Di tengah keterkejutannya, Callista mendengar kalau Federico menjelaskan siapa orang yang ada di foto itu. Informasi yang diketahui Federico diberitahukan kepadanya termasuk tentang kekejaman Richard kepada semua orang. Tidak semua hal dia ketahui karena kesulitan untuk mendapatkan informasi Richard. Katanya dia berusaha untuk meretas komputer yang ada di markas ValHolitz, sayangnya selalu dihadang oleh sesuatu yang membuatnya tidak bisa masuk. Alhasil dia tidak mendapatkan apapun selain informasi yang didengarnya dari orang lain.“Kenapa kau memberitahuku? Bukankah seharusnya kau menghindari apa yang ingin ku ketahui tentang pria itu?” tanya Callista.“Hm … entahlah, aku ingin kau tahu saja karena sebelumnya kau tampak tidak tahu bagaimana rupa bos mafia itu,” jawab Federico. Callista mendengkus ketika mengingat kejadian di mana dirinya menyebut Oscar Sutcliff sebagai Richard Valfredo Holtzman. Secara bersamaan dia menjadi kesal dengan pria itu karena sudah menipunya.Karena Callista
Fritz menuliskan cara apa yang bisa dilakukan Callista untuk balas dendam? Dia ingin mengetahui rencana sang teman. Melihat isi buku memo itu membuat Callista mengangkat kedua alisnya. Dia menatap Fritz lalu menjawab, “Jujur saja, sebelumnya aku ingin meminta bantuan kepada Chasseurs, dan melakukan serangan bersama mereka. Namun karena menolak, aku tidak tahu cara apa yang bisa membuat pria itu bungkam. Sekarang aku sangat kebingungan Fritz.” “Oh ya, tidak biasanya kau bertanya begitu, biasanya kau akan menentang apa yang aku katakan,” lanjut Callista dengan cepat sebelum Fritz menuliskan sesuatu. Pria itu menunjukkan tulisannya. Ternyata Fritz sengaja tidak menentang karena ingin tahu langkah apa yang akan diambil Callista setelah mengetahui tentang pria bernama Richard itu. Sayang sekali, sang teman malah kebingungan dan masih dalam syok atau tidak percaya. Fritz mengerti bagaimana perasaan Callista, makanya dia menahan diri untuk melarangnya. “Andai saja a
Tidak mau sang bos tahu apa yang dibicarakan keduanya, Callista pun berbohong. Dia menjelaskan kalau mereka tengah membicarakan rencana untuk misi selanjutnya. Rencana tersebut akan diberitahukan kepada tim Chasseurs nanti. Karena tidak enak dengan sang bos, Callista menarik Fritz untuk pergi dari sana. Meski tampak mencurigakan, tapi Alberto tidak banyak bertanya. Bahkan pria itu hanya mengomel kalau mereka tidak boleh berduaan di ruang rapat.Sesampainya di ruang bar, mereka tertawa bersama. Merasa lucu dengan kejadian tadi di mana ekspresi Alberto terlihat marah sekaligus terkejut. Ditambah mereka kaget dengan kedatangannya. Ketika mengingat itu, mereka merasa geli.Seusai tertawa, keduanya memilih untuk menikmati segelas alkohol dengan kadar tidak begitu tinggi. Di tengah perbincangan yang tidak begitu penting, Callista tampak kesenangan sekali karena dia sudah berbaikan dengan Fritz. Semua perasaan tidak nyaman dan bersalah berkurang meski hanya sedikit, setidakny
“Ternyata dia memang pria baik,” gumam Callista. Leif yang mendengarnya hanya melirik wanita itu.“Setelah berulang kali menjual narkoba kepadanya, kami menjadi teman dan tanpa ragu, ku ceritakan semua perjalananku sejak menjadi seorang kriminal kepada ayah. Awalnya aku tidak menyangka kalau dia memintaku untuk tinggal bersamanya. Jelas saja aku sangat senang, tapi sayangnya, waktu itu aku tidak menyadari kebaikan hati ayah. Ketika sudah tinggal beberapa hari dengannya, aku malah mencuri semua barang berharga ayah lalu menjualnya. Dengan begitu aku memiliki uang banyak,” lanjut Leif membuat Callista membelalakkan mata.“Tidak tahu terima kasih sekali,” balasnya. Leif tersenyum tipis.“Ya, seperti itulah diriku. Hal yang paling mengejutkan untukku dan tidak bisa aku lupakan adalah ketika ayah berhasil menemukanku. Alih-alih memarahiku karena sudah mencuri barang miliknya, dia malah menampar aku serta memarahi aku karena s
“Apa kau bilang? Tinggal bersamamu? Untuk apa?” tanya Leif. Callista menatapnya dengan serius.“Kau anaknya Fernando, dan kau adalah orang berharga untuknya, aku hanya tidak mau dia bersedih di alam sana karena melihat anaknya tinggal di tempat seperti ini. Seharusnya kau berada di tempat yang nyaman dan di bawah AC,” jelas Callista.“Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku tidak nyaman tinggal bersama seorang wanita, apalagi kau bukan siapa-siapa untukku,” balasnya tanpa ragu.“Kalau begitu tinggallah di apartemen ayahmu! Kebetulan di sana tidak ada yang mengisi dan masih ada barang lengkap yang bisa kau gunakan. Kau tidak perlu mengkhawatirkan biaya sewa di sana. Aku yang akan menanggungnya, anggap saja sebagai balasan karena kau sudah memberitahuku informasi yang aku butuhkan. Kalau kau menolak, sama saja kau membuat ayahmu sedih,” kata Callista membuat Leif menundukkan kepala. Dirinya yakin kalau anak ini pasti
Richard memasang wajah kebingungan setelah Callista berekspresi seperti itu. Dengan cepat wanita ini meminta maaf dan tertawa pelan. Dia merasa malu diberikan pertanyaan begitu dari Richard. Padahal di dalam hatinya, Callista sangat kesal. Bagaimana tidak? Seorang bos mafia seperti Richard mengatakan kalau dirinya akan mengantarkan Callista dan menganggapnya sebagai kencan. Yang benar saja, kata dia dalam hati. Mana sudi Callista menyetujui perkataan Richard yang seenak jidat.Karena tidak mungkin menolak, Callista bersedia ditemani. Mereka pun berjalan kaki menuju ke pusat perbelanjaan. Sejujurnya stok dapur Callista sudah lengkap, dia berbohong agar pria ini tidak curiga. Padahal dia akan pergi ke markas Forezsther, tapi karena Richard muncul, dengan terpaksa Callista harus pergi ke tempat lain.Di tengah perjalanan, Callista terus bertanya-tanya. Untuk apa seorang bos mafia dari ValHolitz berada di kawasan Forezsther? Apakah orang ini tidak takut diserang oleh anak
Sebuah mobil mewah berhenti di depan Callista yang sedang berdiri di halte bus. Pemilik mobil itu membukakan jendela mobilnya dan memperlihatkan diri. Ternyata Richard, pria itu menyuruh agar Callista masuk ke dalam. Mau tidak mau wanita ini menurut dan duduk di jok depan bersama Richard.“Tumben sekali kau tidak menggunakan supirmu,” kata Callista.Seraya menjalankan kendaraan itu, Richard menjawab, “Tidak setiap hari supirku mengantarkan aku, terkadang dia akan mengambil cuti karena ada masalah atau hal lain. Untuk sekarang dia sedang sakit, aku tidak bisa memaksanya untuk mengantarku.”“Oh begitu,” balasnya. Richard hanya menganggukkan kepala. Callista menduga kalau Richard hanya beralasan saja agar bisa berdua dengannya. Entah apa yang sedang direncanakan si bos mafia itu. Dia harus berhati-hati dan memperhatikan setiap gerakan Richard meski gerakan kecil.Selama perjalanan tidak ada obrolan dari kedua insan ini. Me
“Hujan sudah reda, lebih baik kita ke mobil!” kata Richard membuat Callista mengangguk pelan. Mereka pun berjalan menuju ke mobil setelah hujan tidak lagi sederas tadi, hanya gerimis saja. Sesampainya di dalam mobil, mereka sama-sama kedingingan.“Ehm … aku rasa kita tidak perlu ke café yang kau sebutkan. Mungkin lain kali saja. Aku ingin pulang dan mandi air hangat,” ujar Callista.“Oh baiklah kalau begitu. Kita langsung pulang saja,” balasnya. Callista hanya mengangguk. Richard pun menjalankan mobil menuju ke kawasan di mana Callista tinggal. Selama itu, mereka tidak berbicara apapun sampai akhirnya Callista meminta diturunkan di persimpangan yang tak jauh dari pusat perbelanjaan. Katanya setelah ini dia akan berkunjung ke suatu tempat. Karena tidak bisa memaksa wanita itu untuk mengantarkannya ke rumah, Richard pun menghentikan mobilnya di bahu jalan.“Maaf karena sudah membuatmu kehujanan,” kata R
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih