Tendero pulang ke mansion dengan tangan kosong. Sudah berkali-kali Tendero menyusuri setiap jalanan yang bisa dilalui oleh Kanisa, dia bahkan sampai menyisir ke dalam hutan disepanjang jalan yang tidak jauh dari mansionya tapi tetap saja Tendero belum juga kunjung menemukan Kanisa.
Perasaanya saat ini benar-benar campur aduk, gelisah dan juga merasa takut.
Bagaimana jika dia tidak bisa menemukan Kanisa? Apa yang sedang wanita itu lakukan sekarang, bagaimana keadaanya dan ada di mana Kanisa saat ini. Semua itu benar-benar mengusik pikiran Tendero.
“Arrgh!” teriak Tendero murka. Dia melampiaskan semua kekesalannya dengan menghancurkan beberapa vas yang ada di dekatnya bahkan juga barang-barang lainnya. Kahan yang melihat itu hanya bisa mendesah dan menatap iba pada Tendero namun dia tidak menunjukan itu secara terang-terangan kepada Tendero karena Tendero adalah tipe orang yang tidak suka dikasihani.
“Semuanya sudah beres tuan,” ucap Kartika berdiri formal tidak jauh dari Johseon yang sedang meminum kopi di sopa dengan televisi menyala di depannya.Johseon mengangguk dan meletakan cangkir kopinya, dia lalu bangkit berdiri. Berjalan pergi menuju kamar yang di tempati oleh Kanisa, saat Johseon memasuki kamar itu matanya langsung tertumpu pada sosok Kanisa yang berbaring lemah dan tidak sadarkan diri di atas kasur. Selang impus dan juga oksigen tampak terpasang di tubuh wanita itu.Johseon semakin mendekat lalu berhenti begitu dia sudah berada di samping tempat tidur Kanisa.Matanya tidak sedikit pun teralihkan dari sosok dihadapannya itu. Mengamati wajah damai Kanisa yang tampak pucat, sementara kedua matanya tampak tertutup rapat. Entah kapan kedua mata itu akan terbuka.“Pastikan segala kebutuhannya terpenuhi, kau rawat dia dengan baik. Jika diperlukan panggil dokter terbaik unt
Sesampainya di perusahaan TL. Group. Tendero bergegas pergi ke ruang rapat karena rapat hari ini katanya dimajukan lebih cepat. Dengan raut wajah datarnya serta perawakannya yang tampak menawan nan gagah Tendero masuk ke dalam ruangan di mana rapat berlangsung. Begitu dia masuk beberapa orang yang sudah duduk di tempat masing-masing langsung berdiri menyambutnya. Tatapan Tendero jatuh pada sosok tinggi terlihat gagah dan keras yang berdiri di tengah-tengah ruangan tersebut. Pria itu melempar senyum kepada Tendero yang Tendero balas dengan anggukan dan seulas senyum tipis. Tendero pun akhirnya duduk di kursi kepemimpinanya sementara Kahan duduk di sisi kiri Tendero bertugas sebagai sekertarisnya. Semua orang yang tadi sempat berdiri pun kembali duduk dengan rapih di kursi mereka masing-masing begitu rapat akhirnya di mulai. Rapat ini tidak jauh-jauh dari pembahasan mengenai perusahaan John company yang ingin menjalin kerja sama dengan per
5 bulan berlalu, Tendero masih berusaha mencari Kanisa yang menghilang bak di telan bumi, 5 bulan pula Kanisa yang berada di rumah Johseon masih dalam keadaan koma meski Johseon sudah melakukan berbagai cara bahkan memanggil dokter terbaik untuk merawat Kanisa agar Kanisa cepat sadar kembali, tapi seolah betah bermimpi Kanisa tidak kunjung sadarkan diri juga. Jika mengingat keadaan Kanisa yang masih dalam keadaan sama seperti itu Johseon merasa begitu prustasi belum lagi dengan rasa bersalah yang mendera dirinya tidak kunjung pergi. Mungkin ini karma untuknya karena dikehidupan sebelum-sebelumnya Johseon menjadi orang jahat yang tidak kenal ampun bahkan dia tidak memperdulikan nyawa seseorang ketika Johseon mengambilnya dengan begitu mudahnya seolah nyawa-nyawa yang sempat melayang di tangannya itu tidaklah berarti. Dan sekarang, lihatlah dia. Betapa menyedihkannya dirinya hanya karena seorang wanita yang tidak sengaja dia tabrak h
Merasa putus asa karena pencariannya tidak ada hasil Tendero kembali mabuk berat di bar. Marah karena seseorang tanpa sengaja menabraknya dan menumpahkan minuman kebajunya, Tendero membuat keributan dan memukuli orang yang menumpahkan minuman kebajunya hingga kritis. Mengamuknya Tendero membuat Kahan, tangan kanannya kewalahan untuk menangani Tendero, hingga kedatangan Yutaka dan Marl yang kebetulan juga datang ke bar akhirnya berhasil menghentikan kekacauan yang di buat Tendero dan menyeret pria itu pulang ke rumahnya.“Lepaskan aku!” pekik Tendero berusaha memberontak begitu dia tiba di mansion.Dengan terpaksa Kahan melepaskan Tendero membiarkan pria itu berjalan limbung hingga dia jatuh terlentang di lantai.Yutaka dan Marl yang melihat itu berdecak.“Kenapa dia jadi hilang kontrol begini?” gerutu Marl, keningnya tampak mengerut.“Kanisa, K
Takdir itu memang tidak bisa ditebak seperti apa ke depannya, meski kita memiliki nasib yang baik yang selalu berpihak kepada kita tetap saja sewaktu-waktu nasib bisa berubah. Kemalangan bisa datang kapan pun tanpa bisa kita duga. Terkadang kita selalu melupakan hal tersebut karena terlalu serakah akan sesuatu yang membuat kita terobsesi pada dunia fana sampai melupakan tuhan.Dari masih dirinya berusia enam tahun Tendero sudah terbiasa hidup dengan gaya keras dan penuh tuntutan akan banyak hal hingga membentuk dirinya yang juga sama kerasnya dengan kenyataan hidup yang dia jalani tanpa ada satu pun keluarga kandung di sisinya.Semenjak usianya enam tahun Tendero sudah terbiasa hidup dalam kesendirian, rasa takut, dendam dan juga trauma semenjak keluarganya dibantai tanpa ampun oleh musuh ayahnya.Bukan hanya membentuk pribadi yang keras tapi juga dingin dan tidak memiliki belas kasih. Selama ini Tendero hanya mend
Seperti janji Yutaka dan Marl, mereka berdua akan membantu Tendero. Setelah pulang dari mansion Tendero mereka berdua langsung bekerja sama dengan Kahan dan mulai mengerahkan bantuan tambahan untuk mencari Kanisa. Mereka semua terlihat kompak dengan membagi-bagi tugas untuk mempersingkat waktu. Tendero pun tidak tinggal diam, dia juga ikut bergerak mencari Kanisa kembali.Tendero masih berharap besar bahwa dia akan bertemu dengan wanita itu, rasa rindu yang kian menggunung membuat Tendero kian tidak sabar ingin segera menumpahkan rasa rindunya itu kepada Kanisa.Siang berganti malam, Tendero terlihat berada di dalam mobil. Melajukan mobilnya bagaikan pembalap propesional menguasai jalanan tanpa memperdulikan kendaraan lain yang dia salip. Tatapan matanya tampak berbinar menyorot tajam ke depan, tiba-tiba saja sebuah mobil bmw berwarna kuning bergerak sejajar dengan mobilnya. Tendero melirik ke arah mobil itu, guncangan terasa pada mobilnya s
Tendero menyipitkan matanya saat cahaya menyilaukan itu menyambutnya. Beberapa saat Tendero mengerjap-ngerjapkan matanya hingga akhirnya dia pun mulai terbiasa dengan suasana di tempat itu. Asing. Satu kata yang menggambarkan tempatnya berada saat ini.Tendero mengerjitkan keningnya. Berusaha mengamati tempat asing itu, sebuah taman hijau yang membentang luas, danau dengan air jernih terlihat berada di sisi barat dengan hiasan bunga di beberapa tempat memperindah taman itu.Tatapan Tendero berhenti pada satu objek tidak asing yang menarik perhatiannya. Matanya membelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.“Kanisa?” gumam Tendero dengan suara gemetar, dia mengucek matanya berusaha meyakinkan penglihatannya kalau wanita yang tengah duduk santai dipinggiran danau itu benar-benar sosok Kanisa.Begitu Tendero sudah yakin kalau wanita itu adalah Kanisa. Tendero langsung bergerak
Tendero tersentak hebat seakan dirinya baru saja dijatuhkan dari ketinggian. Kedua matanya lantas terbuka sempurna dengan nafas terengah. Titik-titik keringat terlihat bermunculan di wajah dan lehernya, Tendero kemudian menarik nafas panjang dan menghembuskan nafasnya secara beratur, dia merasakan denyut jantungnya berdetak cepat sebelum kembali berdetak secara normal. Tendero mengerjit, merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya hal pertama yang menyambutnya pun adalah ruangan serba putih, bau obat-obatan dan juga suara tit alat bantu kontrol detak jantung yang berada di sebelahnya.Selain infus tampak tertancap di tangan kirinya juga alat bantu pernapasan yang terpasang dari hidung ke mulutnya. Dia pun akhirnya sadar bahwa saat ini dirinya sedang terbaring menjadi salah satu pasien tidak berdaya di sebuah rumah sakit dan di tempatkan di ruangan yang bisa dikatakan vvip.Tendero melirik pintu di sebelah kananya yang terbuka, tidak lama k