"Di sini! Ghea!" panggil Nadia sembari melambangkan tangan kepada Ghea yang sedang membawa nampan yang berisi makanan yang telah dipesan oleh mereka berdua.
Ghea mengernyitkan dahi untuk memastikan siapa yang sedang duduk bersama Nadia, barangkali dia kenal, namun setelah lama dia melihat, Ghea tidak mengenalnya.
Ghea pun duduk di samping Andi dan juga Nadia.
"Siapa, Nadia?" tanya Ghea berbisik.
"Kenalkan, ini Andi. Andi, ini Ghea," ujar Nadia.
Ghea dan Andi pun saling memperkenalkan dirinya.
"Kalian berdua sudah lama berteman?" tanya Andi.
"Kita kenal, ketika kita mengikuti tes," jawab Nadia.
"Sepertinya aku lihat, kalian tampak sudah lama saling kenal," ujar Andi.
"Memang kita juga merasakan hal itu, kita merasa cocok saja," ucap Ghea.
"Iya, aku juga merasa seperti itu."
Nadia dan Ghea pun menyantap bakso mereka, mereka begitu menikmati bakso yang telah mereka pesan.
"Kalau boleh, aku bisa ga
Setelah melewati perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya mereka sampai di depan rumah Marvel. Nadia yang sedang tertidur pulas membuat Ilham kasihan untuk membangunkannya, Ilham tidak tega untuk membangunkannya."Nadia!" panggil Ilham dengan suara pelan. Sampai panggilan ke tiga kalinya, Nadia pun terbangun. Dia menguap dan mengusap matanya, "Apakah kita sudah sampai?""Iya, kita sudah sampai, Nadia. Sekarang waktunya kamu istirahat di dalam rumah," ujar Ilham."Terimakasih ya, sebelumnya. Sudah mengantarkan ku," ucap Nadia.Nadia turun dari mobil dan melambaikan tangannya kepada Ilham, begitu juga dengan Ilham yang juga memberikan lambaian tangan kepadanya. Dia pun bergegas pergi ke dalam rumah dengan menyelinap, dia khawatir Marvel akan menanyakan banyak hal kepadanya."Kamu dari mana saja, Nadia!?" Suara Marvel mengangetkan Nadia."A-ku, eh- dari- Aku-...," jawab Nadia terbata-bata. Melihat Nadia yang seperti itu, akhirnya Marvel menyur
Setelah Nadia selesai mempelajari materi yang dia dapatkan, dia pun bergegas untuk memasak makan malam untuk keluarganya. Dia bergegas pergi ke dapur dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan dia olah, dengan bahan-bahan seadanya. Dia sulap menjadi makanan yang lezat dan baunya juga semerbak kemana-mana. "Masak apa? Sepertinya enak dan lezat sekali," goda Marvel saat dirinya mengambil air dingin yang ada di dalam kulkas. "Ada oseng-oseng tempe, sambal, ayam geprek, dan masih banyak lagi," jawab Nadia. Marvel langsung menyicipi masakan Nadia, "Rasanya semakin enak dan lezat dari pada masakanmu yang kemarin-kemarin." "Iya, aku mencoba memakai resep yang pernah kamu ajarkan kepadaku," kata Nadia. "Wah, berarti berhasil. Bahkan, rasanya lebih enak dibandingkan dengan apa yang pernah aku praktekkan." Marvel tidak ada hentinya memuji. "Ayah...." Sherina memeluk Marvel. "Iya, ada apa? Kamu sudah bangun?" tanya Marvel. "Iya
Sherina menikmati eskrim buatan Nadia, dia berkata. "Eskrimnya enak sekali, Bu. Manisnya pas, apakah Ibu buat sendiri?" "Iya, Ibu membuatnya khusus untuk Sherina. Syukurlah, kalau Sherina suka," jawab Nadia. "Iya aku suka sekali, Bu. Besok buatkan Sherina lagi ya, Bu?" "Oke." Setelah Sherina selesai menyantap eskrimnya, Nadia pun membacakan dongeng untuknya. Sherina berada dipangkuan Nadia, sembari mengelus-elus kepala Sherina. "Kancil licik ya, Bu?" tanya Sherina. "Iya, Sherina jangan seperti kancil, ya!" "Iya, Bu. Sherina akan menjadi anak yang baik, agar ayah dan Ibu bangga dengan Sherina." Sherina tersenyum. "Sudah selesai dongengnya, sekarang waktunya Sherina tidur ya!" "Baik,Bu." Sherina pun memejamkan matanya. Nadia menemani Sherina tidur, dia juga tampak kelelahan sebab seharian beraktivitas. Sedangkan Marvel, dia tidak bisa tidur malam ini. Dia pun berkeliling rumah untuk
Nadia dan Marvel pun melanjutkan untuk mencari Sherina, saat itu merekapun ke kantor polisi untuk melaporkan hal itu. "Ada yang bisa kami bantu?" tanya polisi. "Kita sedang mencari anak kita yang hilang, Pak!" seru Marvel. "Kapan kejadiannya?" tanya polisi. "Tadi pagi, saat sarapan. Terakhir, anak kita Sherina, ada di dapur. Aku tinggal mandi, setelah itu dia tidak ada di tempat," ucap Nadia panik. "Maaf, Pak, Bu. Laporan kalian tidak bisa kita tangani, sebab belum sampai dua puluh empat jam," jawab polisi. Tidak ada pilihan lain yang bisa Marevel dan Nadia lakukan, selain mereka mencari Sherina tanpa bantuan polisi. Mereka akhirnya berkeliling untuk mencari keberadaan Sherina, mulai dari taman, hingga tempat yang biasanya dikunjungi oleh mereka. "Aku berharap, Sherina bisa segera ditemukan. Dan dia dalam keadaan baik-baik saja," ucap Nadia. "Aku juga berharap demikian, aku sudah tidak sabar untuk melihat wajahnya
Selesai Marvel dan Nadia makan siang, mereka pun melakukan kewajiban mereka di sebuah masjid dekat dengan warung tempat mereka makan. Begitu banyak secercah harapan yang mereka inginkan untuk Sherina, agar Sherina segera ditemukan dengan selamat. Setelah itu, mereka kembali mencari keberadaan Sherina. "Bagaimana, Zacky? Apakah kamu sudah mengetahui keberadaan Sherina?" tanya Marvel saat melakukan panggilan telepon dengan Zacky. "Sejauh ini, belum aku dapatkan informasi. Tapi aku akan tetap mencari sampai jejaknya ditemukan," jawab Zacky. Dengan pikiran yang selalu optimis, mereka terus saja mencari keberadaan Sherina. Hingga tidak terasa, malam pun tiba. Mereka akhirnya pulang ke rumah, karena mereka harus beristirahat dan melanjutkan pencariannya besok pagi. Nadia masih dengan kegelisahan menyelimuti, dia tidak bisa memejamkan matanya yang sebenarnya dia tengah mengantuk. "Sherina, kamu dimana? Kamu cepat pulang, Ibu merindukanmu,
"Kamu mau kemana, Mas?" tanya Nadia. "Ada kabar dari Zacky, Sherina ditemukan," jawab Marvel. "Kalau begitu, aku ikut," pinta Nadia. "Lebih baik jangan, ini mungkin berbahaya," ujar Marvel. "Tapi, aku ingin ikut, Mas!" seru Nadia memaksa. "Yasudah, boleh." Marvel dan Nadia pun segera bergegas ke tempat yang telah diterima lewat pesan sebelumnya, Marvel juga sudah menyiapkan uang sebesar yang mereka pinta. "Kamu sudah siap?" tanya Marvel saat mereka berada di dalam mobil. "Sudah." Marvel langsung menginjak gas, dan mobilnya pun dilajukan dengan kecepatan yang tinggi. Wajah Nadia tampak cemas, dia tiada hentinya berdoa demi keselamatan Sherina. Setelah beberapa menit kemudian, mereka pun sampai dan menemui Zacky yang sudah bersembunyi. "Akhirnya, kamu datang juga," ucap Zacky. "Dimana, Sherina?" tanya Marvel. "Tadi aku lihat, Sherina dibawa masuk ke dalam gudang itu. Tapi kamu tenang saja, Sherina
"Nadia!?" teriak Marvel. Dengan cepat, Marvel pun menopang pisau di tangan preman itu dengan tangannya. Tangan Marvel pun berdarah, kemarahannya membuat tusukan pisau itu tidak terasa di tangannya. Marvel menghabisi preman itu dengan tangan kosong. "Kamu tidak apa-apa, Nadia?" tanya Marvel. "Aku tidak apa-apa, tanganmu terluka, Marvel!" seru Nadia sembari menutup luka Marvel dengan sobekan dari kerudungnya. "Kamu tidak perlu seperti itu, Nadia. Aku baik-baik saja," ujar Marvel. "Keselamatan dan kesehatanmu lebih penting dari apapun, Marvel." Nadia meninggalkan Marvel, karena dia harus membawa Sherina kabur dari tempat itu. Sebelum itu, dia pergi ke tempat semula. Dimana tempat itu adalah tempat penyimpanan handphone yang berisi suara sirine mobil polisi. "Ninu... ninu... ninu...." Bunyi sirine. Semua preman berhamburan kabur, dan koper yang berisi uang telah ditinggalkan begitu saja. Salah satu handphone milik preman juga
"Aku yakin, firasatku kali ini benar. Dari suara yang aku dengar di dalam telepon tadi, pasti itu dia!" ucap Marvel penuh dengan amarah."Tapi, mana mungkin dia tega melakukan semua itu?" tanya Nadia."Apapun bisa dilakukan oleh seseorang, saat mereka sudah dibutakan oleh uang," jawab Zacky."Aku berharap, semoga saja itu bukan dia!" Nadia penuh harap.Sherina sudah tertidur dipangkuan Nadia, kelihatannya Sherina kelelahan dan capek. Jam juga sudah menunjukkan pukul 03.00, namun mereka harus menyelesaikan kasus ini secepatnya."Ini kemana?" tanya Marvel saat dia menemukan jalan yang bercabang dua."Ke kanan," jawab Zacky. Karena memang Zacky lah yang memantau sharelock itu."Anda sudah sampai di tempat tujuan." Begitulah bunyi dari google maps. Mereka pun turun dan mencari seseorang yang mempunyai nama bos di handphone preman itu."Dimana orang itu?" tanya Marvel."Entahlah, aku juga tidak tahu. Ayo! Kita mencarinya terl
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me