Home / Romansa / TARGETKU BOS MAFIA / BAB 3. Pandangan Matanya

Share

BAB 3. Pandangan Matanya

Author: ookamisanti_
last update Last Updated: 2023-01-06 09:55:03

Ternyata yang memanggilnya adalah Fritz Ryker, seorang pria yang dikenal Callista dari suatu tempat. Pria tersebut tampak tersenyum, tapi Callista malah mendengkus kesal karena dia salah mengira kalau Fernando yang menyerukan namanya. Suara Fritz tak jauh berbeda dengan sang mantan suami.

“Maaf! Aku kira Fernando,” kata Callista kepada pria itu.

“Tak perlu meminta maaf. Kau sedang apa di sini? Tidak biasanya kau pergi ke bar.” Fritz tampak penasaran. Dia duduk di samping Callista.

“Kebetulan aku lewat jalanan ini dan mampir sebentar. Kata orang ini, mereka menjual informasi, siapa tahu mereka bisa membantuku,” jawab Callista seraya menunjuk Richard lalu sedikit mengubah posisi duduknya agar Fritz bisa melihat pria di sampingnya itu.

Alih-alih membalas, Fritz malah menunjukkan raut wajah terkejut. Kedua matanya membelalak dengan lebar. Hal ini membuat Callista mengernyitkan dahi karena kebingungan. Ada apa dengan pria ini? Tanyanya dalam hati.

“Kenapa wajahmu tampak terkejut begitu?” tanya Callista. Fritz langsung mengubah ekspresinya menjadi datar lalu menatap ke arah bar.

“Ti-tidak apa-apa. Sejak kapan kau mengenal orang itu?” jawabnya sekaligus membalikkan pertanyaan.

“Baru saja. Sebelum kemari, kami mendapatkan sedikit masalah. Kebetulan lokasi kami bertemu tak jauh dari bar ini, makanya kami ke sini untuk mengobrol.” Saat menjawab pertanyaan dari Fritz, Callista melihat kedua tangan pria itu tampak bergemetar.

“Aku Richard, teman baru Fleischer. Siapa namamu dan apa hubunganmu dengan dia?” Kini giliran Richard yang bertanya kepada Fritz. Tak ada jawaban dari pria itu, dia malah berdiri dari duduknya lalu membisikkan sesuatu kepada Callista dan pergi begitu saja. Melihat kepergian Fritz, Callista dan Richard hanya bisa memandanginya sampai ke pintu masuk bar.

“Tidak biasanya Fritz akan bersikap begitu dengan orang lain,” kata Callista.

Richard menolehkan kepala lalu menyahut, “Mungkin dia sedang banyak masalah. Oh iya, bagaimana jawabanmu atas pertanyaanku tadi? Kau belum menjawabnya.”

“Kau benar,” ujar Callista lalu meneguk sedikit alkohol yang sedari tadi sudah ada di depannya. “Sebenarnya aku sedang mencari seseorang yang telah membunuh suamiku. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana rupa orang tersebut, tapi menurut informasi yang aku dapatkan, ada kemungkinan dia terlibat dengan para kriminal lainnya. Orang tadi adalah salah satu yang mungkin tahu tentang si pelaku penembakan.”

“Seseorang membunuh suamimu? Kapan kejadiannya?”

“Sebulan yang lalu, tepat di hari pernikahanku. Aku ….” Callista menghentikan ucapannya. Dia terlihat menggenggam gelas alkohol dengan erat. “Lupakan saja! Aku tidak mau membicarakannya,” lanjut dia tanpa menoleh.

“Baiklah kalau kau tak mau membahasnya, tak masalah,” balas Richard. Callista hanya menganggukkan kepala.

Hampir saja dia memberitahukan kejadian waktu itu. Padahal dirinya bertekad untuk menyembunyikannya serta melupakan. Namun tanpa sengaja, Callista malah hendak memberi tahu. Beruntung dia langsung ingat dan menghentikan ucapan yang akan dia lontarkan.

Di sisi lain, dia kembali teringat dengan kejadian tersebut. Suara tembakan, kesakitan Fernando dan bisikan yang terdengar entah dari mana kembali terngiang di benaknya. Tidak seharusnya Callista membeberkan hal sepenting itu kepada orang asing, apalagi kepada orang yang baru saja dia kenal beberapa menit lalu. Kini dirinya membuang napas dengan kasar dan menyesali kecerobohannya.

Pria di samping Callista berkata kalau seorang bartender wanita yang ada di depan mereka itu adalah seorang informan. Wanita tersebut bernama Fliora, dia cukup terkenal di kawasan ini. Sudah banyak orang asing datang kepadanya untuk meminta informasi penting. Tidak ada yang tahu dari mana Fliora mendapatkan informasi-informasi itu.

“Ehm … sepertinya aku pernah mendengar tentang kejadian di taman itu. Seingatku kamera pengawas di sana sudah dirusak. Sepertinya si pelaku sendiri yang merusaknya, tapi bukan dari luar, melainkan dari dalam. Ada kemungkinan dia melakukan peretasan yang membuat kamera tersebut menjadi tidak berfungsi,” jelas Fliora setelah mendengar penjelasan singkat dari Callista. Wanita ini mempertanyakan sesuatu tentang kejadian penembakan pada bulan lalu yang terjadi di sebuah taman.

“Apakah kau pernah menyelidiki penembakan itu?” tanya Richard.

Fliora terdiam, seperti sedang mengingat-ingat. Dia pun menjawab, “Ya, aku sempat menyelidikinya untuk kesenanganku sendiri. Tak banyak yang aku ketahui karena tidak ada bukti siapa yang melakukan penembakan, tapi ada hal menarik yang aku dapatkan. Ketika aku meretas kamera pengawas di sekitaran taman, aku melihat pria berpakaian serba hitam, memakai tudung jaket dan bermasker mengikuti seorang pria lainnya yang aku duga dia adalah salah satu tamu yang ada di acara pernikahan itu.”

“Sungguh? Apakah kau mencari tahu siapa orang itu?” Kini giliran Callista yang bertanya. Jelas sekali kalau wanita ini sangat ingin tahu.

“Ya, dia masuk ke dalam gang yang tak jauh dari taman bersama pria itu. Sayang sekali, di sana tidak ada kamera pengawas, aku tak bisa melihat apa yang mereka lakukan,” jawabnya. Callista terdiam, dia sedang memikirkan perkataan Fliora. Kira-kira siapa pria itu? Kenapa mengikuti orang lain? Tanyanya dalam hati.

Selain memberikan informasi tersebut, Fliora juga mengungkapkan bahwa dalam beberapa jam kemudian, ada mobil polisi serta ambulance datang bersamaan dengan keluarnya pria bertudung itu dari dalam gang. Terlihat kantung mayat dibawa keluar dari gang dan dimasukkan ke dalam mobil ambulance. Tentu saja hal ini mengejutkan Callista serta Richard. Mereka menduga kalau pria bertudung itu telah membunuh pria yang diikutinya.

Sayang sekali, tidak ada bukti nyata, tapi Callista sudah mendapatkan identitas pria yang telah meninggal itu dari Fliora. Karena tidak ada informasi lagi yang bisa diberikan oleh Fliora, Callista pun berpamitan dan keluar dari bar.

“Apakah kau akan pergi ke lokasi itu?” tanya Richard. Callista menoleh.

“Tidak. Mungkin besok saja, malam ini aku cukup lelah dan ingin istirahat. Terima kasih sudah mentraktirku dan membawaku ke sini. Sampai jumpa!" jawab Callista lalu berjalan meninggalkan Richard.

“AWAS!” Callista terkejut saat Richard menariknya dengan cukup kencang dan menubrukkan punggungnya ke dinding bangunan yang tak jauh dari mereka. Dengan refleks, Richard langsung berdiri di depannya. Kedua tangan pria itu diletakkan ke dinding, seperti berusaha untuk melindungi dia dari orang-orang yang sedang kejar-kejaran di jalanan gang ini. Jika saja dia tidak ditarik oleh pria itu, kemungkinan dia akan tertabrak oleh mereka.

Callista sangat terkejut, apalagi kini Richard tepat berada di depannya dalam jarak yang sangat dekat. Ketika Richard menoleh, mata kedua insan ini pun bertemu. Wanita ini kembali dikejutkan dengan keindahan dari mata Richard yang berwarna hijau. Tentu saja Callista tidak pernah bertemu dengan orang yang memiliki warna mata yang seindah itu.

Seketika saja Richard memajukan kepalanya, hendak mendekati Callista dalam jarak sedekat ini. Entah kenapa, wanita itu bergeming seakan-akan terhipnotis oleh keindahan mata Richard. Dia tidak sadar kalau pria di depannya ini akan melakukan sesuatu.

“Apa yang kalian lakukan?” Seseorang mengejutkan mereka hingga mereka tersadar. Richard langsung menjauhkan diri serta membelakangi, sementara Callista menundukkan kepala. Wajahnya terlihat memerah, mencoba menahan malu karena sudah dipergok oleh Fritz Ryker. Ya, pria itu yang sudah membuat mereka terkejut.

“Ehm … kalau begitu, aku pergi saja,” ucap Richard seraya membalikkan badan menghadap ke arah Callista.

“Baiklah. Terima kasih atas bantuanmu,” balas Callista. Pria itu mengangguk lalu pergi meninggalkan dua insan ini.

“Kau … apakah kau tahu siapa pria itu hah?” omel Fritz tiba-tiba.

Callista mendengkus lalu berjalan meninggalkan Fritz. Pria ini pun mengikuti wanita itu seraya berkata, “Kau harus menjauhinya, Callista. Dia berbahaya untukmu dan tidak pantas menjadi temanmu.”

“Dia berbahaya atau tidak, bukan urusanmu, Fritz. Lagi pula kami baru bertemu karena kebetulan. Memangnya kau tahu apa tentang dia sehingga kau memintaku untuk menjauhinya?” sahutnya tanpa menoleh.

“Dia seorang bos mafia,” jawab Fritz.

“Apa?!”

Bersambung …

Related chapters

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 4. Rahasia di Balik Pertemuan

    Callista berhenti melangkahkan kakinya dan berbalik menghadap ke arah Fritz. Dia sangat terkejut ketika mendengar ucapan pria itu. Dia kembali bertanya, “Apa kau bilang? Dia seorang bos mafia?”“Ya, dia berbahaya. Kau harus menjauhinya, Callista. Jika kau berurusan dengan dia, kemungkinan kau tidak akan dilepaskan olehnya. Ka-““Apakah kau memiliki bukti? Jika tidak ada bukti, jangan berbicara sembarangan! Dia hanyalah seorang CEO dari sebuah perusahaan, tidak mungkin seorang bos mafia. Terlihat dari wajahnya, tidak mungkin dia berbohong kepadaku,” tukas Callista tidak terima. Wanita ini tidak mengerti kenapa dirinya berkata begitu kepada Fritz. Padahal di dalam benaknya, dia ingin mempercayai ucapan temannya itu.“Kau tidak percaya kepadaku?” tanya Fritz dengan raut wajah menahan kesal.“Bukannya aku tidak percaya, aku hanya tidak mau kau berbicara sembarangan tentang orang lain,” jawab Callista.“Apakah kau membelanya setelah melihat wajah tampannya itu dalam jarak dekat?” sindir Fr

    Last Updated : 2023-01-06
  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 5. Panggilan

    Callista berjalan seorang diri di sekitaran taman yang menjadi lokasi penembakan pada bulan lalu. Meski kenangan pahit itu kembali dia ingat, dirinya tidak ingin menyerah dan terus menelusuri kawasan itu. Siapa tahu ada sesuatu yang tertinggal, yang bisa menjadi petunjuk baginya. Padahal sudah berulang kali dia datang kemari, tetapi dia tidak menemukan apapun.Karena informasi yang dia dapatkan semalam cukup meyakinkan, makanya dia kembali ke sini untuk memastikannya sendiri. Kini dia berhenti di depan sebuah gang yang dimaksud oleh Fliora. Gang tersebut menjadi saksi kematian seorang pria yang dibunuh oleh seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Ada kemungkinan si pelaku adalah orang yang sama, mengingat kalau pelaku itu pergi ke sini setelah kejadian penembakan di taman sekitaran kawasan ini.Callista menghampiri seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari rumahnya. Dia menanyakan tentang kejadian waktu itu. Menurut pria tersebut, sebelum para medis dan kepolisian datang

    Last Updated : 2023-01-06
  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 6. Bekerja Sama

    Dengan cepat Callista membalikkan arah jalannya lalu menarik kerah pakaian Letizia. Dia mengancam, “Jika kau tahu tentang si pelaku itu, katakan kepadaku! Kalau tidak, aku akan membunuhmu!”Secara perlahan, Letizia menarik tangan Callista. Wanita ini tertawa pelan. “Jangan terburu-buru, Senior! Aku tak akan memberikan informasi secara percuma. Sebagai anggota dari Foreszther, seharusnya kau tahu akan hal itu,” balasnya.“Aku bukan anggota mereka lagi dan tidak sudi bekerja sama denganmu! Ka-““Tidak masalah kalau kau bukan lagi anggota di sana, aku tak begitu memedulikannya, tapi kita harus bekerja sama. Kau ingin informasi itu, kan?” tukas Letizia membuat Callista berdecak. Dengan kasar, wanita itu menarik tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Letizia lalu menjauh.Callista sangat kesal karena di saat dia ingin mendapatkan informasi tentang si pelaku penembakan, malah ada orang lain yang ingin memanfaatkannya, terutama orang asing seperti Letizia. Ditambah wanita itu adalah anggo

    Last Updated : 2023-03-16
  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 7. Kesempatan dan Kesepakatan

    Pria di depan wanita ini terlihat tertawa pelan, membuat Callista menjadi kesal sendiri. Dengan perlahan, dia memegang senjata itu seraya menatap tajam mata Callista. Dirinya berkata, “Jangan seperti itu kepada bosmu sendiri, Zouch! Aku ingin kau kembali bergabung. Sebagai gantinya, aku akan menjawab semua keingintahuanmu tentang Fernando Foligno.”Alih-alih membalas, Callista hanya bergeming seraya menatapnya dengan tajam. Karena tak ada balasan, pria itu melanjutkan, “Silakan lubangi leherku! Alih-alih aku yang mati, malah kau yang tergeletak bersimbah darah akibat peluru anak buahku.”“Bagus, Bos Alberto! Dengan begitu kau kehilangan orang seperti aku.” Alberto langsung terdiam. Pria itu terlihat menahan emosinya setelah Callista berkata begitu. Melihat bagaimana reaksinya, Callista hanya mendesis.“Lebih baik kau beri tahu aku informasi tentang Fernando! Aku masih bisa sabar. Kalau tidak, aku akan benar-benar menghancurkan tempat ini meski harus kehilangan nyawaku sendiri!” ancam

    Last Updated : 2023-03-17
  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 8. Tim Baru

    Callista sudah membulatkan tekadnya untuk bergabung dengan kelompok ini dan bekerja di bawah perintah Alberto. Dirinya terpaksa memutuskan hal tersebut demi menuntaskan balas dendam. Dia merasa hanya ini jalan satu-satunya. Kalau ada kesempatan besar, kenapa dia harus membuang kesempatan itu? Meski nyawa taruhannya dan memiliki risiko tinggi, Callista tak peduli.Mendengar keputusan yang disampaikan Callista membuat Alberto tertawa. Dia begitu senang karena wanita yang telah dia tunggu selama ini, kini bersedia bekerja sama. Tentu saja banyak rencana yang Alberto siapkan agar Callista tetap bergabung dan enggan untuk meninggalkan kelompok ini. Termasuk memasukkannya ke dalam tim yang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari sebelum wanita di depannya itu datang ke hadapan dia.“Keputusan yang bagus, Zouch. Dengan begini kita sudah sepakat, bukan?” tanya pria itu. Callista menganggukkan kepalanya.“Ya, asalkan kau menepati janjimu. Kalau tidak, aku tak akan segan untuk melakukan sesuatu kep

    Last Updated : 2023-03-18
  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 9. Kembali Bertemu

    Teman-teman Vittoria terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Callista. Mereka sempat meminta wanita itu untuk melepaskan Vittoria. Namun dia enggan menjauh dan masih menatap tajam mata Vittoria yang kini terlihat membalas dengan tatapan tajam juga. Hal ini membuat Callista menjadi kesal kepadanya. “Vittoria, lebih baik kita tidak perlu tahu sampai sejauh itu. Kita bukanlah siapa-siapa baginya, apalagi baru kenal beberapa menit lalu.” Kini Justin menegur Vittoria. Wanita itu pun mendesis setelah Callista menjauhkan diri darinya. Terlihat jelas dia juga kesal dengan Justin. “Atas nama Vittoria, aku minta maaf, Zouch! Dia tidak bermaksud begitu,” katanya kepada Callista. “Katakan kepada anak buahmu itu untuk menutup mulutnya,” balas Callista tanpa menoleh. Justin menganggukkan kepala. Dia pun menyuruh mereka untuk duduk, termasuk Callista. Wanita ini menurut dan duduk kembali di sofa yang sebelumnya. Daripada membahas hal yang tak perlu dibicarakan, Justin memilih untuk memberitahukan

    Last Updated : 2023-03-19
  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 10. Saling Berdalih

    Callista berhenti menyerang dan terkejut ketika melihat siapa orang yang kini ada di hadapan dia. Dirinya bertanya, “Richard? Huft! Ku kira siapa.”“Sepertinya kau hebat dalam bertarung dan memiliki kepekaan akan bahaya yang akan menyerangmu,” ujar Richard membuat Callista terkekeh pelan.“Hanya kebetulan saja. Aku sangat khawatir kalau seseorang membuatku celaka, ditambah sebelum ke sini aku sempat dijahili oleh orang lain, makanya aku mencoba menyerang meski tak pandai berkelahi,” dalihnya. Tak mungkin dia mengatakan kalau dirinya bisa berkelahi dan memiliki kepekaan akan situasi di sekitarnya. Callista tak mau pria di depannya itu tahu kalau dia tidak selemah yang dikira Richard.Richard manggut-manggut setelah mendengar penjelasan dari Callista. Dia pun bertanya, “Lalu kenapa kau ke ruangan ini?”“Aku mencoba memancing orang yang menjahiliku. Tidak ku sangka ternyata kau yang datang,” jawab Callista. Richard kembali manggut-manggut. Kini giliran Callista yang bertanya kenapa pria

    Last Updated : 2023-03-20
  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 11. Penyerangan

    “Kau siapa? Apa alasanmu ingin membunuhku?” tanya Callista tanpa menoleh.“Jangan banyak bertanya! Aku akan membawamu ke suatu tempat dan kau akan dibunuh di sana. Sekarang berjalanlah dan jangan bicara!” Orang yang menodongkan senjata itu pun mendorong Callista agar melangkahkan kakinya. Dengan arahan dia, wanita ini terpaksa menurut. Tentu saja dirinya dilarang agar tidak menoleh, mengajukan pertanyaan dan hanya bisa menurut. Ditambah Callista penasaran, apa yang diinginkan orang itu darinya?Tak lama, mereka sampai di sebuah bangunan. Callista diminta untuk masuk ke dalam bersama si penodong itu. Ruangan di bangunan ini terlihat remang-remang. Callista tidak bisa melihat apa saja yang ada di sini, bahkan sangat sepi sekali. Orang yang ada di belakang wanita ini pun terus menuntunnya sampai naik tangga berulang kali hingga berhenti di rooftop.Tiba-tiba saja Callista didorong dengan keras hingga hampir terjatuh. Dengan sigap dia berbalik dan melihat seseorang memakai topeng tengah m

    Last Updated : 2023-03-21

Latest chapter

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 180. Aku Mencintaimu, Bos Mafia! ( TAMAT )

    Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 179. Bos ValHolitz vs Bos Forezsther

    Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 178. Selamat Tinggal!

    Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 177. Perang Dimulai!

    Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 176. Bersiap Perang!

    “Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 175. Kisah Masa Lalu

    Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 174. Tidak Percaya

    Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 173. Benda Pemberian

    Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 172. Tak Bisa Menyangkal

    “Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih

DMCA.com Protection Status