Callista membuka matanya secara perlahan. Mata kirinya yang terasa sakit membuat dia meringis kesakitan, dirinya hanya bisa membukanya sedikit. Sementara mata kanannya baik-baik saja. Wajah Callista sudah sangat babak belur, ada lebam serta luka di mana-mana. Pelipisnya berdarah, mata kiri bengkak, dan darah yang keluar dari hidung atau mulutnya. Anggota The Crow Hunters tampaknya tidak main-main, mereka benar-benar memukul Callista tanpa hati. Padahal dia seorang wanita, tapi tetap saja dipukul hingga babak belur seperti ini. Bahkan tubuh dia juga dibuat kesakitan.
Callista dapat merasakan kalau darah yang ada di hidungnya terus mengalir, serta rasa sakit yang luar biasa. Ditambah kepalanya terasa sakit akibat pukulan. Wanita ini pun membuang darah yang ada di mulutnya. Dia mencoba untuk melepaskan ikatan itu yang membelenggu pergelangan tangan dan kaki, tapi tidak bisa karena saking kuatnya mereka mengikat dia.
“Kau sudah bangun, Zouch?” Tiba-tiba saja te
Callista menundukkan kepalanya seusai berkata begitu. Dia sudah memutuskannya walau hatinya belum yakin, tapi semua keputusan itu demi orang tuanya agar tidak dibunuh oleh The Crow Hunters. Dia sudah mengambil keputusan ketika melihat bagaimana raut wajah ayah dan ibunya ketika mereka berbicara, dia tidak mau melihat keduanya dibunuh tepat di depannya. Jika hal tersebut terjadi, mungkin Callista akan mengamuk dan tidak terkendali. Bisa saja dia membalaskan dendamnya kepada Alberto. Sayangnya, dia tidak memilih hal itu.Callista memilih untuk merelakan masa depan yang sudah dia rencanakan. Menikah dengan orang yang tidak terlibat dengan kriminal, menikmati hidup tanpa dikejar polisi, ataupun memiliki keluarga yang bahagia. Semua itu harus dia buang jauh-jauh demi orang tuanya. Tentu saja dia tidak akan melupakan keegoisan Alberto, dia sangat dendam dengan pria itu. Karenanya, Callista harus menikah dengan bos mafia. Entah bagaimana masa depannya nanti, Callista tidak tahu. Bah
“Zouch!” seru seseorang membuat Callista menoleh. Fritz dan anggota tim Chasseurs datang ke ruang bawah tanah setelah mereka melihat pintu ruangan ini terbuka. Mereka segera menghampiri wanita itu dan membantunya berdiri.“Tubuhku tidak bisa digerakkan karena terlalu lama diikat,” kata Callista.“Kami akan membawamu ke ruang medis,” ucap Justin. Callista hanya menganggukkan kepalanya. Dia pun dibawa ke ruang medis untuk mendapatkan perawatan.Setelah diperiksa oleh perawat di sana dan wajahnya bersih dari darah, tim Chasseurs pun masuk ke dalam untuk melihat kondisi Callista. Wanita itu tampak melamun seraya menatap ke langit-langit ruangan. Bahkan tidak sadar kalau rekan timnya masuk ke dalam ruang medis. Fritz memberanikan diri dengan menyentuh lengan Callista hingga dia menolehkan kepalanya.“Aku baik-baik saja, Fritz,” kata Callista. Dia mengerti dengan tatapan khawatir yang ditunjukkan oleh temannya.
Callista mendengkus kesal setelah mendengar nasihat dari Florence. Wanita itu sudah pergi dari kamarnya, Callista pun merebahkan dirinya ke atas kasur. Dia menatap langit-langit ruangan. Sebenarnya dia memikirkan apa yang dikatakan oleh sang ibu angkat, dirinya juga tidak mau seperti ini. Namun dia terpaksa melakukannya agar bisa menenangkan diri. Memang benar dia melarikan diri dari masalah, tapi bukan berarti dia akan berlari terus menerus. Dia hanya ingin membuat hatinya jauh lebih tenang dengan berada di tempat yang sepi, tanpa diganggu siapapun dan tanpa dibuat emosi oleh seseorang.Kedatangannya ke rumah Florence juga bukan semata-mata untuk melarikan diri, dia ingin membuat rencana yang bagus dalam suasana sepi. Apalagi kota yang dia datangi tidak sepadat Kota Napoli. Ditambah tidak ada yang mengenalnya, dengan begitu tempat ini sangat cocok untuknya merancang rencana. Walaupun dia sendiri merasa kalau sia-sia saja melakukan hal tersebut, apalagi musuhnya jauh lebih ku
“Aku tidak peduli dia menyukaiku atau tidak, yang pasti aku yakin kalau dia menginginkan sesuatu dariku. Entah apa itu, aku harus berhati-hati dengannya. Oh iya, ada kemungkinan dia tahu tentang pelaku yang sudah membunuh Fernando.” Perkataan Callista membuat Florence terkejut. Callista tidak pernah memberi tahu hal itu, jelas saja kalau wanita ini kaget dengan perkataannya.“Kalau kau memiliki bukti dia tahu pelakunya, maka kau memang harus berhati-hati, Callista. Aku tidak mau kau salah mengambil langkah, karena sedikit saja kau melakukan kesalahan, nyawamu akan berada di genggamannya,” balas Florence.Callista menghentikan aktivitasnya lalu menoleh, “Maka dari itu jangan mudah percaya dengannya. Kita tidak tahu rencana apa yang sedang dia sembunyikan dariku. Meski muak, aku ingin mendekatinya agar bisa tahu tentang si pelaku.”“Baiklah. Aku percaya denganmu. Tetaplah berhati-hati!” Callista hanya menganggukkan k
“Kau mengancamku? Apakah kau takut dan malu kalau memberi tahu kami? Jujur saja! Kau pasti malu, kan? Hukuman itu pantas kau dapatkan karena kesalahanmu sendiri. Seharusnya bos membuatmu trauma!” geram Vittoria membuat Callista naik pitam.Dengan gerakan cepat, wanita itu langsung menyingkirkan meja lalu menutup mulut Vittoria dengan kencang. Semua orang yang ada di ruangan ini terkejut melihat reaksi Callista. Ditambah mereka kaget karena Callista bergerak begitu cepat. Vittoria juga sama, dirinya sampai mematung ketika Callista berada di depannya.“Tidak bisakah kau diam hah? Kenapa kau senang sekali mengurusi hidup orang lain? Apakah kau ingin mulutmu itu ku jahit agar diam?” tanya Callista dengan nada pelan tetapi penuh penekanan. Vittoria menggelengkan kepalanya. Callista pun menjauhkan diri dan duduk lagi di kursi yang dia duduki tadi.Tampak Callista begitu emosi, hanya saja emosinya tertahan dan tidak meledak. Wajahnya sampai meme
Ancaman yang keluar dari mulut Callista membuat Fritz mendengkus kesal. Sebenarnya dia ingin melakukan sesuatu untuk membantu sang teman, rupanya Callista sudah tahu apa yang dipikirkan Fritz. Ancaman itu hanya agar Fritz tidak melakukan suatu hal yang membahayakan Fritz di belakang Callista. Wanita ini tidak mau temannya mengalami kejadian mengerikan yang sama seperti waktu itu.“Kau sudah kehilangan indera pengecapmu, aku tidak mau kau kehilangan bagian tubuh yang lain,” lanjut Callista. Fritz menyerah, pria itu menganggukkan kepalanya dan membalas kalau dia tidak akan ikut campur. Namun kalau sesuatu terjadi kepada Callista, Fritz ingin Callista meminta bantuannya. Tentu saja wanita tersebut menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Fritz.Setelah pembicaraan itu, mereka saling diam satu sama lain. Fritz memikirkan ucapan Callista yang masih membuatnya bertanya-tanya dan bingung. Dengan gerakan tanya, Fritz mempertanyakan apakah Callista dipaksa oleh Alber
Callista sudah menduga kalau Richard akan membicarakan sesuatu tentang pernikahan. Alih-alih meminta Alberto untuk membatalkan semuanya, pria ini malah melanjutkan seakan-akan keputusan yang Callista ambil membuatnya puas. Callista mendengkus dengan kasar lalu memundurkan tubuhnya agar menjauh dari Richard.Wanita ini menghentikan langkahnya setelah cukup jauh dari pria itu lalu berkata, “Oh ya, wajar saja kalau kau ingin membicarakan hal itu. Kau merasa sudah menang, kan? Dengan begini kau bisa menikahiku kapanpun tanpa bisa aku tolak. Jika aku menolak, seseorang akan mati. Aku tak mengharapkan kau akan mengubah keadaan karena aku tahu pria licik sepertimu lebih memilih menerima kesempatan ini daripada menyia-nyiakannya.”Mendengar perkataan itu, Richard tidak merespon. Pria tersebut hanya memandangi Callista, menunggu kelanjutan dari ucapan wanita itu. Walau dia sedikit naik pitam karena Callista berkata kasar, tapi dia tidak bisa menyangkalnya. Apa yang
Callista mendengkus pelan ketika pria itu mulai masuk ke dalam ruangan ini. Kalau bukan karena untuk membicarakan tentang masa percobaannya, mungkin Callista tidak akan datang. Namun dia sedikit lega sebab di sini bukan hanya dirinya dan Alberto, melainkan anggota tim Chasseurs juga. Setidaknya dia tidak bersama sang bos di ruangan bosnya. Hal itu akan membuat dia semakin muak dengan Alberto.Tanpa basa-basi, Alberto menjelaskan tentang bergabungnya Callista dari empat bulan lalu sampai hari ini. Banyak hal yang dilalui oleh tim Chasseurs bersama dengan wanita itu. Pengalaman bekerja sama juga menjadi hal yang tidak bisa dilupakan. Meski ada keterpaksaan, tapi tim Chasseurs dan Callista bisa bekerja sama dengan baik. Alberto sangat membanggakan hal itu.Pria tersebut juga menjelaskan kalau bergabungnya Fritz dan Letizia membuat tim ini menjadi tidak terkalahkan, bahkan menjadi tim terbaik di Forezsther. Walau mereka mengalami beberapa kejadian tidak mengenakkan, tapi s
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih