"Nadia!?" teriak Marvel. Dengan cepat, Marvel pun menopang pisau di tangan preman itu dengan tangannya. Tangan Marvel pun berdarah, kemarahannya membuat tusukan pisau itu tidak terasa di tangannya. Marvel menghabisi preman itu dengan tangan kosong.
"Kamu tidak apa-apa, Nadia?" tanya Marvel.
"Aku tidak apa-apa, tanganmu terluka, Marvel!" seru Nadia sembari menutup luka Marvel dengan sobekan dari kerudungnya.
"Kamu tidak perlu seperti itu, Nadia. Aku baik-baik saja," ujar Marvel.
"Keselamatan dan kesehatanmu lebih penting dari apapun, Marvel."
Nadia meninggalkan Marvel, karena dia harus membawa Sherina kabur dari tempat itu. Sebelum itu, dia pergi ke tempat semula. Dimana tempat itu adalah tempat penyimpanan handphone yang berisi suara sirine mobil polisi.
"Ninu... ninu... ninu...." Bunyi sirine.
Semua preman berhamburan kabur, dan koper yang berisi uang telah ditinggalkan begitu saja. Salah satu handphone milik preman juga
"Aku yakin, firasatku kali ini benar. Dari suara yang aku dengar di dalam telepon tadi, pasti itu dia!" ucap Marvel penuh dengan amarah."Tapi, mana mungkin dia tega melakukan semua itu?" tanya Nadia."Apapun bisa dilakukan oleh seseorang, saat mereka sudah dibutakan oleh uang," jawab Zacky."Aku berharap, semoga saja itu bukan dia!" Nadia penuh harap.Sherina sudah tertidur dipangkuan Nadia, kelihatannya Sherina kelelahan dan capek. Jam juga sudah menunjukkan pukul 03.00, namun mereka harus menyelesaikan kasus ini secepatnya."Ini kemana?" tanya Marvel saat dia menemukan jalan yang bercabang dua."Ke kanan," jawab Zacky. Karena memang Zacky lah yang memantau sharelock itu."Anda sudah sampai di tempat tujuan." Begitulah bunyi dari google maps. Mereka pun turun dan mencari seseorang yang mempunyai nama bos di handphone preman itu."Dimana orang itu?" tanya Marvel."Entahlah, aku juga tidak tahu. Ayo! Kita mencarinya terl
Saat seseorang itu menoleh ke arah Marvel dan Zacky, dia langsung memalingkan wajahnya kembali dan berusaha untuk kabur. Kakinya kemudian tersandung, dan dia terjatuh. "Mau pergi kemana kamu sekarang," ucap Marvel dan mendekati seseorang itu. Zacky dengan spontan menarik rambut seseorang itu, tidak disangka, rambutnya lepas dan ternyata. "Bela!?" pekik Marvel. Bela kemudian bangkit dan berusaha untuk kabur lagi, dia berlari dengan sangat cepat. Dia juga tidak menoleh lagi ke arah belakang, dan dia berhenti ketika Marvel mulai mengancamnya. "Berhenti! Kalau kamu tidak berhenti, akan aku laporkan semuanya kepada polisi!" Bela mematung, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Sekalipun dia harus kabur, Marvel tetap akan mencarinya. Dia akan menjadi buron dan tidak akan diterima lagi oleh Sherina, anaknya. Marvel dengan kejam mengikat tangan Bela dan membawanya ke dalam mobil. "Bagaimana? Apakah pelaku yang sebenarnya sudah kete
Setibanya mereka di depan kantor polisi, Bela menjelaskan semuanya. "Aku tidak ada niatan untuk menyakiti anakku sendiri, Pak. Aku awalnya hanya ingin main-main dengannya, karena aku merindukannya. Setelah itu, aku dalam masalah perekonomian. Aku membutuhkan sejumlah uang untuk melunasi hutang-hutangku kepada preman-preman itu, jadi aku berinisiatif untuk pura-pura menculik anakku. Agar aku mendapatkan uang, aku tidak menyangka, kalau preman-preman itu justru malah mau menyakiti anakku," jelas Bela. "Jadi, kamu masih Ibu kandungnya anak yang kamu culik?" tanya Polisi. "Iya, Pak. Aku masih Ibu kandungnya," jawab Bela. "Kalau kasusnya seperti ini, sebenarnya ini bisa dibicarakan secara kekeluargaan dan dengan cara baik-baik. Tidak perlu repot-repot datang ke sini, terlebih sepagi ini," ucap Polisi. "Tapi, Pak. Tetap saja dia bersalah! Mana ada Ibu kandung yang tega menganiaya anaknya sendiri, hanya karena uang saja!" seru Marvel. A
Siang sudah tiba, Nadia terbangun. Dia harus menyiapkan makan siang untuk Marvel dan juga Sherina, dia terlebih dahulu melaksanakan kewajibannya. "Sepertinya Sherina sangat lelah sekali, dia begitu nyenyak," gumam Nadia sembari menatap wajah imut Sherina. Nadia bergegas pergi ke dapur, dia pun memasak seperti biasanya. "Rumah ini terlihat sepi, Marvel kemana ya?" pikir Nadia. Dia pun ke kamar Marvel untuk melihatnya di sana, ternyata Marvel masih dalam keadaan tertidur pulas. Dia kembali ke dapur dan segera menyelesaikan masakannya, sebelum Marvel bangun. Saat tengah asik memasak, Sherina datang dengan membawa handphone milik Nadia. "Ibu! Handphone Ibu berbunyi." Sherina memberikan handphone kepada Nadia. "Terimakasih, Sherina." Nadia pun membuka pesan masuk yang sudah lumayan banyak, pesan itu dari Ghea. Dia mengirimkan catatan yang telah dia foto dan juga tugas-tugas yang harus dia selesaikan. "Pengumpulan tugas t
Tidak sengaja handuk Marvel jatuh saat mereka sedang bercanda bersama-sama, Nadia kembali berteriak. Padahal Marvel memakai boxer. "Kamu tidak usah berteriak seperti itu, Nadia! Aku tidak seceroboh itu, aku sudah memakai boxer. Ini lihat!" Marvel dengan bangga memperlihatkan tubuhnya yang kekar. Nadia tidak menoleh sedikitpun, dia justru berlari menghampiri Sherina. Marvel hanya menggelengkan kepalanya, dia tersenyum dan bahagia melihat ekspresi dari Nadia. "Kalau dilihat-lihat, dia lucu juga! Aku semakin gemas dengan tingkah lakunya, apa mungkin? Aku? Ah sudahlah, aku tidak perlu memikirkan aneh-aneh terlebih dahulu. Perutku sudah lapar," ujar Marvel seorang diri. "Ibu kenapa? Kenapa tadi menjerit?" tanya Sherina yang masih tetap terdiam menunggu Nadia di meja makan. "Tidak apa-apa, Sherina," jawab Nadia dengan keringat dingin. "Apa ayah telah menyakiti Ibu?" tanya Sherina. "Tidak, Ibu dan ayah hanya bercanda tadi," jawab Nadi
Marvel tersendat saat mendengar ucapan Sherina, dia kemudian menjadi malu."Habisnya makanannya enak," ucap Marvel. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah dirinya geram dengan semua pesan yang diterima oleh Nadia, dia berusaha baik-baik saja dan menyembunyikan rasa kesalnya itu. Selesai mereka makan, seperti biasanya. Nadia membereskan dan mencuci piring-piring kotor, dia juga membereskan rumah. Lain halnya dengan Marvel yang terus memantau handphone Nadia, setiap beberapa menit, pasti ada pesan masuk."Siapa saja, sih! Dari tadi tidak pernah berhenti berbunyi," ucap Marvel dengan wajahnya ditekuk."Mas lagi apa?" tanya Nadia saat dia mendapati Marvel tengah mencurigai bunyi handphone Nadia."Tidak apa-apa, aku hanya ingin di sini saja," jawab Marvel. Nadia pun meraih handphonenya dan berlalu pergi dari hadapan Marvel. Dia membalas satu persatu pesan yang masuk, dia juga senyum-senyum saat membalas pesan. Dia juga tengah membalas pesan dari Zacky, Zacky y
Marvel tetap saja mondar mandir tidak karuan, dia selalu mengikuti kemana Nadia pergi."Kenapa ada sesuatu yang mengganjal dari Marvel? Kenapa dia sepertinya sedang mengawasiku?" gumam Nadia.Sembari melirik ke arah Nadia, Marvel bertanya-tanya dalam hatinya.Zacky masih ada di rumah itu, dia masih mencari cara agar dia bisa berbicara dengan Nadia. Akan tetapi, melihat Marvel yang selalu mengawasi membuat dia tidak bisa mencari celah berbicara dengan Nadia."Marvel! Sini, duduk!" seru Zacky."Iya." Marvel berjalan ke arah Zacky.Mereka pun berbincang-bincang, ada Nadia juga. Setelah itu, Marvel teringat kalau dirinya harus meeting dengan klien secepatnya."Aku tinggalkan kalian dulu, ya!" ucap Marvel. Dalam hati Zacky begitu senang, sebab dia pun bisa mengobrol dengan Nadia sepuasnya. Marvel pun berjalan menuju mobilnya, dia terlihat sedikit cemas meninggalkan mereka. Namun, bagaimanapun hal itu tetap saja harus dilakukan.
Hari ini, Nadia harus masuk kuliah setelah kemarin dia sempat izin. Dia tidak ingin lebih banyak lagi ketinggalan materi kuliah, dia harus menyelesaikan kuliahnya tepat pada waktunya. "Kamu mau kemana, Nadia? Kenapa kamu rapi sekali?" tanya Marvel. "Aku mau izin keluar, Mas. Ke rumah temanku, aku sudah berjanji kemarin." Nadia terpaksa berbohong, dia tidak ingin Marvel mengetahui tentang rahasianya. "Kalau kamu ke rumah temanmu, lantas Sherina bersama dengan siapa?" tanya Marvel. "Aku sudah meminta tolong kepada Zacky, Mas. Dia juga sudah setuju," jawab Nadia. "Iya sudah kalau begitu, ini uang untuk ongkos kamu naik bis." Marvel memberikan sejumlah uang kepada Nadia. "Tidak usah repot-repot, Mas. Aku masih punya tabungan yang pernah diberikan Mas," ucap Nadia. "Tidak apa-apa, anggap saja ini sebagai tanda terimakasihku juga. Karena semalam kamu sudah masak enak untukku," ujar Marvel. Dengan begitu, Nadia pun mener
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me