajam, seolah mencoba membaca pikirannya. “Lima menit

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 23 - Bercerai, kita menikah

    Elena segera menuruni anak tangga menuju kamar pria itu. Dia tak punya pilihan, selain menurut. Karena dia tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan. Saat ini mungkin pria itu sedang tidak dalam mood yang baik, jadi Elena tak mau menyulit kemarahannya. Meski dalam hati dia sangat menolak keputusannya untuk pindah ke kamar pria itu. Satu rumah dengan pria itu saja cukup membuat sesak, apalagi dalam satu kamar. Elena bergidik ngeri.Dia menghela napas dalam, lalu menarik kenop pintu itu, melangkahkan kakinya ke dalam. Matanya beredar ke seluruh ruangan yang didominasi warna hitam itu. Aura di kamar ini, begitu dingin seperti pemiliknya. Elena duduk di tepi tempat tidur, tak tahu harus melakukan apa. Saat dia akan beranjak, kembali ke pintu. Alvaro membuka pintu itu. “Mau ke mana?”“Aku…akan mandi, aku mau ambil pakaianku.”Elena menjawab tanpa melihat Alvaro. Pria itu mendekat dua langkah. “Pakaianmu ada di sini,”katanya.Elena memberanikan diri menatap pria itu. Ada sesuatu yang m

    Huling Na-update : 2025-01-26
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 24 - Salah Tangkap

    Tanpa menunggu jawaban, Alvaro berbalik, meninggalkan ruangan.“Berhenti!” seru Elena tiba-tiba.Langkah Alvaro terhenti di ambang pintu. Ia tak menoleh, hanya menunggu.“Kenapa kamu begitu kejam, Alvaro?” Elena mendekat beberapa langkah, suaranya bergetar. “Bukankah kamu juga punya ibu? Yang juga seorang wanita. Bagaimana perasaanmu jika dia diperlakukan seperti aku?”Alvaro akhirnya menoleh, wajahnya mengeras. “Bukan urusanmu.”Elena mendekat, menatapnya penuh kebencian. “Oke itu memang bukan urusanku, tetapi kenapa aku? Bukankah di pesta itu ada wanita yang menyukaimu? Kenapa bukan dia? Dia pasti akan dengan senang hati menjadi istrimu! Dan kalian sangat serasi sekali.”Alvaro mendesah pendek. “Diam, Elena.”Elena mendongak, air mata menggantung di pelupuk matanya. “Kalau ini soal hutang Vincent, aku bisa bekerja! Aku akan mencicilnya!”Alvaro tertawa kecil, sarkastik. “Lucu sekali.”“Mencicil, 20 miliar?”Wajah Elena memerah, tangannya terkepal erat. “Kamu selalu meremehkan aku! Y

    Huling Na-update : 2025-01-26
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   25 - Siap Eksekusi

    Elena duduk di tepi tempat tidur, untuk kesekian kalinya, dia mencoba menghubungi Vincent. Namun, hasilnya tetap sama—tidak terhubung.Dengan frustasi, ia meletakkan ponsel di sampingnya. Setelah sarapan tadi, ia mendengar dari para pelayan bahwa Alvaro tidak kembali ke mansion semalam. Entah apa yang sedang pria itu lakukan, tetapi ketidakhadirannya sejenak membuat Elena sedikit lega.Suara ketukan di pintu terdengar. Elena segera berdiri dan berjalan membuka pintu dengan perlahan.“Jose?” Ia terkejut melihat orang kepercayaan Alvaro, berdiri di depannya. Dia membawa sebuah kotak besar di tangannya.“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Jose sopan. “Tuan Alvaro meminta Anda ikut bersama saya. Beliau juga meminta Anda, mengenakan pakaian yang ada di dalam kotak ini.”Kata-kata Jose membuat jantung Elena berdegup kencang. Ia menatap kotak besar itu.“Terima kasih, Jose. Aku akan bersiap,” ujar Elena singkat.Jose membungkuk sopan. “Saya menunggu di luar, Nyonya.”Saat pintu tertutup, Elena mena

    Huling Na-update : 2025-01-27
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 26 - Perhatian Kecil

    Alvaro menggenggam erat tangan Elena, menariknya menuju mobil dengan tergesa-gesa. Wajahnya tegang, matanya menunjukkan kecemasan yang tak biasa. Begitu dia menerima telepon."Ikut denganku," katanya tegas tanpa memberikan kesempatan Elena untuk menolak.Elena menatapnya sejenak, ragu. Haruskah dia ikut campur dalam urusan Alvaro? Tetapi, sebelum dia sempat berkata apa-apa, Alvaro menghentikan langkahnya dan menatapnya dalam-dalam."Kita bicara lagi nanti," ucapnya dengan nada lembut namun penuh ketegasan.Kata-kata itu cukup untuk membuat Elena menurut. Dia hanya mengangguk pelan, membiarkan dirinya dibawa pergi oleh pria itu.Setibanya di rumah sakit, Alvaro berjalan cepat menuju lantai rawat inap. Tangannya masih menggenggam tangan Elena erat, seolah tak ingin melepaskannya. Mereka tiba di sebuah kamar besar yang dipenuhi peralatan medis. Di sana, Don Moretti, ayah Alvaro, terbaring dengan selang infus dan monitor yang terus berbunyi.Di samping ranjang, seorang pria tua berdiri de

    Huling Na-update : 2025-01-28
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 27 - Dibalik Kesedihan

    Begitu sampai di mobil, Alvaro menurunkan Elena ke jok penumpang dan memastikan dia duduk dengan nyaman. Lalu, dia berjalan mengitari mobil dan masuk ke sisi yang lain.Jose segera mengambil tempat di kursi pengemudi. Tetapi sebelum dia menyalakan mesin, Alvaro meminta sesuatu darinya.“Jose, kotak obat,” katanya tanpa basa-basi.Jose langsung membuka laci dashboard dan menyerahkan kotak obat kecil ke belakang. Alvaro menerimanya, mobil mulai berjalan perlahan. Alvaro mengubah duduknya menghadap Elena dan membuka kotak obat itu di sampingnya.“Angkat kakimu,” perintahnya singkat.Elena terkejut. "Apa?"Alvaro, yang tidak terbiasa mendengar penolakan, langsung menarik kaki Elena ke pangkuannya. Dia mulai membuka kotak obat, mencari antiseptik dan plester luka.Elena memekik kaget. “ Apa yang kau lakukan?""Diam," balas Alvaro singkat sambil mengoleskan kapas beralkohol ke luka di pergelangan kaki Elena.Elena refleks menggigit bibirnya, perhatian Alvaro itu, membuat hatinya sedikit be

    Huling Na-update : 2025-01-28

Pinakabagong kabanata

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 83 - Pengunduran Diri

    Keesokan harinya, di dalam ruangan rapat direksi.Suasana ruang rapat terasa begitu menegangkan. Para petinggi duduk berderet dengan wajah penuh tanya. Sebagian berbisik pelan, sebagian lagi hanya sibuk melirik jam.Pukul delapan tepat, Alvaro masuk dengan langkah tegap, wajahnya terlihat serius. Di belakangnya, Jose membawa laptop dan map. Suasana hening seketika.Alvaro langsung memberikan isyarat kepada Jose. Jose pun mengangguk dan mulai berbicara. “Terima kasih sudah hadir dalam rapat hari ini,” suara Jose tegas. Ia berdiri di depan meja rapat, sedang Alvaro duduk dengan tatapan tak lepas ke arah Elena yang duduk di kursi paling ujung.“Menindaklanjuti kasus Elena kemarin, ada satu hal penting yang harus kalian lihat.” Jose bergerak cepat. Ia menyalakan proyektor dan menghubungkan laptopnya. Tak butuh waktu lama, layar besar di depan ruangan menampilkan serangkaian bukti.“Beberapa minggu terakhir, akun milik Elena digunakan untuk mengakses sistem keuangan perusahaan dari peran

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 82 - Mencari Bukti

    Alvaro menatap layar ponselnya lama. Pesan singkat dari Elena membuatnya semakin gelisah.“Shit!”Ia menghubungi Jose lagi. "Percepat penyelidikannya!”"Saya mendapat sesuatu Tuan. Ada satu ha yang menurut saya sangatl mencurigakan. Saya sudah mengecek log IT minggu lalu. dan saya menemukan ada aktivitas login dari perangkat berbeda, menggunakan VPN, ke akun Elena. Di luar jam kerja."“Siapa?”Wajah Alvaro menegang. “Masih kami telusuri. Tapi… ada satu nama yang muncul beberapa kali di sistem audit internal. Asisten Delisa—Rani. Aku rasa dia tahu sesuatu.”“Cari dia! buat bicara!”“Baik.”Alvaro mematikan panggilan. Dia menatap lurus ke depan dengan tajam. Tangannya menggenggam setir kemudi dengan erat.***Di salah satu ruangan kecil yang biasa digunakan untuk istirahat staf, Rani duduk gelisah. Ia memainkan flashdisk kecil di tangannya. Berkali-kali ia menoleh ke pintu. Wajahnya cemas.Sejak kejadian siang tadi, ia tak bisa berhenti merasa bersalah. Ia memang tidak tahu apa-apa d

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 81 - Tuduhan Palsu

    Langkah Elena terasa berat saat ia berjalan menuju ruang rapat direksi. Nafasnya memburu, telapak tangannya dingin. Suasana kantor yang biasanya ramai dan sibuk kini sunyi. Tatapan semua orang menyudutkan. Elena merasa yakin, ada sesuatu yang tidak beres. Sesampainya di depan pintu ruang rapat, Elena menarik napas panjang, lalu mengetuk pelan.“Masuk,” suara berat dari dalam menyambutnya.Dengan perlahan, Elena membuka pintu. Di dalam, sudah duduk tujuh orang petinggi perusahaan, termasuk kepala keuangan, kepala divisi hukum, dan yang membuat dadanya berdegup lebih keras, Alvaro sudah duduk kursi paling ujung. Mata elangnya langsung menangkap ke arahnya.Deg! jantung Elena langsung berdetak dua kali lebih cepat. Mata Delisa langsung bergerak ke samping Alvaro, di sana sudah duduk Delisa dengan ekspresi datar.“Silakan duduk.” ucap salah satu anggota dewan.Elena menurut. Ia duduk di kursi yang tampaknya memang telah disediakan khusus untuknya.“Bisa jelaskan kenapa namamu muncul dal

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 80 - Tawaran Menarik Delisa

    Elena baru saja sampai ketika seorang staf menghampirinya dan berkata bahwa Delisa—putri dari salah satu pemegang saham besar di perusahaan—memanggilnya ke ruangannya. Elena sempat ragu. Sejak insiden dengan Lucas, ia selalu waspada. Tapi tetap saja, ia tidak memiliki alasan menolak. Apalagi saat ini dia berada di perusahaan. Sesampainya di sana, Delisa menyambutnya dengan senyum lebar, seolah tak pernah terjadi apa pun. "Elena! Duduk, aku mau bicara sebentar," ucap Delisa lembut sambil menyilakan Elena duduk di sofa mewah yang tersedia di ruangannya. Elena sedikit kaku, tapi tetap duduk. “Aku dengar kamu jadi asisten Alvaro dengan Jose. Melihat karakter Alvaro, aku yakin kamu tidak belajar apapun dengannya, karena dia pasti tidak akan memberimu pekerjaan berat. Benar?” Elena hanya mengangguk kecil. Delisa tersenyum kecil, “kalau begitu, aku punya tawaran menarik untukmu.“” Elena semakin waspada, tetapi sebisa mungkin dia tak menampakkan kegelisahannya itu di depan Delisa. “

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 79 - Rencana Gagal

    BRAK!Sebuah vas bunga mahal jatuh dan pecah di lantai. Air dan kelopak bunga mawar putih berceceran, menyatu dengan pecahan kaca yang berserakan di atas karpet. Nafas Delisa memburu. Wajahnya merah karena marah, dan tatapannya penuh api.Di depannya, seorang pria muda dengan setelan jas hanya bisa berdiri kaku, menunduk, takut bicara lebih jauh.“Apa maksudmu Lucas gagal?!” bentak Delisa. Suaranya menggema di ruangan besar bergaya modern itu. “Lucas bahkan nggak menyentuh Elena?!”Pria itu menelan ludah. “Iya, Bu… Dia bilang, eh… dia nggak bisa melakukan itu. Katanya… Elena baik banget. Bahkan dia terlihat kayak orang jatuh cinta…”Delisa langsung membalikkan badan, menatap tajam ke arah pria itu. “Jatuh cinta?! Astaga!” serunya, melotot. “Aku nyuruh dia jebak Elena, bukan malah main perasaan! Apa otaknya udah benar-benar rusak?!”Ia berjalan mondar-mandir, tangan terkepal di sisi tubuhnya. Setiap langkahnya terdengar keras di lantai marmer.“Lucas itu udah kubayar mahal. Semua udah k

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 78 - Ternyata Lucas

    Elena melihat sekelilingnya, tak ada seoran pun di rumah ini selain dirinya dan Lucas. Melawan pria ini, tak akan menguntungkan. Karena itu, dia harus mengulur waktu sembari menunggu kesempatan atau pertolongan. Meskipun tak yakin akan ada pertolongan.“Lucas…aku ingatkan padamu. Kamu pasti tahu siapa Alvaro kan?” Elena mencoba terlihat tenang. Dia berjalan perlahan menuju sofa. Lucas tertawa pelan, nada suaranya seperti mengejek. Dia berjalan mendekat.“Tentu saja aku tahu siapa dia. Semua orang takut padanya.” Tatapannya membara, ada obsesi di sana.Elena mundur perlahan, menjaga jarak. Dia tahu jika dia panik, pria ini bisa makin tak terkendali. Jadi dia menenangkan napasnya, menatap Lucas dengan tenang meski tubuhnya mulai gemetar.“Kamu pikir Alvaro akan diam kalau tahu aku ada disini?” Suara Elena terdengar dingin dan tajam.Lucas menyeringai. “Itu sebabnya aku harus cepat. Sebelum dia datang.” Elena merasakan detak jantungnya melonjak. Tapi wajahnya tetap datar. Dia berpiki

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 77 - Masuk Perangkap

    “Terima kasih,” ucap Elena pada Alvaro.“Sudah selesai?” tanya Alvaro.Elena melihat komputer sekilas lalu mengangguk. Pria itu melihat jam tangannya sesaat. Saat akan bicara, Jose datang membisikkan sesuatu. “Aku ada rapat,” kata Alvaro. “Tidak apa, aku bisa pulang sendiri.”“Kabari setelah di rumah.”Elena mengangguk. Setelah itu, Alvaro pergi bersama Jose entah kemana. Elena meregangkan tangannya, setelah seharian berkutat dengan angka yang sangat membosankan. Dia menyimpan hasil kerjanya dan mematikan komputernya. Meskipun dia merasa lebih nyaman memasak tetapi dia harus bertahan beberapa bulan di pekerjaan ini. Karena dia ingin membuka sebuah toko kue, dari hasil pekerjaannya di sini. “Semangat Elena, kamu bisa!”Dia menuliskan sebuah pesan ke Alvaro sambil berjalan keluar kantor. Karena tidak melihat jalanan, dia tak tahu ada sebuah mobil yang berjalan begitu cepat ke arahnya. “Awas!” teriak seseorang.Suara itu membuat Elena terkejut, hingga menoleh ke sumber suara dan mo

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 76 - Jalankan Rencana

    “Kamu yakin? Tidak takut?”“Aku sudah lama membiarkannya, ini saatnya menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa dia injak seenaknya.”Alvaro hanya tersenyum tipis mendengar kalimat yang keluar dari bibir wanita di sampingnya itu. Begitu mobil berhenti di depan gedung perusahaan, Alvaro segera keluar lebih dulu. Dengan langkah tenang, ia membuka pintu untuk Elena, membuat wanita itu menatapnya sesaat.“Keluar,” ucap Alvaro singkat.Elena menghela napas, lalu turun dari mobil. Saat mereka melangkah masuk, Jose dan beberapa pengawal berjalan di belakang mereka.Begitu sampai di lantai tertinggi gedung ini. Sebelum masuk ke ruangan Alvaro. “Jose.”“Ya, Tuan?”“Ajari dia pekerjaanmu.”Jose menatap Elena sekilas sebelum kembali menatap Alvaro, memastikan ia tidak salah dengar. “Maksud Tuan, saya harus mengajarkan pekerjaan saya kepada Nyonya?”Alvaro mengangguk tanpa ragu. “Ya.”Elena mengernyit. “Tunggu, maksudmu aku bekerja dengan Jose?”Alvaro yang semula hendak melangkah ke ruangannya,

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 75 - Rencana Pembalasan

    Keesokan paginya, Elena terbangun dalam pelukan Alvaro. Pria itu mendekapnya. Karena masih kesal semalam, Elena perlahan beringsut mengubah posisi menjadi membelakangi. Namun, tak disangka Alvaro menyadari gerakannya. Sehingga saat dia berhasil mengubah posisi. Alvaro kembali mendekapnya dari belakang. “Masih marah?” Bisiknya pelan. Elena diam, tak ingin bicara. Alvaro semakin mendekatkan tubuh Elena dalam pelukannya. “Sudah pagi, aku harus pergi.”“Kemana pagi-pagi?”“Bekerja, aku sadar aku cuma wanita simpanan yang bisa kamu buang kapan saja.”Elena hendak bangun, tetapi tubuhnya ditarik kembali oleh Alvaro. “Kita pergi bersama.”“Tidak perlu,” ucap Elena, ketus.Akhirnya Alvaro menyerah, dan membiarkan Elena pergi dari pelukannya. Berdebat dengan wanita itu saat marah tak akan bisa menang. Karena itu, dia memberikan Elena waktu untuk meredakan kemarahannya. Saat melihat Elena masuk ke dalam kamar mandi, Alvaro mengambil ponselnya di atas nakas. “Bagaimana?”“Kami sudah dapat

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status