Hari itu Mutiara sudah boleh dibawa pulang. Dengan rasa bahagia, Gea dan Ale bisa berkumpul kembali di rumah layaknya keluarga harmonis lainnya. Di rumah juga Mbak Rini sudah merapikan dan mengemas semua barang-barang yang akan di bawa pergi oleh mereka pindahan.
Sesampainya di rumah, semua keluarga contohnya ibunya Ale, Mama Gege dan Vella sudah menunggu kepulangan Mutiara. Semua terlihat bahagia menyambut bayi kecil tersebut. Kecuali Bella yang memasang wajah acuh tak acuh.
"Kebetulan kalian berkumpul, aku dan Gea akan segera pindah dari rumah ini. Kami akan tinggal di luar bertiga dan juga membawa Mbak Rini bersama kami," ucapan mendadak Ale membuat orang isi rumah terkejut.
"Loh, kenapa? Kenapa kalian pindah? Gea, apa karena masalah yang kemarin?" tanya Ibunya Ale. "Ge, apa menang tidak bisa di bicarakan dengan baik-baik lagi?" sambungnya.&n
Kesakitan yang dialami Gea sudah cukup baginya. Pagi-pagi buta, Gea berusaha kabur membawa Mutiara dan Mbak Rini dari rumah Ale. Ia juga sudah menghubungi Tuan Nathan sebelumnya untuk meminta bantuannya menyewakan pengacara untuk perpisahannya dengan Ale.Rupanya, sejak semalam, Tuan Nathan sudah berada di dalam negri. Ia begitu khawatir dengan Gea yang tidak membalas pesannya, kemudian memutuskan untuk kembali sementara waktu.Mereka bertemu malam itu. Gea bersama dengan Mbak Rini dengan Mutiara didalam gendongannya. air mata Gea terus mengalir sampai Tuan Nathan harus menyekanya."Maaf, aku menunggu di sini. Semalam, aku sudah sampai di sini, tapi tidak diizinkan masuk oleh suamimu," sambut Tuan Nathan membuka pintu mobilnya."Apa? Jadi semalam Tuan sudah sampai di sini? Aku sudah muak tinggal bersamanya, aku pikir dia
Terukir pancaran sumringah di wajah Gea. Kini, beban hidupnya tak lagi terasa berat di pikulan. Lepas dari belenggu cinta yang tak tahu miliknya seutuhnya atau tidak, terlepas dari ikatan yang terus membuatnya lebih tersakiti dari sebelumnya.Mandiri, tanpa beban yang berat adalah keinginannya. Sejak kecil, memang hidupnya sudah mandiri. Ia lebih nyaman hidup berdua dengan putri semata wayangnya, daripada harus kembali dengan Ale, maupun tinggal bersama dengan Tuan Nathan.Akan tetapi, jalan hidupnya masih panjang. Awal dirinya menjadi single parents bukan hal yang mudah untuk ia lalui. Ada hal yang harus membuatnya waspada dalam hidupnya, yakni, Darius.Pria yang sebelumnya di jodohnya dengan dirinya membuat Gea ketar-ketir. Darius lebih kecil dan membahayakan baginya."Aku masih ada
Sejak pertemuan hari itu, Lani jadi sering mengunjungi Gea dan Mutiara, bahkan ia juga menjadi akrab sekali dengan Mutiara. Selalu menghabiskan waktu bersama dan main bersama sampai larut.Mungkin hari itu bukan hari keberuntungan Gea. Tanpa kesalahan yang jelas, ia di pecat dari tempat ia bekerja. Merasa masih ragu dengan pemecatan tersebut, membuat Gea sedih dan galau.Gea mengendarai motornya dengan pelan-pelan, dan berhenti di bawah pohon yang rindang dekat rumahnya. Kemudian duduk di samping motornya dan menunduk kebawah."Ingin nangis rasanya, bagaimana dengan susunya Mutiara, makan buat kita bertiga. Aku tidak mungkin pakai uangnya Mutiara yang dari Kak Ale dan Tuan Nathan, bukan?" Gea mulai menangis"Kemana lagi aku cari kerja, jaman sekarang cari pekerjaan susah banget. Mana aku juga tidak punya ketrampi
Vella memisahkan Ale dan Darius yang masih saja bertengkar. Mereka terlihat seperti orang bodoh, sampai tidak sadar jika Gea sudah dibawa pergi oleh Tuan Nathan."Cukup sudah!" teriak Vella."Apa sih yang kalian berdua lihat dari Gea, hah?" imbuhnya."Lagipula, Tuan Nathan sudah membawanya pergi. Tak ada gunanya kalian saling mengadu tenggorokan disini," Vella sangat kesal dengan kenyataan jika adiknya lebih unggul daripada dirinya.Ale dan Darius saling melepaskan diri. Mereka menoleh, mencari-cari ke setiap arah. Memastikan bahwa Vella berkata benar."Brengsek! Gila tuh orang main bawa-bawa aja!" dengus Darius."Hey, sejak awal juga Gea bersamanya kali. Sudahlah, buat apa kalian memperebutkan lagi? Le, sebaiknya kita cepat pulang," timpal Vella meraih tangan Ale.Namun, Ale menepisnya dengan kasar. Darius tertawa melihat i
Kabar rencana pernikahan itu telah sampai di telinga keluarga Ale, Vella serta Darius. Tentu saja kabar tersebut mengundang amarah Ale. Ia berencana menemui Gea dan menanyakan kebenaran kabar tersebut."Ale, kamu mau kemana?" tanya Vella."Bukan urusanmu!" seru Ale meraih kontak mobilnya.Ia mengendarai mobilnya dengan laju kecepatan tinggi. Amarahnya sudah tak terkendali lagi. Wanita yang dicintainya akan menikah dengan pria lain.Sesampainya di rumah Gea, Ale berteriak memanggil Gea. Bahkan sampai menggedor pintu supaya Gea cepat keluar dan menemuinya."Ge, buka Ge!""Gea, kita harus bicara!" teriak Ale.Dibukalah pintu itu,"Kak Ale, haruskah pakai teriak-teriak seperti
Pernikahan itu tetap berlanjut. Ale juga menghadiri pernikahan itu dengan lukanya. Tuan Nathan dan Gea kini resmi menjadi suami istri yang sah. Merelakan seseorang yang dicintainya menikah dengan pria lain memang sulit. Namun, Ale memang harus siap melakukan itu demi kebahagiaan Gea dan juga putrinya.Berjalan dengan kehancuran, menyambut hidup baru dengan kehampaan. Itu yang Ale rasakan saat ini. Sebelum ia pergi ke luar negri, Ale menemui putrinya dulu. Ya, ia memutuskan untuk ke luar negri karena tak sanggup mengingat kenangan lama bersama dengan Gea di Kota itu."Kenapa harus ke luar negri, sih?" tanya Gea."Ini satu-satunya cara agar aku bisa melupakanmu dengan mudah, Ge." jawab Ale dngan berat hati.Cinta itu tidak selamanya harus memiliki. Terkadang kita harus merelakan orang yang kit
"Maaf, apakah aku memilih film yang salah?" tanya Gea gugup."Em, aku rasa … tidak. Berciuman itu juga hal yang lumrah, bukan?" jawab Tuan Nathan."Astaga, kenapa harus di perjelas!" umpat Gea dalam hati.Hujan tiba-tiba turun malam itu. Hujannya sangat deras dan mengundang petir yang mengharuskan listrik padam."Yah, kenapa harus mati listrik, sih? Filmnya lagi seru jugak!" gerutu Gea."Mungkin karena ada petir. Sebaiknya kita tidur lebih awal saja, bagaimana?" usul Tuan Nathan.Mau tidak mau, memang mereka harus tidur lebih awal. Kembali canggung, mereka juga naik ke ranjang dengan perlahan. Antara Tuan Nathan dan juga Gea memang sudah hampir 4 tahun selalu bersama. Namun, dengan menjadi suami istri dan harus tidur di satu ranja
"Oh iya, hari ini … aku ingin berdua saja denganmu. Mbak Rini bilang, kalau dia sedang mengajak putri kita jalan-jalan bersama dengan sahabatmu juga," ucap Tuan Nathan."Boleh, hari kita memasak saja. Bagaimana?" usul Gea."Apapun yang istriku mau. Pasti aku akan lakukan dengan sesuka hatiku!" seru Tuan Nathan mencubit hidung Gea.Semua yang diinginkan Gea, Tuan Nathan memang selalu turuti. Tuan Nathan begitu mencintainya, sehingga Gea merasa hidupnya selalu bahagia.Tahun demi tahun terlewati dengan baik. Tuan Nathan juga mengajaknya ke rumah lama di Kota. Bersama dengan kebahagiaan itu, Gea juga memberikan seorang putra yang tampan untuk Tuan Nathan.Di balik kebahagiaan tersebut, ada hal yang selama pernikahannya disembunyikan oleh G
"Aku iri denganmu, Mut," kata Bella mengemudi sedikit pelan."Iri kenapa?" tanya Mutiara."Kamu begitu menyayangi adikmu, begitu juga sebaliknya. Persaudaraan kalian juga begitu dekat. Aku, mana ada saudara, punya saudara satu aja di jauhkan dariku," ungkap Bella menatap Mutiara."Aku kan ada di sini sekarang. Jangan sedih lagi ya, masih ada kesempatan buat kita main, kok, hehehe …." Mutiara sangat berhati besar. Ia mampu menerima Bella sebagai saudaranya dengan mudah.Sesampainya di kampus, Mutiara sudah ditunggu oleh sahabatnya. Mereka seperti tak bisa dipisahkan. Jesica menyapanya dan melambaikan tangan juga kepada Bella."Pagi, sista ... tumben nggak bawa kendaraan sendiri, siapa dia?" sapa Jesica sekaligus bertanya.
Hal mengejutkan terjadi ketika mereka bertiga kembali ke rumah. Bendera kuning, tenda yang sudah berdiri dan tetangga rumah semua datang dengan baju hitam-hitam. Mutiara langsung melepas genggaman tangan Ale, begitu juga Ivan yang melepaskan rangkulannya."Papa!"Baik Mutiara maupun Ivan sudah tahu tentang keadaan Tuan Nathan akhir-akhir itu. Tuan Nathan sering merasakan sakit, merasa dingin dan juga wajahnya selalu terlihat pucat ketika mereka bersama. Mutiara dan Ivan langsung berlari masuk ke rumah.Benar saja, Tuan Nathan sudah terbaring kaku di selimuti kain jarik. Di sampingnya, Gea terlihat sedang menangis dan berusaha tenang atas kepergian Tuan Nathan. Penyakit Tuan Nathan kembali kambuh saat Ale mengajak anak-anak pergi jalan-jalan."Papa!""Papa
Malam bertabur bintang. Ale sedang mengajak Mutiara, sang putri berjalan-jalan mengitari kota hanya berdua saja. Dengan tenang, Gea dan Tuan Nathan mengizinkan anak dan Ayah itu menghabiskan waktu bersama."Jadi, pacar baruku … Malam ini kita mau makan apa?" canda Mutiara."Hello Tuan putri. Terserah Tuan putri mau makan apa malam ini. Semuanya, akan aku Ayah turuti apa maumu," jawab Ale."Ayah, bisakah kita terus menghabiskan waktu bersama?" tanya Mutiara."Tentu saja!""Lalu bagaimana dengan Bella? Bukankah dia juga anak Ayah selama ini?""Aku bertemu dengan Bella hanya setahun sekali. Lagi pula, dia sudah menemukan Ayahnya. Kenapa pula harus repot?"Sejak hari itu, pulang pergi ke kampus, Mutiara dan Ivan selalu bersama dengan Ale. Mereka juga menghabiskan waktu bertiga bak Ayah dengan sepasang anak
Dikarenakan mobil Ale sedang mogok, terpaksa Ale bersama dengan Gea dan Ivan pulang naik taksi. Ketika dalam perjalanan, sengaja Ivan duduk di depan, agar Gea dan Ale leluasa mengobrol.Tetap saja, Gea hanya diam saja, bahkan mengalihkan pandangannya dari Ale. Hal itu membuat Ivan sedih, karena terlihat sangat jelas jika Mamanya masih menyimpan rasa dendam terhadap Ayah dari kakaknya itu."Kita sudah sampai, biarkan barangnya aku yang bawa. Mama bisa mengajak Ayah Ale masuk lebih dulu." ujar Ivan turun lebih dulu.Awalnya, Ale sangat canggung jika harus mampir di rumah mantan istrinya. Terlebih, ia masih sangat mencintai mantan istrinya itu.Namun, demi bisa bertemu dengan Mutiara, ia harus menghilangkan rasa gengsi yang selalu tertanam dalam hatinya."Ini kesempatanku. Supaya aku bisa minta maaf kepada putriku, atas selama ini … aku tidak pernah menjenguknya." gumam
"Sakit? Tangan ini kan yang kau gunakan untuk menamparku?" tanya Mutiara dengan santai. Beberapa temannya mulai membantu lagi. Lelaki itu dilepas olehnya. Mutiara kembali menarik tangan teman dari lelaki itu sebagai jaminan supaya lelaki yang menamparnya mau meminta maaf kepadanya. "Apa kau tidak tau? Dia ini adalah Anggara, anak dari kepala yayasan kampus ini. Apakah kau ingin mencari ribut dengannya?" ucap salah satu temannya. "Aku nggak mau tau siapa dia. Jika dia anak kepala yayasan, lantas … aku harus gimana?" sahut Mutiara masih santai. Anggara membantu melepaskan temannya dari cengkraman Mutiara. Dengan sengaja Mutiara melepaskan dan membuat cowok mesum tadi tersungkur ke tanah. "Segini doang?" tanya Mutiara meremehkan mereka. "Otak kalian berdua kosong, gaya sok preman, berani sentuh sahabatku pula. Beruntung kalian nggak masuk rumah sakit hari ini. Ayo
"Selamat pagi Tante," sapa Jesica pagi itu."Eh, Jesi, ya? Pagi, sayang. Kuliah di sini juga?" tanya Gea dengan ramah."Iya, dong. Kan aku sama Muti udah klop banget, susah mau jauh, Tante!" seru Jesica memulai celoteh tak berfaedahnya.Jesica adalah sahabat satu-satunya Mutiara sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Di kampus, mereka juga akan menjadi teman seperjuangan lagi dalam menganyam pendidikan."Kamu datang sendirian?" lanjut Gea."Sama Mama tadi. Cuma, langsung ke butik," jawab Jesica. "Anaknya di tinggal saja, Tante. Akan aman bersamaku, percayalah!" imbuhnya dengan senyum konyolnya.Gea menatap putrinya. Ia tidak menyangka jika putrinya sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik
Pertemuan antara anak dan ayah ini juga sangat mengharukan. Dalam sekejap, Bella berubah menjadi gadis yang baik. Perihal racun itu, Tuan Nathan dan juga Gea sudah memaafkannya, Gea memberikan kesempatan Bella supaya bisa berubah."Kenapa kalian tidak marah kepadaku?" tanya Bella dengan wajah bersalah.Gea tersenyum, kemudian membelai rambutnya dengan lembut. Ia berkata, "Sudahlah, kamu membenci kami juga karena kamu berpikir kami akan memisahkanmu dari Papa Ale-mu, bukan?""Tenang saja, kakakku, dan kedua orang tuaku tidak mungkin menghancurkan kebahagiaanmu, Kak Bella," imbuh Ivan memberikan makanan baru yang ia bawa bersama dengan pelayan.Bella benar-benar merasa malu dengan Gea. Ia membenci Gea tanpa alasan yang belum tentu terjadi. Malam itu, Bella tak perlu ke hotel untuk istirahat. Aldi de
Sebelum Mutiara masuk ke mobil, ia menghampiri Rico dan meminta maaf jika dirinya selalu mengacuhkannya. Kejadian malam itu, membuat Mutiara sadar, jika dirinya memang jatuh cinta kepada pria yang beberapa minggu terakhir dekat dengan dirinya itu."Selamat tinggal, Rico. Jika aku ada salah, aku mohon maafkan kesalahanku, baik di sengaja atau tidak," ucap Mutiara tanpa menatap menatap mata Rico."Jangan pernah mengucapkan kata selamat tinggal jika di hati kita masih berharap pertemuan. Maafkan aku karena waktu itu aku sudah mengecewakanmu, Mutia. Aku benar-benar menyesal. Maafkan aku." Rico memberikan sesuatu di tangan Mutiara.Kali ini, tatapan Mutiara penuh dengan arti untuk Rico. Ia hanya berharap, jika rasa sukanya hanya sekadar angin lalu saja. Tapi masa-masa SMA tidak akan datang untuk yang kedua kalinya, masa-masa indah y
"Sial! Apa yang sudah aku lakukan?" umpat Rico menyalahkan dirinya sendir. "Sekarang, apa yang akan Mutia pikirkan tentangku? Kenapa aku sangat gegabah?"Rico terus menyalahkan dirinya sendiri. Sementara itu, Mutiara tengah kesulitan mengatur debaran jantung yang tak seperti biasanya. Jantungnya berdebar hebat, apalagi ketika Rico menyentuh kulit dada miliknya."Kenapa jantungku berdegup cepat begini?" gumamnya. "Sebenarnya … rasa apa yang kurasakan saat ini. Lalu, kenapa ketika Rico menciumku, aku hanya bisa diam dan tidak menolak?" ujarnya menyentuh tanda merah yang diukir oleh Rico."Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Apa aku jatuh cinta kepadanya? Tapi apa yang membuatku jatuh cinta dengannya?"Pertanyaan-pertanyaan kecil selalu muncul dalam pikirannya. Mutiara tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, yang ia rasakan hanyalah debaran jantung yang cepat dan juga rasa kegelisah