Fritz Ryker menghentikan langkahnya untuk mempertanyakan apa keinginan orang yang mengikutinya itu, tapi orang tersebut hanya menatapnya lalu pergi begitu saja, seakan-akan enggan untuk berbicara dengan Fritz. Dia menduga kalau orang tadi adalah suruhan bos ValHolitz untuk memantaunya. Entah berapa orang yang mengawasi gerak-gerik Fritz, dia harus sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan, termasuk ketika berbicara dengan Callista. Ada kemungkinan kalau orang tadi akan melaporkan hasil pemantauannya kepada sang bos.
Dia melanjutkan lagi langkahnya dan membiarkan para pembuntut untuk mengikuti dia. Sesampainya di markas, beberapa orang yang mengenal Fritz dan tahu apa yang terjadi, mempertanyakan keadaan pria ini. Fritz tidak menjawab, dia hanya tersenyum. Kesulitan untuk berbicara membuatnya tidak bisa menjawab semua pertanyaan dan kekhawatiran dari teman-temannya itu. Dengan terpaksa hanya senyuman saja yang dia tunjukkan.
“Fritz Ryker … akhirnya kau d
Fritz mengamuk, bahkan sampai melempar handphonenya ke sembarang tempat. Beberapa orang yang ada di ruangan itu menolehkan kepala. Salah satu pria yang mengenal Fritz mempertanyakan apa yang terjadi, sayangnya Fritz tidak menjawab. Dia mendorong temannya itu dengan kasar lalu mengambil handphonenya dan pergi begitu saja. Dengan emosi, dia menemui Alberto untuk segera menyuruhnya melakukan misi. Dirinya ingin misi tersebut tidak hanya satu melainkan lebih.Karena melihat betapa emosinya Fritz, dengan cepat Alberto memerintahkannya untuk melakukan tiga misi di tempat yang berbeda. Alberto sedikit senang karena baginya, kalau anak buah sedang emosi, maka pekerjaan akan dilakukan dengan cepat. Mungkin besok Fritz akan kembali dan meminta misi lagi. Dengan begitu, target yang ingin dimusnahkan oleh Forezsther akan mati dalam waktu dekat.Sebelum Fritz pergi, Alberto sempat berpesan. Dia berkata, “Ryker, jangan melakukan hal ceroboh dan gegabah! Tetap waspada karena ak
“Kau benar kalau perusahaanku ada di seberang kawasan ini,” lanjut Richard membuat Callista bernapas lega. Dia terkejut karena ternyata pria itu berkata begitu, bukan hal yang tidak ingin dia dengar. Dirinya mengira kalau perusahaan Richard ada di kawasan ValHolitz. Pria tersebut kembali berkata, “Jujur saja aku takut kalau melalui jalanan ini, apalagi terkenal dengan kawasan mafia. Namun aku tidak memiliki pilihan lain, hanya jalanan ini yang dekat dengan perusahaanku. Kalau aku memutar jalan lain, akan memakan waktu banyak.” “Kenapa kau tidak pindahkan saja perusahaanmu ke tempat lain?” tanya Callista. “Sebenarnya aku berencana untuk pindah, hanya saja belum ada waktu yang pas untuk melakukan hal itu, apalagi aku cukup sibuk dan nyaman berada di sana. Rasanya sayang sekali kalau pindah,” jawabnya. “Oh begitu,” balas Callista. Richard hanya menganggukkan kepala. “Kau tahu, Fleischer? Aku sering mendengar desas desus tentang keburukanku di luar sana, entah siapa yang menyebarkannya
Callista tertawa pelan seraya berkata, “Kau sampai terkejut begitu. Aku hanya bilang seandainya kalau musuhmu seorang mafia, apa yang akan kau lakukan?”Dengan malu, Richard tertawa seraya menggaruk kepalanya. Dia terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan wanita itu. “Jika musuhku seorang mafia, kemungkinan aku akan membawa polisi hehe,” tawa Richard membuat Callista tertawa.“Kau ini … ku kira kau akan menjawab sesuatu yang lebih keren yang mungkin bisa kau lakukan. Bukankah sebelumnya kau bilang kau tidak takut?” balas Callista. Pria itu hanya cengengesan. Callista melanjutkan, “Kalau seandainya polisi tidak membantumu, apakah kau akan tetap mengandalkan mereka?”“Sepertinya aku akan pasrah karena aku begitu takut dengan mafia,” jawab Richard. Tampak Callista kecewa dengan jawaban itu. Jelas saja karena dia ingin tahu apa yang akan dilakukan orang lain ketika berada di posisi yang sama sepertinya. Namun jawaban Richard begitu mengecewakan, bukan seperti
Callista menceritakan kalau dia pernah terlibat dengan kriminalitas. Dirinya tidak memberi tahu tentang pekerjaan sebenarnya dan hanya bilang kalau dia pernah menjadi pengedar narkoba. Karena kesulitan mencari pekerjaan lain, makanya dia bekerja dengan cara kotor demi mendapatkan sejumlah uang. Namun sekarang dia sudah berhenti melakukan hal tersebut.Karena pernah membuat masalah ketika masih menjadi pengedar narkoba, banyak masalah yang dia hadapi termasuk melawan mafia, tapi tidak sampai melawan bos mereka. Callista mengaku kalau dia bisa berkelahi, hanya saja tidak begitu mahir. Setidaknya mampu untuk melarikan diri ketika dalam situasi genting.Tidak semua cerita yang disampaikannya benar. Wanita ini masih memiliki sedikit keraguan dalam hatinya untuk memberi tahu Richard semua yang sedang dia lakukan dan rasakan sekarang. Setidaknya dia ingin agar Richard tahu bahwa saat ini dirinya sedang menghadapi masalah yang rumit. Meski Richard tidak membantu banyak, tapi dia tetap ingin m
DUAR!Terdengar suara ledakan yang cukup besar, terdengar dari arah luar gedung. Dia dan beberapa anak buah Forezsther pun keluar dari sana. Tidak jauh dari tempat Callista berdiri, sebuah bangunan yang sudah tidak terpakai terbakar cukup hebat. Dengan cepat mereka berlarian untuk mendekati kebakaran itu. Selain mereka, para warga pun menyaksikan juga serta bertanya-tanya.“Apa yang terjadi?” gumam Callista. Dia menoleh ke sana kemari, mencoba untuk mencari seseorang yang mungkin mencurigakan. Namun sayang, terlalu banyak orang sehingga dia kesulitan untuk melihat orang yang pantas untuk dicurigai.“Siapa yang sudah meledakkan bangunan itu?” tanya seseorang membuat Callista menoleh, ternyata Letizia. Wanita tersebut tampak terkejut seraya menatap ke arah bangunan yang terbakar.“Kemungkinan seseorang menaruh bom, tidak mungkin bangunan yang sudah tidak terpakai meledak tanpa sebab,” jawab Callista.“Kau benar, Zouch. Kira-kira siapa pelakunya?”“Tidak tahu, terlalu banyak orang di sin
Callista menjelaskan apa yang dia dapatkan kepada Federico. Setelah pria itu mengerti, sambungan telepon pun dihentikan. Federico bilang kalau dirinya akan mencari tahu siapa pemilik dari sidik jari itu, selagi menunggu Callista memikirkan tentang huruf V yang ada di salah satu benda di bom rakitan yang dia duga pemiliknya adalah ValHolitz. Untuk mengetahui benar atau tidaknya dugaan tersebut, dia kembali ke gedung bekas pengeboman pada tengah malam. Tidak ada rasa takut yang dia rasakan, bahkan sampai masuk ke akses yang paling sulit.Meski berbahaya, Callista tetap melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam lagi. Dia juga mengangkat barang-barang yang menghalangi jalannya. Tidak lama kemudian, dia menemukan sebuah kartu identitas yang tergeletak menuju ke lantai dua. Kartu itu tampak tidak gosong atau terbakar, justru masih dalam kondisi yang bagus. Callista curiga kalau sebelum dirinya ke sini, ada orang lain yang masuk.“Aku meninggalkannya di sini.”
Alberto memarahi Callista karena sudah membawa anak buah ValHolitz ke markasnya. Pria itu tahu betul kalau Forezsther terlibat dengan kelompok mafia itu, maka mereka dalam masalah besar. Namun dirinya tidak menyangka kalau Callista sudah melibatkan diri, padahal sebelumnya Alberto sudah memperingatinya untuk tidak berurusan dengan ValHolitz.Sebelum sang bos mengomel dengan emosi yang lebih besar lagi, Callista menjelaskan alasannya membawa pria ini ke hadapan Alberto. Wanita tersebut berkata kalau pria yang dibawanya adalah pelaku yang telah menaruh bom rakitan di gedung kosong yang mengakibatkan kekacauan di kawasan Forezsther. Callista juga menyuruhnya untuk berkata jujur. Karena takut dengan todongan, mau tidak mau pria itu berbicara dan menjawab beberapa pertanyaan dari Alberto, membenarkan juga perkataan Callista.“Sudah ku bilang dia dari ValHolitz,” kata Callista seusai orang yang dia todong berbicara.“Memangnya apa yang sudah kau perb
Melihat Oscar Sutcliff turun dari mobil itu dan tampak mendekati mobil mereka membuat Federico panik setengah mati. Dia tahu betul siapa pria itu, makanya dirinya tidak tenang. Begitupun dengan Justin yang notabenenya pernah bertemu secara langsung dan membuatnya menjadi trauma. Dengan cepat Justin meminta Federico untuk mengendarai mobil ini agar menjauhi mereka. Tanpa pikir panjang, Federico menurut. Kini mobil tim Chasseurs melaju meninggalkan mobil mewah Oscar Sutcliff.“Kenapa dia menghadang kita?” tanya Federico. Justin tidak segera menjawab, dia malah teringat dengan kejadian di mana dirinya berurusan dengan pria itu dan mendapatkan ancaman. Mungkinkah hal ini ada hubungannya? Tanya dia dalam hati.“Pasti gara-gara dirimu, Zouch!” tuduh Vittoria membuat semua temannya menoleh, termasuk Callista. “Beberapa hari lalu kau membawa seseorang ke markas, ku dengar kalau dia adalah salah satu anggota ValHolitz. Mungkin penghadangan ini terj
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih