"Ge, kamu kenapa? Sakit?" tanya Ale heran. "Hih, Gea! Pakai kembali pakaianmu!" imbuhnya.
"Aku sudah tak tahan lagi, cintaku. Aku ingin itu, tolong berikan kepadaku," keinginan Gea yang membuat Ale semakin takut.
"Maksudnya apa, sih? Berikan apa, Ge? Semua sudah aku berikan ke ...." Ale mencium ada bau aneh dalam mulut Gea.
Ale baru sadar jika kekasihnya tesebut sudah diberi obat jahat oleh Darius dalam dosis yang tinggi. Meski Gea terus meminta, Ale tetap tidak memberikan apa yang Gea ingin.
Dirinya sudah berjanji untuk tidak melakukan hal itu sebelum pernikahan. Baginya, apa yang mereka lakukan di Singapura hanyalah sebuah kesalahan karena kecemburuannya ia mampu berbuat hal buruk seperti itu.
"Maaf, aku harus menolak itu," jawab Ale mendorong tubuh Gea.
"Kita sudah berjanji akan melakukan hubungan intim itu lagi setelah ada pernikahan, bukan?Aku tidak akan melakukan itu, tidak meski kamu memaksa!" imbuhnya.&n
Malam hujan sangat deras, Gea masih bingung antara mau pergi atau menuruti kemauan neneknya. Yang Gea takutnya hanyalah, jika Darius sampai tahu bahwa anak yang ia kandung adalah anaknya Ale, mampukah ia menerimanya?"Tidak!""Aku lebih memilih pergi jauh daripada harus menikah dengan Darius," gerutunya."Jika aku harus menikah dengan Darius, bagaimana nasib anakku nanti?"Bagaimana dengan perasaan kak Ale, nanti? Aku tidak boleh termakan hasutan nenek," Gea terus berperang dengan pikirannya.Apa yang ada dipikiran Gea saat itu hanyalah Ale, keluarganya dan calon anaknya nanti. Ia hanya tak ingin orang yang kan kasihi menderita karenanya."Aku harus membuat surat untuk Kak Ale. Ponselnya sejak tadi tidak aktif." gumam Gea mencari alat tulis. ~Kak Ale, maafkan aku yang harus pergi. Aku lakukan ini untuk semuanya. Untuk kebaikan kita, aku dan juga anak yang aku kandung. Aku hamil, Kak. Tapi aku harus menjauh dari
Makan siang mereka nikmati dengan sebaik mungkin. Bersenda gurau dan menceritakan kisah lucu untuk menyegarkan suasana.Datanglah seorang pria, turun dari mobil mewahnya. Berpakaian serba cream dengan kaca mata hitam dan arloji mahalnya. "Eh Tuan, selamat siang, Tuan!" sambut Pak Faisal yang sedang menyantap makan siangnya."Oh, Faisal. Rupanya kami disini, aku mencarimu ke proyek lain, ternyata kamu di sini, ya?" ucap pria yang disebut Bos. "Ah, ayo lanjutkan makanmu!"Tuan Muda itu menatap seluruh bangunan dari tempat makan. Sampai akhirnya, matanya tertuju pada Gea yang kalau itu asik makan siang bersama tukang lainnya."Siapa gadis itu?" tanya Tuan Muda tersebut."Oh, perkenalkan Tuan Kania. Dia pekerja baru di proyek ini. Dia sangat cekatan, dan juga ulet, Tuan. Kasihan dengan latar belakangnya, makanya saya beri dia pekerjaan," jelas Pak Faisal."Oh karyawan baru? Hari ini semuanya sudah diberi tahu kalau hanya kerja
Tak tahu rasa syukur apa lagi yang akan Gea panjatkan. Tuan Nathan yang baru saja ia kenal beberapa menit lalu sudah memperlakukan dirinya dengan baik. Tuan Nathan juga tak meminta apapun kepadanya."Em, Tuan--" lirih Gea."Iya, ada apa? Apa kamu tidak merasa nyaman?" tanya Tuan Nathan dengan kelembutannya."Ah, tidak. Aku tak tahu apa yang saat ini terjadi, tapi aku sangat bersyukur bisa mengenal dengan Tuan. Tuan sangat baik kepadaku, apakah ada hal yang harus saya lakukan untuk anda?" tanya Gea mulai resah.Tuan Nathan hanya tersenyum dan fokus menyetir. Tak ada jawaban yang diberikan oleh Tuan Nathan untuk Gea. Membuat Gea semakin bingung dengan kebaikan Tuan Nathan."Tuan--""Tidak!""Saya tidak menginginkan apapun darimu, Gea. Tolong jaga kandunganmu dengan baik-baik saja, oke?" tutur Tuan Nathan.Gea menunduk, ia semakin bingung dengan kenyataan itu. Yang ia takutkan hanyalah perasaan. Takut jatuh c
Selama di rumah Tuan Nathan, Gea melakukan banyak hal dengan bersih-bersih rumah. Selalu saja di kekang oleh Mbok Paijem. Kandungan Gea masih lemah, dan harus istirahat. Tetap saja, Gea merasa jenuh ketika tidak melakukan kegiatan yang lain."Mbok, masa saya tidak boleh melakukan apapun, sih? Saya jenuh loh kalau ngadekem di kamar mulu," keluh Gea."Nduk, itu sudah perintah Mas Nathan, jangan dilanggar, ya?" ucap Mbok Paijem."Tapi, Mbok--"Tetap saja, apapun yang dilakukan Gea terus saja direbut oleh Mbok Paijem. Tuan Nathan memintanya untuk duduk diam dan istirahat di rumahnya. Merasa kesal, Gea pun menelpon Tuan Nathan yang saat itu sedang ada meeting penting.Tring ….Ponselnya berbunyi, Tuan Nathan sengaja menunda meeting sebentar hanya untuk menjawab telpon dari rumah."Iya ada apa Mbok Yah?" tanya Nathan lembut."Ini aku, Gea!
Malam itu, Gea menangis karena merindukan Ale. Ingin rasanya, baginya untuk memberikan kabar kepada Ale, namun karena situasi sangat tidak memungkinkan, akhirnya Gea hanya mampu menunggu waktu saja.Semakin hari, Gea dan Tuan Nathan sangat akrab. Makan bersama, pergi bersama dan juga melakukan apapun bersama. bahkan juga beberapa kali, Tuan Nathan selalu memperhatikan Gea ketika mereka sedang berdua.Asisten Raksa juga selalu mengatakan jika Tuannya tersebut terlihat bahagia ketika kehadiran Gea salah hidupnya. Disisi lain, Celine terus saja membuat kekacauan untuk Gea. Tapi tak berlaku untuk Gea yang tidak pernah menanggapi Celine.---Tak terasa sudah 7 bulan Gea tinggal dan bekerja di rumah Tuan Nathan. Hati itu, Tuan Nathan sengaja tidak berangkat bekerja karena sudah jadwal
"Tuan, apakah ini benar? Tapi ayah dari anak ini masih hidup, Tuan." bisik Gea."Kalau begitu, aku harus menunggumu lagi. Kamu lahirkan dulu putri kita. Setelah ini, kita pasrahkan kepada Tuhan, bagaimana?" usul Tuan Nathan.Tuan Nathan masih saja tidak memaksa. Baginya, kebahagiaan Gea yang utama. Selama 7 bulan Tuan Nathan selalu ada untuk Gea. Tuan Nathan percaya jika keberuntungan akan memihaknya.Tinggal menunggu hari kelahiran putri mereka. Membuat Gea semakin nervous segala hal. Sepulang dari makan, mereka menyempatkan membeli beberapa perlengkapan bayi juga untuk putri mereka.-Di rumah Ale.Vella terus mencari kesempatan agar bisa selalu berdua dengan Ale. Otak
"Kak Ale!" teriak Gea.Ale menoleh, ia sempat menganga tidak percaya jika Gea kembali. Masih memastikan bahwa itu Gea, sampai ia tak merasakan jika Gea tengah memeluknya."Kak, apakah kau tidak merindukan aku?" tanya Gea."Apakah, ini kamu … Gea?"Gea mengangguk."Gea kekasihku?" lanjut Ale.Gea kembali mengangguk. Tanpa ragu lagi, Ale memeluknya dengan erat. Namun, ada hal yang mengganjal dalam pikiran Gea. Ketika Ale memeluknya, ia merasa jika pelukan Ale rasanya berbeda dengan pelukannya yang dulu.Dahulu, ia selalu berdebat ketika Ale memeluknya. Tapi kini, perasaan itu berubah biasa saja, meski mereka sudah terpisah selama setahun lamanya.
Hingga tiba di mana Ale dan Gea mengadakan sebuah pernikahan yang hanya akan di hadiri oleh kerabat saja. Hal mengejutkan sebelumnya adalah, Gea mengetahui bahwa papa kandungnya telah meninggal di saat terbang ke Singapura untuk bekerja. Tentu saja kenyataan itu membuat Gea bersedih.Namun, demi Mutiara dan demi kelangsungan keharmonisan keduanya, Gea dan Ale harus mempercepat pernikahannya. Gea sudah mengirim pesan kepada Tuan Nathan untuk datang di acara pernikahannya. Namun, sampai saat itu Gea belum juga menerima balasan pesan dari Tuan Nathan.Kejanggalan lain yang dirasakan Gea juga banyak. Pasalnya, ia merasa tak pernah istimewa ketika bersama dengan Ale, mungkinkah rasa itu telah hilang? Atau memang Gea masih merasa kesal dengan kakaknya, Vella. Secara dirinya ingin merebut lelakinya dari pelukannya._
"Aku iri denganmu, Mut," kata Bella mengemudi sedikit pelan."Iri kenapa?" tanya Mutiara."Kamu begitu menyayangi adikmu, begitu juga sebaliknya. Persaudaraan kalian juga begitu dekat. Aku, mana ada saudara, punya saudara satu aja di jauhkan dariku," ungkap Bella menatap Mutiara."Aku kan ada di sini sekarang. Jangan sedih lagi ya, masih ada kesempatan buat kita main, kok, hehehe …." Mutiara sangat berhati besar. Ia mampu menerima Bella sebagai saudaranya dengan mudah.Sesampainya di kampus, Mutiara sudah ditunggu oleh sahabatnya. Mereka seperti tak bisa dipisahkan. Jesica menyapanya dan melambaikan tangan juga kepada Bella."Pagi, sista ... tumben nggak bawa kendaraan sendiri, siapa dia?" sapa Jesica sekaligus bertanya.
Hal mengejutkan terjadi ketika mereka bertiga kembali ke rumah. Bendera kuning, tenda yang sudah berdiri dan tetangga rumah semua datang dengan baju hitam-hitam. Mutiara langsung melepas genggaman tangan Ale, begitu juga Ivan yang melepaskan rangkulannya."Papa!"Baik Mutiara maupun Ivan sudah tahu tentang keadaan Tuan Nathan akhir-akhir itu. Tuan Nathan sering merasakan sakit, merasa dingin dan juga wajahnya selalu terlihat pucat ketika mereka bersama. Mutiara dan Ivan langsung berlari masuk ke rumah.Benar saja, Tuan Nathan sudah terbaring kaku di selimuti kain jarik. Di sampingnya, Gea terlihat sedang menangis dan berusaha tenang atas kepergian Tuan Nathan. Penyakit Tuan Nathan kembali kambuh saat Ale mengajak anak-anak pergi jalan-jalan."Papa!""Papa
Malam bertabur bintang. Ale sedang mengajak Mutiara, sang putri berjalan-jalan mengitari kota hanya berdua saja. Dengan tenang, Gea dan Tuan Nathan mengizinkan anak dan Ayah itu menghabiskan waktu bersama."Jadi, pacar baruku … Malam ini kita mau makan apa?" canda Mutiara."Hello Tuan putri. Terserah Tuan putri mau makan apa malam ini. Semuanya, akan aku Ayah turuti apa maumu," jawab Ale."Ayah, bisakah kita terus menghabiskan waktu bersama?" tanya Mutiara."Tentu saja!""Lalu bagaimana dengan Bella? Bukankah dia juga anak Ayah selama ini?""Aku bertemu dengan Bella hanya setahun sekali. Lagi pula, dia sudah menemukan Ayahnya. Kenapa pula harus repot?"Sejak hari itu, pulang pergi ke kampus, Mutiara dan Ivan selalu bersama dengan Ale. Mereka juga menghabiskan waktu bertiga bak Ayah dengan sepasang anak
Dikarenakan mobil Ale sedang mogok, terpaksa Ale bersama dengan Gea dan Ivan pulang naik taksi. Ketika dalam perjalanan, sengaja Ivan duduk di depan, agar Gea dan Ale leluasa mengobrol.Tetap saja, Gea hanya diam saja, bahkan mengalihkan pandangannya dari Ale. Hal itu membuat Ivan sedih, karena terlihat sangat jelas jika Mamanya masih menyimpan rasa dendam terhadap Ayah dari kakaknya itu."Kita sudah sampai, biarkan barangnya aku yang bawa. Mama bisa mengajak Ayah Ale masuk lebih dulu." ujar Ivan turun lebih dulu.Awalnya, Ale sangat canggung jika harus mampir di rumah mantan istrinya. Terlebih, ia masih sangat mencintai mantan istrinya itu.Namun, demi bisa bertemu dengan Mutiara, ia harus menghilangkan rasa gengsi yang selalu tertanam dalam hatinya."Ini kesempatanku. Supaya aku bisa minta maaf kepada putriku, atas selama ini … aku tidak pernah menjenguknya." gumam
"Sakit? Tangan ini kan yang kau gunakan untuk menamparku?" tanya Mutiara dengan santai. Beberapa temannya mulai membantu lagi. Lelaki itu dilepas olehnya. Mutiara kembali menarik tangan teman dari lelaki itu sebagai jaminan supaya lelaki yang menamparnya mau meminta maaf kepadanya. "Apa kau tidak tau? Dia ini adalah Anggara, anak dari kepala yayasan kampus ini. Apakah kau ingin mencari ribut dengannya?" ucap salah satu temannya. "Aku nggak mau tau siapa dia. Jika dia anak kepala yayasan, lantas … aku harus gimana?" sahut Mutiara masih santai. Anggara membantu melepaskan temannya dari cengkraman Mutiara. Dengan sengaja Mutiara melepaskan dan membuat cowok mesum tadi tersungkur ke tanah. "Segini doang?" tanya Mutiara meremehkan mereka. "Otak kalian berdua kosong, gaya sok preman, berani sentuh sahabatku pula. Beruntung kalian nggak masuk rumah sakit hari ini. Ayo
"Selamat pagi Tante," sapa Jesica pagi itu."Eh, Jesi, ya? Pagi, sayang. Kuliah di sini juga?" tanya Gea dengan ramah."Iya, dong. Kan aku sama Muti udah klop banget, susah mau jauh, Tante!" seru Jesica memulai celoteh tak berfaedahnya.Jesica adalah sahabat satu-satunya Mutiara sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Di kampus, mereka juga akan menjadi teman seperjuangan lagi dalam menganyam pendidikan."Kamu datang sendirian?" lanjut Gea."Sama Mama tadi. Cuma, langsung ke butik," jawab Jesica. "Anaknya di tinggal saja, Tante. Akan aman bersamaku, percayalah!" imbuhnya dengan senyum konyolnya.Gea menatap putrinya. Ia tidak menyangka jika putrinya sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik
Pertemuan antara anak dan ayah ini juga sangat mengharukan. Dalam sekejap, Bella berubah menjadi gadis yang baik. Perihal racun itu, Tuan Nathan dan juga Gea sudah memaafkannya, Gea memberikan kesempatan Bella supaya bisa berubah."Kenapa kalian tidak marah kepadaku?" tanya Bella dengan wajah bersalah.Gea tersenyum, kemudian membelai rambutnya dengan lembut. Ia berkata, "Sudahlah, kamu membenci kami juga karena kamu berpikir kami akan memisahkanmu dari Papa Ale-mu, bukan?""Tenang saja, kakakku, dan kedua orang tuaku tidak mungkin menghancurkan kebahagiaanmu, Kak Bella," imbuh Ivan memberikan makanan baru yang ia bawa bersama dengan pelayan.Bella benar-benar merasa malu dengan Gea. Ia membenci Gea tanpa alasan yang belum tentu terjadi. Malam itu, Bella tak perlu ke hotel untuk istirahat. Aldi de
Sebelum Mutiara masuk ke mobil, ia menghampiri Rico dan meminta maaf jika dirinya selalu mengacuhkannya. Kejadian malam itu, membuat Mutiara sadar, jika dirinya memang jatuh cinta kepada pria yang beberapa minggu terakhir dekat dengan dirinya itu."Selamat tinggal, Rico. Jika aku ada salah, aku mohon maafkan kesalahanku, baik di sengaja atau tidak," ucap Mutiara tanpa menatap menatap mata Rico."Jangan pernah mengucapkan kata selamat tinggal jika di hati kita masih berharap pertemuan. Maafkan aku karena waktu itu aku sudah mengecewakanmu, Mutia. Aku benar-benar menyesal. Maafkan aku." Rico memberikan sesuatu di tangan Mutiara.Kali ini, tatapan Mutiara penuh dengan arti untuk Rico. Ia hanya berharap, jika rasa sukanya hanya sekadar angin lalu saja. Tapi masa-masa SMA tidak akan datang untuk yang kedua kalinya, masa-masa indah y
"Sial! Apa yang sudah aku lakukan?" umpat Rico menyalahkan dirinya sendir. "Sekarang, apa yang akan Mutia pikirkan tentangku? Kenapa aku sangat gegabah?"Rico terus menyalahkan dirinya sendiri. Sementara itu, Mutiara tengah kesulitan mengatur debaran jantung yang tak seperti biasanya. Jantungnya berdebar hebat, apalagi ketika Rico menyentuh kulit dada miliknya."Kenapa jantungku berdegup cepat begini?" gumamnya. "Sebenarnya … rasa apa yang kurasakan saat ini. Lalu, kenapa ketika Rico menciumku, aku hanya bisa diam dan tidak menolak?" ujarnya menyentuh tanda merah yang diukir oleh Rico."Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Apa aku jatuh cinta kepadanya? Tapi apa yang membuatku jatuh cinta dengannya?"Pertanyaan-pertanyaan kecil selalu muncul dalam pikirannya. Mutiara tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, yang ia rasakan hanyalah debaran jantung yang cepat dan juga rasa kegelisah