Marvel tersendat saat mendengar ucapan Sherina, dia kemudian menjadi malu.
"Habisnya makanannya enak," ucap Marvel. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah dirinya geram dengan semua pesan yang diterima oleh Nadia, dia berusaha baik-baik saja dan menyembunyikan rasa kesalnya itu. Selesai mereka makan, seperti biasanya. Nadia membereskan dan mencuci piring-piring kotor, dia juga membereskan rumah. Lain halnya dengan Marvel yang terus memantau handphone Nadia, setiap beberapa menit, pasti ada pesan masuk.
"Siapa saja, sih! Dari tadi tidak pernah berhenti berbunyi," ucap Marvel dengan wajahnya ditekuk.
"Mas lagi apa?" tanya Nadia saat dia mendapati Marvel tengah mencurigai bunyi handphone Nadia.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin di sini saja," jawab Marvel. Nadia pun meraih handphonenya dan berlalu pergi dari hadapan Marvel. Dia membalas satu persatu pesan yang masuk, dia juga senyum-senyum saat membalas pesan. Dia juga tengah membalas pesan dari Zacky, Zacky y
Marvel tetap saja mondar mandir tidak karuan, dia selalu mengikuti kemana Nadia pergi."Kenapa ada sesuatu yang mengganjal dari Marvel? Kenapa dia sepertinya sedang mengawasiku?" gumam Nadia.Sembari melirik ke arah Nadia, Marvel bertanya-tanya dalam hatinya.Zacky masih ada di rumah itu, dia masih mencari cara agar dia bisa berbicara dengan Nadia. Akan tetapi, melihat Marvel yang selalu mengawasi membuat dia tidak bisa mencari celah berbicara dengan Nadia."Marvel! Sini, duduk!" seru Zacky."Iya." Marvel berjalan ke arah Zacky.Mereka pun berbincang-bincang, ada Nadia juga. Setelah itu, Marvel teringat kalau dirinya harus meeting dengan klien secepatnya."Aku tinggalkan kalian dulu, ya!" ucap Marvel. Dalam hati Zacky begitu senang, sebab dia pun bisa mengobrol dengan Nadia sepuasnya. Marvel pun berjalan menuju mobilnya, dia terlihat sedikit cemas meninggalkan mereka. Namun, bagaimanapun hal itu tetap saja harus dilakukan.
Hari ini, Nadia harus masuk kuliah setelah kemarin dia sempat izin. Dia tidak ingin lebih banyak lagi ketinggalan materi kuliah, dia harus menyelesaikan kuliahnya tepat pada waktunya. "Kamu mau kemana, Nadia? Kenapa kamu rapi sekali?" tanya Marvel. "Aku mau izin keluar, Mas. Ke rumah temanku, aku sudah berjanji kemarin." Nadia terpaksa berbohong, dia tidak ingin Marvel mengetahui tentang rahasianya. "Kalau kamu ke rumah temanmu, lantas Sherina bersama dengan siapa?" tanya Marvel. "Aku sudah meminta tolong kepada Zacky, Mas. Dia juga sudah setuju," jawab Nadia. "Iya sudah kalau begitu, ini uang untuk ongkos kamu naik bis." Marvel memberikan sejumlah uang kepada Nadia. "Tidak usah repot-repot, Mas. Aku masih punya tabungan yang pernah diberikan Mas," ucap Nadia. "Tidak apa-apa, anggap saja ini sebagai tanda terimakasihku juga. Karena semalam kamu sudah masak enak untukku," ujar Marvel. Dengan begitu, Nadia pun mener
'Beruntunglah aku tidak telat,' gumam Nadia saat dirinya sampai di kampus. "Nadia!" panggil Ghea. Nadia pun menghampiri Ghea dan bertanya. "Kamu sudah selesai dengan tugas kemarin?" "Aku sudah, kalau kamu?" tanya Ghea. "Aku juga sudah, untung ada Zacky yang memberikan aku catatan," jawab Nadia. "Zacky? Siapa?" tanya Ghea. "Dia temanku," jawab Nadia. "Kalau begitu, kita masuk yuk!" ajak Ghea. Nadia akhirnya menyetujui untuk masuk ke dalam kelas, dan menunggu dosen datang. Di sepanjang koridor koridor kelas, Ghea dan Nadia berbincang-bincang dan saling bercerita satu dengan yang lainnya. "Kalau kapan-kapan aku ke rumahmu, tidak apa-apa, 'kan?" tanya Ghea. "Boleh-boleh saja," jawab Nadia. Tiba-tiba handphone Nadia berbunyi, saat dia melihat layar handphonenya ternyata panggilan itu dari Zacky. 'Sherina mau berbicara dengan kamu, Nadia,' ucap Zacky setelah selesai mengucapkan salam dala
Nadia pulang dengan membawa sejumlah buku yang dia bawa, dia berjalan cepat menuju terminal agar dirinya bisa sampai di rumah sebelum sore menghilang. "Nadia!" sapa Ghea. "Ghea! Kamu juga langsung pulang?" tanya Nadia. "Iya, soalnya ada acara di rumah. Kamu mampir dulu ke rumah ya!" ajak Ghea. "Maaf, Ghea. Sepertinya tidak bisa, aku harus segera pulang sebelum menjelang magrib," ujar Nadia. "Mungkin lain kali, ya," kata Ghea. "Iya." Mereka pun naik bus bersama-sama, setidaknya mereka juga sama-sama memiliki teman untuk mengobrol dalam perjalanan pulang. Tidak banyak yang mereka bahas masalah pribadi, mereka lebih sering membahas tentang pelajaran yang mereka dapatkan hari ini. Ke-2 nya sama-sama mempunyai mimpi dan cita-cita yang tinggi, mereka juga tidak ingin cita-cita yang diinginkannya harus kandas di tengah jalan. "Aku turun dulu, Nadia!" pamit Ghea. Ghea sudah sampai di jalan gang rumahnya, jarak rumah Ghea
Sudah tiga hari Nadia selalu mencari-cari alasan saat dia pamit pergi kuliah, hal itu sempat membuat Marvel curiga. Namun karena Nadia masih merawat Sherina dengan baik, Marvel tidak bisa marah kepada Nadia.'Aku harus bagaimana, sekarang? Aku tidak mungkin memberitahu Marvel, aku harus mencari momen yang pas,' gumam Nadia saat mata pelajaran sedang dimulai."Nadia! Ayo, kamu maju ke depan. Selesaikan soal-soal ini!" perintah Ilham saat dia sadar kalau Nadia sedang melamun. Nadia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ilham, Ilham pun mendekati Nadia dan berkata sekali lagi."Nadia!?" pekik Ilham."Eh... iya, Pak." Nadia kaget."Coba kamu selesaikan soal yang ada di papan tulis," ujar Ilham.Nadia dengan gugup berjalan ke depan kelas, dia pun mencoba untuk mencari jawaban. Padahal dia tidak mengerti sama sekali dengan soal yang diberikan, dengan sedikit ragu, dia menuliskan jawabannya."Mungkin ada yang bisa memperbaiki?" tanya Il
"Sherina! Ibu pulang!" seru Nadia saat dia sampai di rumah. Dia membawa camilan untuk Sherina, agar Sherina tidak ngambek dan tidak marah kepada Nadia sebab dirinya pulang terlalu sore. "Kamu kemana saja?" tanya Marvel lagi. "Aku sudah bilang, kalau aku ke rumah temanku," jawab Nadia. "Aku perhatikan, akhir-akhir ini kamus sering keluar dan pulang sore. Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan?" tanya Marvel. "Aku tidak menyembunyikan apa-apa," jawab Nadia. "Kamu tidak usah mencari alasan-alasan terus, kalau memang ada sesuatu, kamu harusnya berbicara kepadaku," ujar Marvel. Nadia hanya bisa tertunduk malu, dia tidak berani untuk terus terang sekarang. Dia masih mencari waktu yang pas, untuk menceritakan semuanya kepada Nadia. Dia sedikit melirik ke arah Marvel, dia melihat kekecewaan terpancar dari raut wajah Marvel. "Aku berharap, kamu tidak akan mengulanginya lagi. Dan aku juga berharap, kamu jangan semena-mena meskipun sikapku
"Makan yang banyak, Bu." Sherina terus menatap Nadia yang tidak bersemangat mengunyah makanannya. "Iya," jawab Nadia. Dia tidak ingin melihat Sherina khawatir, jadi dia terpaksa harus mengunyah makanannya dan menghabiskannya. "Sherina kenyang, Bu. Untuk menghabiskan makanan ini sepertinya perut Sherina tidak akan muat," ucap Sherina sembari mengelus perutnya. "Sherina taruh saja, dan pergilah ke kamar. Sekarang sudah malam, kamu harus tidur secepatnya," ujar Nadia. Sherina pun masuk ke dalam kamarnya, dia meninggalkan Nadia sendiri membereskan meja makan. "Siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini? Biarlah, aku taruh saja sisanya di dapur," ucap Nadia. Semuanya telah selesai dia bereskan, dia juga sudah mengelap meja makan sehingga menjadi bersih kembali. Dia pun jalan menuju kamar Sherina dan membacakan buku dongeng kepadanya, hingga dirinya juga terlelap dalam tidurnya. Sedangkan Marvel, dia tetap saja sibuk den
Marvel tidak dapat memejamkan matanya malam ini, sebab dia kepikiran dengan perasaannya kepada Nadia. Dia tiada hentinya memikirkan semua yang telah terjadi hari ini, dia juga beruntung sekali sebab dia bisa makan masakan Nadia walaupun awalnya dia gengsi. "Andai dia mau mengerti tentang apa yang terjadi dalam benakku saat ini, tapi aku sendiri saja tidak tahu dengan keadaan hatiku sendiri." Marvel berbicara sendiri sembari melihat ke arah langit-langit kamar. Dia membolak-balikkan badannya ke kiri dan ke kanan, berharap bayangan tentang Nadia akan sirna. "Aku seperti orang yang pertama kali jatuh cinta jika bersikap seperti ini." Marvel tiada hentinya senyum-senyum dengan apa yang sedang dia alami. Kembali dia merogoh handphonenya untuk sekedar melihat wajah Nadia yang kini sudah menjadi wallpaper handphonenya. "Kamu memang berbeda dari wanita yang pernah aku temui, kamu seperti Bela dulu sebelum dia menjadi seperti sekarang," ucap Marvel seora
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me