Alberto memarahi Callista karena sudah membawa anak buah ValHolitz ke markasnya. Pria itu tahu betul kalau Forezsther terlibat dengan kelompok mafia itu, maka mereka dalam masalah besar. Namun dirinya tidak menyangka kalau Callista sudah melibatkan diri, padahal sebelumnya Alberto sudah memperingatinya untuk tidak berurusan dengan ValHolitz.
Sebelum sang bos mengomel dengan emosi yang lebih besar lagi, Callista menjelaskan alasannya membawa pria ini ke hadapan Alberto. Wanita tersebut berkata kalau pria yang dibawanya adalah pelaku yang telah menaruh bom rakitan di gedung kosong yang mengakibatkan kekacauan di kawasan Forezsther. Callista juga menyuruhnya untuk berkata jujur. Karena takut dengan todongan, mau tidak mau pria itu berbicara dan menjawab beberapa pertanyaan dari Alberto, membenarkan juga perkataan Callista.
“Sudah ku bilang dia dari ValHolitz,” kata Callista seusai orang yang dia todong berbicara.
“Memangnya apa yang sudah kau perb
Melihat Oscar Sutcliff turun dari mobil itu dan tampak mendekati mobil mereka membuat Federico panik setengah mati. Dia tahu betul siapa pria itu, makanya dirinya tidak tenang. Begitupun dengan Justin yang notabenenya pernah bertemu secara langsung dan membuatnya menjadi trauma. Dengan cepat Justin meminta Federico untuk mengendarai mobil ini agar menjauhi mereka. Tanpa pikir panjang, Federico menurut. Kini mobil tim Chasseurs melaju meninggalkan mobil mewah Oscar Sutcliff.“Kenapa dia menghadang kita?” tanya Federico. Justin tidak segera menjawab, dia malah teringat dengan kejadian di mana dirinya berurusan dengan pria itu dan mendapatkan ancaman. Mungkinkah hal ini ada hubungannya? Tanya dia dalam hati.“Pasti gara-gara dirimu, Zouch!” tuduh Vittoria membuat semua temannya menoleh, termasuk Callista. “Beberapa hari lalu kau membawa seseorang ke markas, ku dengar kalau dia adalah salah satu anggota ValHolitz. Mungkin penghadangan ini terj
“Sudah ku duga kita akan dikepung,” gumam Letizia. Mereka tampak panik, apalagi orang-orang itu cukup banyak dan jumlah mereka tidaklah sebanding. Karena tidak bisa ke mana-mana, ditambah tidak ada jalan lain untuk melarikan diri, mobil pun berhenti. Federico terus bertanya kepada Justin, apa yang harus dilakukannya? Tampak kalau Federico begitu takut.“Hh … aku tidak bisa melarikan diri lagi, mungkin mereka menginginkan aku. Aku akan turun dan berbicara dengan mereka,” kata Callista membuat semuanya menoleh.“Jangan, Zouch! Aku melarangmu untuk turun!” larang Justin.“Kenapa? Biarkan saja dia keluar dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Kita tidak ada hubungannya dengan masalah dia, kan?” tanya Vittoria dengan nada tidak suka.“Bukan begitu, aku khawatir kalau mereka tidak bisa diajak bicara baik-baik ditambah mereka tidak bisa dipercaya. Kalau Zouch keluar dan mengatakan sesuatu yang salah, maka kita semua akan habis,” jawab pria itu membuat Vittoria mendesis.“Jangan khawatir, Just
“Apa maksu-“ Callista menghentikan teriakannya ketika mobil itu melaju meninggalkan lokasi ini. Tidak lama kemudian, para anak buah juga tidak menodong mereka lagi dan menyusul Oscar. Orang-orang ini hanya bisa melihat kepergian ValHolitz.“Apakah … apakah kita selamat?” tanya Federico tidak percaya.“Aku tidak yakin, tapi sepertinya suatu hal besar akan terjadi,” jawab Lionello.“Lebih baik kita segera ke lokasi misi!” kata Justin sembari berdiri dan disusul teman-temannya. Dia berjalan menuju ke mobil. Mereka pun masuk ke sana dan kembali melanjutkan perjalanan. Tidak ada yang berbicara selama perjalanan itu, mereka saling bungkam. Hanya Justin dan Federico yang sedang membicarakan tentang jalan menuju ke lokasi misi, sementara orang di belakang sana terdiam, termasuk Callista.Dirinya masih tidak percaya kalau orang yang tadi dia lihat bukanlah bos ValHolitz. Bodohnya lagi dia berhasil ditipu oleh pria itu dan para anak buahnya. Callista menduga kalau ada suatu rencana sebelum dia
Di tengah keterkejutannya, Callista mendengar kalau Federico menjelaskan siapa orang yang ada di foto itu. Informasi yang diketahui Federico diberitahukan kepadanya termasuk tentang kekejaman Richard kepada semua orang. Tidak semua hal dia ketahui karena kesulitan untuk mendapatkan informasi Richard. Katanya dia berusaha untuk meretas komputer yang ada di markas ValHolitz, sayangnya selalu dihadang oleh sesuatu yang membuatnya tidak bisa masuk. Alhasil dia tidak mendapatkan apapun selain informasi yang didengarnya dari orang lain.“Kenapa kau memberitahuku? Bukankah seharusnya kau menghindari apa yang ingin ku ketahui tentang pria itu?” tanya Callista.“Hm … entahlah, aku ingin kau tahu saja karena sebelumnya kau tampak tidak tahu bagaimana rupa bos mafia itu,” jawab Federico. Callista mendengkus ketika mengingat kejadian di mana dirinya menyebut Oscar Sutcliff sebagai Richard Valfredo Holtzman. Secara bersamaan dia menjadi kesal dengan pria itu karena sudah menipunya.Karena Callista
Fritz menuliskan cara apa yang bisa dilakukan Callista untuk balas dendam? Dia ingin mengetahui rencana sang teman. Melihat isi buku memo itu membuat Callista mengangkat kedua alisnya. Dia menatap Fritz lalu menjawab, “Jujur saja, sebelumnya aku ingin meminta bantuan kepada Chasseurs, dan melakukan serangan bersama mereka. Namun karena menolak, aku tidak tahu cara apa yang bisa membuat pria itu bungkam. Sekarang aku sangat kebingungan Fritz.” “Oh ya, tidak biasanya kau bertanya begitu, biasanya kau akan menentang apa yang aku katakan,” lanjut Callista dengan cepat sebelum Fritz menuliskan sesuatu. Pria itu menunjukkan tulisannya. Ternyata Fritz sengaja tidak menentang karena ingin tahu langkah apa yang akan diambil Callista setelah mengetahui tentang pria bernama Richard itu. Sayang sekali, sang teman malah kebingungan dan masih dalam syok atau tidak percaya. Fritz mengerti bagaimana perasaan Callista, makanya dia menahan diri untuk melarangnya. “Andai saja a
Tidak mau sang bos tahu apa yang dibicarakan keduanya, Callista pun berbohong. Dia menjelaskan kalau mereka tengah membicarakan rencana untuk misi selanjutnya. Rencana tersebut akan diberitahukan kepada tim Chasseurs nanti. Karena tidak enak dengan sang bos, Callista menarik Fritz untuk pergi dari sana. Meski tampak mencurigakan, tapi Alberto tidak banyak bertanya. Bahkan pria itu hanya mengomel kalau mereka tidak boleh berduaan di ruang rapat.Sesampainya di ruang bar, mereka tertawa bersama. Merasa lucu dengan kejadian tadi di mana ekspresi Alberto terlihat marah sekaligus terkejut. Ditambah mereka kaget dengan kedatangannya. Ketika mengingat itu, mereka merasa geli.Seusai tertawa, keduanya memilih untuk menikmati segelas alkohol dengan kadar tidak begitu tinggi. Di tengah perbincangan yang tidak begitu penting, Callista tampak kesenangan sekali karena dia sudah berbaikan dengan Fritz. Semua perasaan tidak nyaman dan bersalah berkurang meski hanya sedikit, setidakny
“Ternyata dia memang pria baik,” gumam Callista. Leif yang mendengarnya hanya melirik wanita itu.“Setelah berulang kali menjual narkoba kepadanya, kami menjadi teman dan tanpa ragu, ku ceritakan semua perjalananku sejak menjadi seorang kriminal kepada ayah. Awalnya aku tidak menyangka kalau dia memintaku untuk tinggal bersamanya. Jelas saja aku sangat senang, tapi sayangnya, waktu itu aku tidak menyadari kebaikan hati ayah. Ketika sudah tinggal beberapa hari dengannya, aku malah mencuri semua barang berharga ayah lalu menjualnya. Dengan begitu aku memiliki uang banyak,” lanjut Leif membuat Callista membelalakkan mata.“Tidak tahu terima kasih sekali,” balasnya. Leif tersenyum tipis.“Ya, seperti itulah diriku. Hal yang paling mengejutkan untukku dan tidak bisa aku lupakan adalah ketika ayah berhasil menemukanku. Alih-alih memarahiku karena sudah mencuri barang miliknya, dia malah menampar aku serta memarahi aku karena s
“Apa kau bilang? Tinggal bersamamu? Untuk apa?” tanya Leif. Callista menatapnya dengan serius.“Kau anaknya Fernando, dan kau adalah orang berharga untuknya, aku hanya tidak mau dia bersedih di alam sana karena melihat anaknya tinggal di tempat seperti ini. Seharusnya kau berada di tempat yang nyaman dan di bawah AC,” jelas Callista.“Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku tidak nyaman tinggal bersama seorang wanita, apalagi kau bukan siapa-siapa untukku,” balasnya tanpa ragu.“Kalau begitu tinggallah di apartemen ayahmu! Kebetulan di sana tidak ada yang mengisi dan masih ada barang lengkap yang bisa kau gunakan. Kau tidak perlu mengkhawatirkan biaya sewa di sana. Aku yang akan menanggungnya, anggap saja sebagai balasan karena kau sudah memberitahuku informasi yang aku butuhkan. Kalau kau menolak, sama saja kau membuat ayahmu sedih,” kata Callista membuat Leif menundukkan kepala. Dirinya yakin kalau anak ini pasti