Ya, pria yang menodongkan pistol tepat di belakang kepala Richard adalah Fritz Ryker, anggota dari kelompok Forezsther. Kehadirannya di mobil bos mafia ini mengejutkan semua orang, tapi tidak dengan sang supir yang tampak ketakutan. Rupanya supir Richard sudah tahu akan kehadiran Fritz, hanya saja dia memilih bungkam karena sebelumnya sudah diancam.“Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Oscar tanpa menurunkan todongan senjata kepada Fritz.“Seharusnya kau melatih supir lemahmu itu agar bisa melawan orang sepertiku. Setidaknya dia bisa melawan, tapi karena dia lemah, dengan mudah aku bisa masuk tanpa perlawanan. Beruntung dia bisa diajak bekerja sama, kalau tidak, kepalanya akan aku pecahkan,” jawab Fritz. Terdengar suara tawa dari Richard. Hal ini membuat pria itu keheranan.“Kau berani sekali! Ku tebak kalau dirimu mengikuti kami dari Napoli sampai ke Napoli lagi, iya, kan?” tebak Richard.“Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan bagaimana bisa aku masuk ke sini. Kau lebih tahu,” balasnya
Dua anak buah ValHolitz membawa Fritz ke dalam sebuah ruangan lalu mengikatnya. Kini mereka sudah ada di markas besar ValHolitz. Oscar juga ada di ruangan ini, dia sedang memantau para anak buah yang mengikat Fritz. Seusai membuat pingsan pria itu, asisten Richard ini segera membawanya kemari. Sementara sang bos sudah ada di ruangannya dan tengah bersantai.Beberapa menit kemudian, Fritz terbangun dari pingsan. Dia sadar dirinya berada di tempat berbeda dan langsung memberontak serta berteriak meminta dilepaskan. Oscar yang masih ada di sana pun menghampiri lalu berkata, “Meski kau diberikan kebebasan dan hidup, tapi aku harus menyelesaikan tugasku.”“LEPASKAN AKU!” teriak Fritz tanpa ingin mendengarkan perkataan Oscar. Dirinya melanjutkan, “Bukankah kita sudah sepakat? Bosmu itu akan membebaskanku kalau aku bisa bekerja sama dengannya dan ku sepakati hal itu, tapi kenapa aku malah dikurung di sini?”“Sebenarnya keberadaanmu di sini bukanlah keinginan bosku. Ini inisiatif dariku sendi
Fritz tidak bisa menjawab pertanyaan, pria itu hanya menangis tanpa suara dan kesakitan. Justin mengusulkan Lionello dan Callista membawanya ke mobil agar Federico yang sudah ada di kendaraan itu membawanya ke rumah sakit. Dia dan yang lainnya akan menjalani misi. Callista dan Lionello pun menganggukkan kepala. Keduanya mengangkat tubuh Fritz dengan hati-hati lalu membawanya ke mobil Federico. Sebelumnya Justin sudah memberi tahu sang cracker itu agar membantu melalui alat komunikasi. Setelah itu barulah dia dan anggota yang lain melanjutkan misi. Dua orang ini memasukkan Fritz ke dalam mobil dan sempat dibantu oleh Federico. Mobil pun melaju dengan cepat menuju ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di sana, Fritz langsung ditangani oleh seorang dokter dan perawat. “Lebih baik kalian kembali ke lokasi misi, aku akan menjaga temanku. Justin akan kesulitan kalau kalian tidak ada,” suruh Callista. “Apakah kau tidak apa-apa sendirian di sini?” tanya Lionello. “Aku sudah terbiasa sendir
“Apakah maksudmu Richard pelakunya?” tanya Callista. Fritz menganggukkan kepalanya. Hal ini membuat Callista membelalakkan mata. Entah kenapa dia malah teringat dengan Richard, pria yang pernah dia temui itu.“Richard mana? Apakah bos mafia dari ValHolitz itu?” Kini giliran Justin yang bertanya. Fritz menolehkan kepala. Lagi-lagi dia memberikan jawaban dengan anggukkan.“Kenapa dia melakukan hal ini kepadamu? Apakah kau bermasalah dengannya?” tanya Vittoria penasaran. Alih-alih membalas, Fritz malah mengalihkan pandangannya ke arah lain, seakan-akan enggan untuk membahasnya. Mengerti akan reaksi itu, Vittoria tidak mengulangi pertanyaannya.“Ehm … akan lebih baik kalau kita beri Fritz waktu untuk menenangkan diri dan jangan mengajukan banyak pertanyaan. Aku akan kembali ke markas pusat untuk melaporkan misi kita sekaligus memberi tahu bos,” usul Justin dan diangguki semuanya. Mereka pun berpamitan dengan Fritz kecuali Letizia dan Callista. Fritz hanya mengangguk saja. Tak lama mereka
Letizia tampak kesenangan mendengar keputusan Callista. Awalnya dia sudah menyerah karena wanita ini sulit untuk ditaklukkan, tapi hari ini dirinya begitu kesenangan sampai-sampai berteriak dan terkena teguran. Dengan begitu dirinya bisa mencari tahu tentang pelaku yang sudah membunuh kakaknya bersama dengan Callista. Letizia cukup yakin kalau mereka bekerja sama, maka balas dendam akan tertuntaskan dalam waktu cepat.Sayangnya Callista tidak akan membantu banyak karena dia harus menjalankan masa percobaannya dengan tim Chasseurs dan untuk sekarang dia akan fokus dengan masalah Fritz. Memaklumi hal tersebut, Letizia berkata kalau dia akan menunggu sampai semua permasalahan Callista selesai. Ditambah dia juga akan mencari lebih banyak informasi kepada orang lain.Di sisi lain, Callista terpaksa menjalin kerja sama dengan Letizia hanya untuk mendapatkan cara masuk ke markas pusat ValHolitz. Entah kenapa dia begitu penasaran dan ingin melihat secara langsung bagaimana rupa bos dari kelom
Callista pun tersenyum lalu beranjak dari ruangan itu. Meski Fritz melarang, tapi wanita ini cukup keras kepala. Dia akan melakukan apa yang menurutnya harus dilakukan. Perbuatan ValHolitz sangat kejam, makanya dia tidak bisa tinggal diam. Apalagi merekalah yang sudah membuat Fritz kehilangan lidah dan sulit berkomunikasi. Bagaimana Callista akan menerima hal ini?Dia pergi ke kawasan ValHolitz. Dirinya mencari keberadaan mobil Fritz. Setelah beberapa jam pergi ke sana kemari, barulah dia menemukannya. Mobil Fritz terparkir di parkiran bar. Dia masuk ke dalam sana lalu mengambil benda yang mungkin terhubung dengan alat penyadap yang kini ada di tangannya. Namun sayang, kedua alat tersebut tidak saling terhubung, bahkan alat penyadap yang dimiliki Fritz sama sekali tidak sama dengan benda yang dipegangnya kini.Kemungkinan alat penyadap itu milik musuh. Dengan cepat Callista mencari sesuatu di dalam mobil ini dan tak lama menemukan sebuah kotak kecil tepat di bawah jok kemudi. Dia memb
Callista membelalakkan matanya lalu menoleh ke arah Letizia. Dia menatap mata wanita itu untuk mencari kebenaran. Namun Letizia tidak tampak sedang berbohong, wajahnya cukup serius. Dengan cepat Callista bertanya, “Kau tahu informasi itu dari mana?”“Dari anaknya langsung,” jawabnya. Callista pun bangkit dari duduknya lalu menarik lengan Letizia. Dia membawa Letizia menuju ke tempat sepi setelah itu dilepaskan.“Jangan berbicara sembarangan! Fernando tidak memiliki seorang istri, apalagi anak. Aku begitu mempercayai dia. Mana mungkin dia sudah menikah sebelum menikah denganku!” geram Callista. Dirinya tidak percaya, dan tidak mau mempercayai itu, tapi Letizia mengatakannya seakan-akan Fernando memang memiliki seorang anak.“Aku tidak bilang kalau suamimu sudah beristri, Fernando hanya memiliki seorang anak, itu pun anak angkat dan bukan kandung. Fernando mengangkatnya beberapa tahun lalu dan mereka sempat tinggal bersama. Namun Fernando pergi tanpa meninggalkan pesan sama sekali. Seka
Anak laki-laki itu menghampiri Callista lalu mendorongnya dengan kasar. Perkataan tidak mengenakan pun dilontarkan. Sebenarnya Callista naik pitam, tapi dia menahan diri karena dirinya paham kalau anak ini pasti memiliki alasan. Bahkan sampai mengenal dan mengetahui nama dia. Pasti ada sesuatu yang menyebabkannya sampai seperti itu kepada Callista.Letizia berusaha menenangkan anak itu sampai beberapa menit kemudian terdiam dan tidak lagi mengoceh, hanya melirik Callista dengan tajam. Karena penasaran, Callista pun bertanya, “Kenapa kau sampai semarah itu kepadaku bahkan tahu siapa aku? Apakah Fernando memberitahumu?”“JANGAN MENYEBUT NAMANYA DENGAN MULUTMU ITU!” teriak anak tersebut. Callista hendak melawan, tapi ditahan oleh Letizia. Wanita ini memberi tahu Callista kalau dia harus menahan emosinya. Anak itu melanjutkan, “Gara-gara kau, ayah sampai terbunuh.”“Hah? Kenapa kau menyalahi aku?” tanya Callista dengan nada tidak suka.“Tunggu dulu! Jangan berkelahi! Tujuanku mempertemuka