Bab 75Ternyata Mas Hasan dan Nesya memang pintar sekali untuk bersandiwara. Ingin rasanya saat ini aku mengatakan curahan dari Bi Nur kepada Fika, tapi aku takut jika hal ini hanya akan menganggu kuliah dia, apa lagi sebentar lagi dia akan ujian. Tetapi untuk hanya sekedar diam saja, rasanya aku terlalu menjadi istri yang bodoh."Aku harus menanyakan hal ini pada Mas Hasan!" ucapku sembari meletakkan Lio di ranjangnya, karena memang bayiku itu pun sudah terlelap.Segera aku pun mengambil ponsel yang sejak tadi ada di nakas, dan dengan cepat pula menekan nomer telepon Mas Hasan. Tetapi sampai lima kali percobaan panggilanku, nyatanya tak mendapatkan respon sama sekali dari suamiku itu."Apa mungkin Mas Hasan masih di jalan ya?" tanyaku pada diri sendiri. Karena memang tadi dia juga berkata kota yang akan dia tuju jauh dari sini. Dari pada aku semakin gelisah dan menjadi uring-uringan sendiri, aku pun akhirnya memutuskan melakukan sesuatu.Segera Aku pun melangkahkan kaki ke kamar tam
Bab 76Jika sekarang sudah seperti ini, maka aku pun harus menghubungi Fika. Tapi kembali aku ingat jika putriku itu baru saja berangkat, pasti saat ini dia juga dengan menyetir."Apa aku kirim pesan saja ya pada Fika?" tanyaku sambil menimang ponsel. Saat ini aku sudah kembali ke kamar, tak lupa kubawa pula foto dengan tulisan tangan Nesya tadi. Sepertinya dari tulisan tadi juga Aku mengambil kesimpulan jika Nesya bukanlah seorang teman yang baik, banyak hal yang gadis itu sembunyikan saat ini. Ternyata memang tak bisa kita melihat orang lain itu dari penampilan luarnya saja.Ketika aku akan mengetikkan pesan untuk Fika, malah Mas Hasan menghubungiku saat ini. Langsung saja aku menerima panggilan itu. Bismillah aku akan menanyakan semua ini langsung pada Mas Hasan, sebelum semuanya terlambat."Assalamualaikum, Dek. Ada apa tadi menelepon aku? Maaf tadi aku lagi ada di jalan, dan ini lagi break sebentar di rest area tol," ucap Mas Hasan memulai obrolan melalui sambungan telepon.Ku
Bab 77Dulu, saat pertama mengetahui skandal kecurangan Mas Hasan dengan Adelia, aku meski terlihat sangat tegar, tetapi sungguh dalam hati aku hancur. Berusaha terlihat tegar jika di depan orang lain itu yang aku lakukan. Aku bahkan sempat pernah merasakan jika hidup sangat tak berarti sekali saat itu. Jika tak ingat dengan Tuhan, mungkin saat itu aku sudah siap mengakhiri hidup.Namun di kasus yang hampir sama kali ini, kubuat hidupku sesantai mungkin. Awalnya sih karena trauma yang mendalam itu, aku masih down tadi. Tetapi setelah aku berpikir dengan jernih, untuk apa aku down? Untuk apa aku memikirkan lelaki yang sepertinya sedikit pun tak akan berubah? Bukankah lebih baik aku mengambil sisi positifnya saja?Saat ini yang pasti aku harus tetap waras menghadapi semua masalah ini. Diusiaku yang saat ini pun sudah tak muda lagi, maka aku pun tak terlalu boleh memikirkan sebuah masalah hingga berlarut-larut. Yang ada nanti malah aku yang rugi sendiri. Aku harus tetap sehat fisik dan m
Bab 78Uang dari Mas Hasan sebesar dua ratus juta itu telah aku belikan sebuah mobil baru. Tak perlu keluar rumah, karena aku memiliki seorang teman yang bekerja di sebuah dealer mobil besar di kota ini. Tinggal telepon, semua dia yang urus, besok mobil baru itu pasti sudah bertengger di garasi rumahku.Kenapa aku meminta mobil baru? Banyak hal yang aku pikirkan dengan ini. Satu karena memang mulai saat ini aku ingin lebih leluasa keluar rumah, bukan untuk kelayapan tak jelas, tapi ada banyak hal yang ingin aku lakukan. Namun tentu yang paling utama adalah memindahkan banyak aset atas namaku nantinya.Seorang lelaki jika setengah jatuh cinta pada wanita lain pasti akan dengan suka rela mengeluarkan banyak orang demi wanita simpanan itu bukan? Nah, sebelum sebagian harta itu habis maka lebih baik aku mengamankannya dulu.Kebetulan sekali memang rumah yang aku tempati sudah atas namaku, namun masih ada beberapa aset lagi yang sedang aku incar saat ini. Bukan aku saja, tapi aku pun akan
Bab 79Pov Author Setelah menelepon Dewi, dan ternyata Dewi kembali mulai menaruh rasa curiga padanya, Hasan pun langsung menghubungi Nesya."Nes, kamu harus hati-hati dengan Fika ya. Karena sepertinya hubungan kita ini mulai tercium oleh mereka. Kamu bisa kan meyakinkan Fika, karena aku yakin jika nanti dia akan menanyakan hal ini pada kamu," ucap Hasan yang tak bisa menyembunyikan kelakalutan hatinya."Tenang saja Om. Pokoknya aku ini bisa dipercaya kok. Buktinya selama satu bulan ini kita menjalin hubungan, tak ada yang tahu bukan? Om sih kemarin terlalu menggebu padahal lagi di rumah loh. Akhirnya jadi seperti ini deh. Tapi nggak masalah sih. Aku bisa menghandle semuanya kok," jawab Nesya dengan entengnya.Hasan tersenyum kecut sendiri. Saat berada di rumah kemarin, dia memang tak bisa membendung hasrat dengan Nesya. Apa Lagi malam ikut Dewi pun tak mau melayaninya hanya karena sedikit perbedaan pendapat tentang Lio.Alhasil, Hasan pun datang ke sugar baby-nya yang saat itu selal
Bab 80Pov AuthorMeski telah mengetahui skandal terbaru sang suami dengan Nesya, gadis muda sahabat Fika itu, nyatanya malam ini pun Dewi bisa tidur dengan nyenyak. Sesaat di awal tentu dia merasa sangat syok karena sang suami kembali berkhianat. Kesempatan Kedua yang diberikan nyatanya tak digunakan dengan baik. Namun, kemudian Dewi bisa berpikir dengan jernih ketika mengingat Fika dan melihat Lio. Akal sehatnya pun mulai bisa diajak untuk berkompromi saat ini, dan demi masa depan dua buah hatinya, kini dia ingin bangkit."Bi, aku nitip Lio dulu ya. Jika nanti dia rewel atau ada apa gitu. Langsung saja telepon ya. Mungkin nanti aku agak lama sedikit di luar," ucap Dewi siang itu ketika akan berangkat keluar."Tentu Nyonya. Saya pastikan Den Lio tak akan rewel. Tapi Nyonya pun harus berhati-hati ya," jawab Bi Nur yang tahu apa yang sedang dirasakan oleh majikannya itu.Dewi pun hanya mengangguk dan tersenyum, setelah kembali menciumi Lio, wanita berpenampilan kalem itu pun segera be
Bab 81Pov FikaSebenarnya penyelewengan yang dilakukan lagi oleh Papa ini memang sudah aku duga sebelumnya. Hanya saja saat itu aku menghormati Mama sehingga berusaha membuka hati dan kembali memberikan kepercayaan. Padahal saat itu meski Papa terus merengek, tapi aku tak melihat ketulusan di wajahnya. Semua itu dulu kulakukan hanya demi Mama saja.Sekarang, setelah apa yang aku takutkan terjadi, tentu aku tak bisa menyalahkan Mama sepenuhnya. Karena jika aku seperti itu, itu sama artinya dengan aku yang sama jahatnya dengan Papa. Mamaku adalah seorang wanita tangguh yang baik hati. Sifatnya yang rendah hati dan gampang sekali untuk memandikan, kadang memang disalah gunakan oleh orang lain.Tapi kali ini, aku bisa melihat perubahan pada Mama, meski tak melihat wajah beliau secara langsung. Tapi dari nada bicaranya saja aku sudah bisa mengambil satu kesimpulan. Sebagai seorang anak, tentu adalah tugasku untuk selalu mendukung beliau. "Lagi repot nggak nih, Pa?"Pagi ini, setelah mem
Bab 82Pov Author "Fik. Belum siap juga dari tadi? Udah siang loh ini. Keburu nanti Pak Bambang marah loh!" Baru saja Fika membalas chat dari Pak Hasan yang menunjukkan bukti transfer, Nesya sudah berdiri di ambang pintu sambil berucap dengan suara cemprengnya.Hal seperti ini memang adalah rutinitas berhari-hari mereka berdua. Nesya memang yang kadang selalu aktif membangunkan atau menjemput Fika.Sebagai seorang gadis yang memang sejak bayi sudah tinggal di panti asuhan, akhirnya menjadikan Nesya pribadi yang mandiri dan cekatan. Berbeda dengan Fika yang terkadang masih bersifat manja."Sudah dong! Malah sudah siap dari tadi kok," jawab Fika yang sebenarnya berusaha sekuat tenaga untuk menekan emosinya.Sebuah hal yang tentunya tidak mudah, ketika harus berdamai dengan pengkhianat yang menusuk tanpa belas kasihan dari belakang."Ya sudah kalau begitu ayo dong." Nesya menarik tangan Fika dan membawa serta tas gadis berkulit putih itu.Hal seperti ini juga sudah biasa dilakukan oleh