Ancaman yang keluar dari mulut Callista membuat Fritz mendengkus kesal. Sebenarnya dia ingin melakukan sesuatu untuk membantu sang teman, rupanya Callista sudah tahu apa yang dipikirkan Fritz. Ancaman itu hanya agar Fritz tidak melakukan suatu hal yang membahayakan Fritz di belakang Callista. Wanita ini tidak mau temannya mengalami kejadian mengerikan yang sama seperti waktu itu.
“Kau sudah kehilangan indera pengecapmu, aku tidak mau kau kehilangan bagian tubuh yang lain,” lanjut Callista. Fritz menyerah, pria itu menganggukkan kepalanya dan membalas kalau dia tidak akan ikut campur. Namun kalau sesuatu terjadi kepada Callista, Fritz ingin Callista meminta bantuannya. Tentu saja wanita tersebut menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Fritz.
Setelah pembicaraan itu, mereka saling diam satu sama lain. Fritz memikirkan ucapan Callista yang masih membuatnya bertanya-tanya dan bingung. Dengan gerakan tanya, Fritz mempertanyakan apakah Callista dipaksa oleh Alber
Callista sudah menduga kalau Richard akan membicarakan sesuatu tentang pernikahan. Alih-alih meminta Alberto untuk membatalkan semuanya, pria ini malah melanjutkan seakan-akan keputusan yang Callista ambil membuatnya puas. Callista mendengkus dengan kasar lalu memundurkan tubuhnya agar menjauh dari Richard.Wanita ini menghentikan langkahnya setelah cukup jauh dari pria itu lalu berkata, “Oh ya, wajar saja kalau kau ingin membicarakan hal itu. Kau merasa sudah menang, kan? Dengan begini kau bisa menikahiku kapanpun tanpa bisa aku tolak. Jika aku menolak, seseorang akan mati. Aku tak mengharapkan kau akan mengubah keadaan karena aku tahu pria licik sepertimu lebih memilih menerima kesempatan ini daripada menyia-nyiakannya.”Mendengar perkataan itu, Richard tidak merespon. Pria tersebut hanya memandangi Callista, menunggu kelanjutan dari ucapan wanita itu. Walau dia sedikit naik pitam karena Callista berkata kasar, tapi dia tidak bisa menyangkalnya. Apa yang
Callista mendengkus pelan ketika pria itu mulai masuk ke dalam ruangan ini. Kalau bukan karena untuk membicarakan tentang masa percobaannya, mungkin Callista tidak akan datang. Namun dia sedikit lega sebab di sini bukan hanya dirinya dan Alberto, melainkan anggota tim Chasseurs juga. Setidaknya dia tidak bersama sang bos di ruangan bosnya. Hal itu akan membuat dia semakin muak dengan Alberto.Tanpa basa-basi, Alberto menjelaskan tentang bergabungnya Callista dari empat bulan lalu sampai hari ini. Banyak hal yang dilalui oleh tim Chasseurs bersama dengan wanita itu. Pengalaman bekerja sama juga menjadi hal yang tidak bisa dilupakan. Meski ada keterpaksaan, tapi tim Chasseurs dan Callista bisa bekerja sama dengan baik. Alberto sangat membanggakan hal itu.Pria tersebut juga menjelaskan kalau bergabungnya Fritz dan Letizia membuat tim ini menjadi tidak terkalahkan, bahkan menjadi tim terbaik di Forezsther. Walau mereka mengalami beberapa kejadian tidak mengenakkan, tapi s
Tiba-tiba saja, anggota dari tim The Crow Hunters masuk ke dalam ruangan ini. Mereka sempat memperkenalkan diri di depan semua anggota tim Chasseurs. Secara bersamaan Justin dan Fritz yang baru melihat Ethaniel langsung mematung. Mata kedua pria itu membelalak lebar dengan tubuh yang bergemetar. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, keduanya melihat lagi pria kejam itu.“Aku sudah memintamu Zouch, tapi kau mengacuhkan apa yang aku katakan. Sekarang aku ingin kau bergabung dengan mereka! Aku rasa aku tidak perlu lagi menjelaskan alasannya kepadamu,” lanjut Alberto seusai perkenalan anggota tim itu. Dengan cepat Callista menghampiri bosnya, hendak mencekik pria tersebut agar tidak lagi memerintahkan dia untuk bergabung dengan tim. Namun tiba-tiba saja dia terlempar begitu saja dan menubruk dinding setelah ditendang sebelum sampai ke Alberto. Semuanya terkejut, begitupun dengan dirinya.Ethaniel berada di depan sang bos, ternyata pria itulah yang sudah me
Sayang sekali, Richard malah menolak. Callista berdecak kesal dengan keberadaan pria itu. Tanpa memedulikannya, Callista pun berkata kepada sang bos bahwa dia sangat menolak apa yang diinginkan oleh Alberto. Callista merasa kalau percuma saja melakukan masa percobaan kalau akhirnya Callista akan bekerja bersama dengan tim. Untuk apa melakukan hal tersebut? Dia menghabiskan waktu tiga bulan hanya untuk menuruti perintah dari bosnya, bahkan meninggalkan tujuan utama dia bergabung dengan Forezsther. Dirinya begitu kecewa dengan Alberto, dia juga menyatakan kalau dia membencinya.Selain itu, Callista mengingatkan kembali kepada sang Bos Forezsther tentang ucapannya yang akan membiarkan Callista untuk memilih antara bergabung dengan tim atau tidak setelah menjalankan masa percobaannya. Alberto harus menepati janjinya, bukan malah tidak peduli dengan apa yang sudah dilontarkan pada waktu itu.“Keputusan akhirku adalah aku tidak akan masuk ke tim manapun dan memilih bek
Callista sempat berterima kasih karena sudah membuat Alberto menerima penolakannya. Kalau saja Richard tidak mengancam, mungkin pembicaraan tadi akan terus berlanjut entah sampai kapan. Perdebatan antara dia dengan bosnya membuat dirinya menjadi sangat kesal. Apalagi Alberto tampak sangat keras kepala, padahal Callista sudah berusaha untuk menuruti perintahnya yang lain. Bahkan ketika dia merelakan masa depannya yang dia harapkan, Alberto tetap memintanya melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan. Hal tersebut menyebabkan hati Callista menjadi semakin membencinya.Mendengar Callista berterima kasih, Richard hanya menganggukkan kepalanya. Sebagai balasan, dia ingin Callista menjelaskan tentang pembicaraan di markas Forezsther. Mau tak mau Callista menjelaskan semuanya walau tidak detail. Namun dia tidak memberi tahu tim mana yang dimaksud Alberto. Dia tidak ingin Richard tahu tentang tim rahasia yang dibentuk Forezsther. Bagaimanapun juga, dia adalah anggota Forezsther da
Richard terdiam, dia mencoba untuk mempertimbangkan ucapan Callista. Menceraikan? Kata itu terdengar menyakitkan. Meski dirinya yang mengatakannya duluan, tapi Richard tidak mengira akan mendengar kata cerai. Dia membenci kata tersebut, tapi karena wanita di depannya ini tidak memiliki perasaan kepadanya, hal itu wajar disebut oleh Callista. Richard pun menganggukkan kepala.“Baiklah. Kita akan bercerai, tapi aku tak mau kalau pernikahanku hanya berjalan selama dua atau tiga bulan. Aku ingin hubungan itu bertahan sampai satu tahun. Bagaimana?” ujarnya setelah beberapa menit terdiam.“Satu tahun? Cukup lama, tapi baiklah. Aku tak mau menolak lagi,” jawab Callista. Richard menganggukkan kepalanya menyetujui. Ada perasaan sedikit senang yang dirasakan pria ini, tapi di sisi lain dia juga merasa khawatir. Namun dirinya tidak mau memikirkan kekhawatiran itu, dia tidak ada waktu untuk memikirkannya dan memilih menikmati apa yang ada di depan dia.
Callista menutup mulutnya ketika dia melihat wajah pria yang ada di samping Gabriel. Wajahnya mirip dengan Fernando, sang mantan suami yang sudah tiada. Callista berusaha untuk menahan perasaannya. Dia pun menghampiri dua orang itu.“Ck! Kau lagi! Jangan seenaknya memanggil namaku!” omel Gabriel setelah Callista berhenti di depannya. Namun Callista tidak merespon, bahkan melihat ke arah Gabriel pun tidak. Dia hanya melihat ke arah teman Gabriel itu.“Fernando? Apakah kau Fernando?” tanya Callista kepada orang itu.“Aku bukan Fernando,” jawab pria itu. Callista semakin terkejut ketika mendengar suaranya yang juga mirip dengan Fernando.“Tidak mungkin. Kau sangat mirip dengannya, bahkan suara juga sama,” balas Callista. Terdengar nada bicaranya mulai bergetar. Tampaknya dia berusaha keras agar tidak mengeluarkan air mata.“Sudah ku bilang aku bukan orang yang kau sebutkan namanya itu!” omeln
“Meski aku bergabung, rasa bersalah kepada kalian tidak akan hilang. Justru membuatku kerepotan kalau bekerja dengan orang lain. Ya, meski kalian membantu, tapi tetap saja. Aku malas melindungi orang lain yang tidak ada hubungannya denganku. Lebih baik aku bekerja sendirian daripada bersama kalian,” lanjutnya. Perkataan Callista terdengar menyakitkan, tapi Callista terpaksa berkata begitu agar Justin tidak mengharapkan dirinya bergabung lagi dengan tim Chasseurs. Ditambah ada alasan lain yang membuatnya enggan kembali.“Sepertinya kau memang sudah benar-benar memutuskannya, ya? Baiklah. Tak apa. Aku tak akan memaksamu, tapi kalau kau ingin bergabung lagi, kami akan sangat senang, terutama aku.” Seusai berkata begitu, Justin langsung pergi meninggalkan Callista. Tampaknya pria tersebut begitu kecewa dengan jawaban wanita ini. Callista hanya memandangi Justin yang sudah masuk kembali ke dalam markas.Seraya berbalik dan berjalan meninggalkan marka