“Ternyata dia memang pria baik,” gumam Callista. Leif yang mendengarnya hanya melirik wanita itu.
“Setelah berulang kali menjual narkoba kepadanya, kami menjadi teman dan tanpa ragu, ku ceritakan semua perjalananku sejak menjadi seorang kriminal kepada ayah. Awalnya aku tidak menyangka kalau dia memintaku untuk tinggal bersamanya. Jelas saja aku sangat senang, tapi sayangnya, waktu itu aku tidak menyadari kebaikan hati ayah. Ketika sudah tinggal beberapa hari dengannya, aku malah mencuri semua barang berharga ayah lalu menjualnya. Dengan begitu aku memiliki uang banyak,” lanjut Leif membuat Callista membelalakkan mata.
“Tidak tahu terima kasih sekali,” balasnya. Leif tersenyum tipis.
“Ya, seperti itulah diriku. Hal yang paling mengejutkan untukku dan tidak bisa aku lupakan adalah ketika ayah berhasil menemukanku. Alih-alih memarahiku karena sudah mencuri barang miliknya, dia malah menampar aku serta memarahi aku karena s
“Apa kau bilang? Tinggal bersamamu? Untuk apa?” tanya Leif. Callista menatapnya dengan serius.“Kau anaknya Fernando, dan kau adalah orang berharga untuknya, aku hanya tidak mau dia bersedih di alam sana karena melihat anaknya tinggal di tempat seperti ini. Seharusnya kau berada di tempat yang nyaman dan di bawah AC,” jelas Callista.“Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku tidak nyaman tinggal bersama seorang wanita, apalagi kau bukan siapa-siapa untukku,” balasnya tanpa ragu.“Kalau begitu tinggallah di apartemen ayahmu! Kebetulan di sana tidak ada yang mengisi dan masih ada barang lengkap yang bisa kau gunakan. Kau tidak perlu mengkhawatirkan biaya sewa di sana. Aku yang akan menanggungnya, anggap saja sebagai balasan karena kau sudah memberitahuku informasi yang aku butuhkan. Kalau kau menolak, sama saja kau membuat ayahmu sedih,” kata Callista membuat Leif menundukkan kepala. Dirinya yakin kalau anak ini pasti
Richard memasang wajah kebingungan setelah Callista berekspresi seperti itu. Dengan cepat wanita ini meminta maaf dan tertawa pelan. Dia merasa malu diberikan pertanyaan begitu dari Richard. Padahal di dalam hatinya, Callista sangat kesal. Bagaimana tidak? Seorang bos mafia seperti Richard mengatakan kalau dirinya akan mengantarkan Callista dan menganggapnya sebagai kencan. Yang benar saja, kata dia dalam hati. Mana sudi Callista menyetujui perkataan Richard yang seenak jidat.Karena tidak mungkin menolak, Callista bersedia ditemani. Mereka pun berjalan kaki menuju ke pusat perbelanjaan. Sejujurnya stok dapur Callista sudah lengkap, dia berbohong agar pria ini tidak curiga. Padahal dia akan pergi ke markas Forezsther, tapi karena Richard muncul, dengan terpaksa Callista harus pergi ke tempat lain.Di tengah perjalanan, Callista terus bertanya-tanya. Untuk apa seorang bos mafia dari ValHolitz berada di kawasan Forezsther? Apakah orang ini tidak takut diserang oleh anak
Sebuah mobil mewah berhenti di depan Callista yang sedang berdiri di halte bus. Pemilik mobil itu membukakan jendela mobilnya dan memperlihatkan diri. Ternyata Richard, pria itu menyuruh agar Callista masuk ke dalam. Mau tidak mau wanita ini menurut dan duduk di jok depan bersama Richard.“Tumben sekali kau tidak menggunakan supirmu,” kata Callista.Seraya menjalankan kendaraan itu, Richard menjawab, “Tidak setiap hari supirku mengantarkan aku, terkadang dia akan mengambil cuti karena ada masalah atau hal lain. Untuk sekarang dia sedang sakit, aku tidak bisa memaksanya untuk mengantarku.”“Oh begitu,” balasnya. Richard hanya menganggukkan kepala. Callista menduga kalau Richard hanya beralasan saja agar bisa berdua dengannya. Entah apa yang sedang direncanakan si bos mafia itu. Dia harus berhati-hati dan memperhatikan setiap gerakan Richard meski gerakan kecil.Selama perjalanan tidak ada obrolan dari kedua insan ini. Me
“Hujan sudah reda, lebih baik kita ke mobil!” kata Richard membuat Callista mengangguk pelan. Mereka pun berjalan menuju ke mobil setelah hujan tidak lagi sederas tadi, hanya gerimis saja. Sesampainya di dalam mobil, mereka sama-sama kedingingan.“Ehm … aku rasa kita tidak perlu ke café yang kau sebutkan. Mungkin lain kali saja. Aku ingin pulang dan mandi air hangat,” ujar Callista.“Oh baiklah kalau begitu. Kita langsung pulang saja,” balasnya. Callista hanya mengangguk. Richard pun menjalankan mobil menuju ke kawasan di mana Callista tinggal. Selama itu, mereka tidak berbicara apapun sampai akhirnya Callista meminta diturunkan di persimpangan yang tak jauh dari pusat perbelanjaan. Katanya setelah ini dia akan berkunjung ke suatu tempat. Karena tidak bisa memaksa wanita itu untuk mengantarkannya ke rumah, Richard pun menghentikan mobilnya di bahu jalan.“Maaf karena sudah membuatmu kehujanan,” kata R
Richard memejamkan matanya sembari membuang napas dengan kasar. Dia tahu siapa yang dimaksud anak buahnya itu. Richard pun meminta sang asisten untuk menunda perintahnya tadi dan ikut dengannya. Mereka pun keluar dari ruangan itu untuk menghampiri seorang pria yang datang ke gedung ini.Baru saja hendak lift dibuka, Richard dan Oscar terkejut karena orang yang akan mereka jemput ternyata sudah ada di dalam lift. Seorang pria tua sekitar umur 40 tahun tampak memasang wajah senang. Pria tersebut berteriak, “Anakku!”Didekaplah tubuh Richard dengan erat. Richard tampak berusaha melepaskan diri. Dia berkata, “Lepaskan aku, Ayah!”Vermont Holtzman adalah ayah kandung dari Richard Valfredo Holtzman, seorang mantan bos mafia ValHolitz dan sekarang menjadi pemegang utama saham Holtzman Group. Kehadiran Vermont membuat Richard dan Oscar terkejut karena tidak ada peringatan dari pria itu. Wajar saja kalau mereka enggan kedatangan Vermont.Sa
Vermont menjelaskan kalau dia menguji Richard. Ternyata sang anak masih sama seperti dulu, suka menentang ayahnya walau Vermont menatapnya dengan tajam. Pria ini tahu kalau Richard tidak takut akan apapun dan memiliki keberanian, makanya dia mengujinya untuk mengetahui apakah Richard masih sama atau sudah berbeda. Alhasil dia puas menertawakan ekspresi yang ditunjukkan Richard.“Berhentilah tertawa! Tidak ada yang lucu,” geram Richard masih terbawa suasana. Vermont meredakan tawanya.“Sepertinya ada yang tidak suka, baiklah, jangan marah!” ujar Vermont. Richard hanya mendengkus sembari memalingkan wajah. Malas menatap pria itu.Karena Richard tidak mengatakan apapun, Vermont kembali berkata, “Lupakan masalah sebelumnya, mau bagaimanapun, kau tahu pasti bagaimana aku. Aku akan keras kepala dan kau harus menerimanya, kan? Aku akan tetap menikah dengan wanita yang ku cintai Minggu depan. Kau harus hadir di pernikahanku karena aku akan
Richard terdiam ketika Oscar menamparnya. Pria itu langsung gelagapan dan takut. Bagaimana tidak? Karena Richard tidak mau diam bahkan terus mengoceh, ditambah terbawa emosi, Oscar menampar sang bos. Kini dia mendapatkan tatapan tajam dari Richard. Dengan perlahan dirinya mundur untuk menjauhi pria itu.“OSCAAARRR!!!” teriak Richard sembari bangkit dan mengejar Oscar yang sudah melarikan diri. Kini keduanya saling kejar kejaran di ruang apartemen milik Richard. Tiba-tiba saja sang bos terpeleset dan jatuh membuat Oscar berhenti berlari. Dia menghampiri Richard yang terbaring di lantai.“Awas kau, Ikan!” ancamnya dengan nada lemas dan mata yang sayu.“Jangan memanggilku ikan, Bos. Aku bukan jenis ikan Oscar,” tegur Oscar. Richard hanya terdiam. Lama kelamaan dia terpejam dan tidur. Oscar langsung membuang napas leganya setelah sang bos terlelap.“Akhirnya dia tidur juga,” gumam Oscar. Dia membawa sang b
Banyak orang berlalu lalang di sekitar pelabuhan. Kapal juga tengah berlabuh, menunggu penumpang yang akan naik ke sana atau barang yang ditaruh di dek kapal. Para pekerja juga terlihat kewalahan dan peluh membasahi wajah serta tubuh. Ramai pula orang-orang yang hendak pergi dan baru turun dari kapal. Tidak satu pun kapal kosong, semuanya terisi penuh dengan aktivitas para insan.Callista yang sedang berdiri di dekat bangunan hanya bisa menyaksikan kegiatan itu. Sesekali dia melihat ke arah kapal yang baru datang dan orang-orang yang melewatinya. Sosok orang yang sedang dia cari belum muncul juga, entah kapan orang tersebut akan ada. Callista akan tetap menunggu selama apapun.Anak angkat Fernando sudah memberi tahu ciri-ciri orang yang dicarinya, bahkan ada pula fotonya. Dia hanya perlu mencocokkan, pria mana yang sama dengan foto itu? Tidak mungkin tidak akan bertemu. Callista cukup jeli, dia pasti bisa menemukan keberadaan orang tersebut walau harus memakan waktu ya