Home / Pernikahan / Surgaku Yang Hilang / Bab 23. Pendarahan

Share

Bab 23. Pendarahan

Author: Desi Diah Pangesti
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

PRANK...

Gelas pun jatuh ke lantai hingga pecah.

"Awchh, Sakit. Panas," rintih Siska seraya memegang perutnya. Ia takut terjadi hal buruk yang menimpa calon buah hatinya karena baru saja kejatuhan gelas kaca yang berisi air panas itu. Ia begitu was-was dan sangat ketakutan, perutnya tiba-tiba langsung sakit dan keram.

"Kurang ajar kamu, ya!" Napas Siska memburu dan menatap Nabila dengan tajam. Ia segera mengambil air dingin dari keran dan mengusapkannya ke perut.

Rasanya masih begitu sakit, Siska beberapa kali berseringai menahan sakit namun, seketika Siska terkejut saat melihat darah di lantai.

"Hah anakku. A-aku pendarahan." Siska panik dan sangat terkejut. Ia langsung berjalan cepat menuju kamarnya untuk memanggil Ilham.

Sedangkan Nabila, ia hanya bisa diam mematung saat melihat darah dimana-mana, apa lagi saat Siska berjalan. Lantai dengan ubin berwarna p

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ilham anjing, semoga istrimu keguguran biar kamu puas.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 24. Buntuh Dua Kantong Darah

    Setelah 2 jam berlalu dan dokter belum juga keluar membuat Ilham semakin cemas dan perasaannya tidak karuan. Rasa takut kini sedang menyelimuti dirinya. Tak henti-hentinya ia berdoa untuk istri dan calon buah hatinya, air matanya luruh membahasi pipi. Tubuhnya lemas hingga ia merasa tak bertulang.Krek...Pintu terbuka, Dokter wanita berjilbab biru keluar seraya menghembuskan napasnya. Ia terlihat sangat lelah dan letih. Keningnya bercucuran keringat. Padahal malam ini udara sedang sangat dingin tapi, memang tidak dengan ruang ICU. Walau sudah ada AC jelas saja siapa saja yang masuk ke sana akan terasa panas karena harus menghadapi pasien yang sedang dalam keadaan membahayakan.Ilham segera bangkit dan menghampiri Dokter itu lalu berkata, "gimana keadaan istri saya, Dok?""Istri Bapak mengalami pendarahan yang sangat hebat, banyak darah yang keluar. Kami sudah berusaha menghentikan pend

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 25. Nabila Membuat Ilham Marah Besar

    20 menit kemudian akhirnya Ilham sampai.Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat putri kecilnya sedang menangis sesenggukan di teras rumah seraya memeluk guling kecil dan menenggelamkan wajahnya di guling yang ia peluk.Ilham segera turun dari mobilnya dan menghampiri putrinya."Ya Allah, Sayang.Kamu ngapain di luar? Tante Nabila mana?"Tak ada jawaban dari Qila, ia hanya mendongakkan kepalanya sebentar lalu kembali menenggelamkan wajahnya.Ilham langsung menggendong Qila dan membawanya masuk. Dadanya bergemuruh, ia kesal dengan Nabila karena tidak menjaga Qila bahkan membiarkannya sendirian di luar rumah di jam yang sudah hampir lewat dari tengan malam ini."Keterlaluan sekali Nabila ini," gumam Ilham kesal dan langsung masuk ke dalam.Niatnya pulang untuk segera mengambil ponsel dan segera menghubungi teman-temanya tapi justru Nabila

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 26. Mendapatkan Donor Darah

    Ternyata anak kyai ini tidak sebaik kelihatan, bukan? Wajah lugu dan polos memang tidak bisa menjamin isi hati seseorang. Jadi, jangan menilai orang semata-mata hanya dari luarnya saja!"Pokoknya Mas nggak mau tau, kamu harus jagain Qila malam ini! Mau minta tolong siapa lagi kalau bukan kamu, Nab? Kamu istri saya jadi, tolong anggap Qila seperti anak kandungmu sendiri!" tutur Ilham seraya menatap Nabila dengan lekat dan serius."I-iya, Mas. Nanti akan aku kunci pintunya biar Qila nggak keluar lagi," balas Nabila gugup dan sedikit menunduk kepalanya."Jagain yang bener! Sayangi dia seperti anakmu sendiri!" celetuk Ilham. Walau sebenarnya ia tak bisa percaya begitu saja namun, malam-malam begini memang tak ada lagi yang bisa diminta bantuan untuk menjaga Qila kecuali Nabila."Iya, Mas. Aku sayang kok sama Qila, memang tadi aku yang teledor. Aku bener-bener minta maaf, Mas."Ilham

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 27. Suara Hati Nabila

    (PoV Nabila)Sesampainya di rumah sakit aku segera menuju tempat administrasi, kalau saja bukan karena aku Siska jadi seperti ini pasti aku enggan mendonorkan darah untuknya.Kakak maduku itu memang sangat arogan, dia yang selalu mulai duluan dan pasti akhirnya kita berkelahi. Padahal aku sudah berusaha baik dengannya tapi ia tetap saja ingin ribut denganku.Padahal menurutku tinggal berbagai saja itu bukan lah hal yang sulit, kita bisa bersama-sama mengurus Mas Ilham dan juga rumah. Tapi Siska tetap tidak mau, memang dasar manusia sukanya yang tidak berjalan ya lancar-lancar saja ya seperti itu.Apalagi anaknya, Aqila itu sangat manja dan juga menyebalkan. Gara-gara dia tidak mau masuk aku mendapatkan kemarahan dari Mas Ilham. Anak dan Ibu memang tidak ada bedanya sama sekali, senangnya membuat ulah yang akan menyengsarakan diriku."Hhhhh... makanya nggak usah banyak ulah, kena

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 28. Berhasil Melewati Masa Kritis

    Setelah dokter melakukan pengobatan di ruang ICU dan keadaan Siska sudah tidak kritis lagi, para perawat segera memindahkannya ke ruang rawat inap.Hingga di pagi harinya pada pukul 08:15 akhirnya Siska dapat membuka kedua matanya. Ia merasa kepalanya pusing, tubuh lemas dan sakit di bagian perut."Hsss..." desis Siska menahan sakit.Ia melihat tangan kirinya yang berbalut infus lalu beralih melihat ke sekeliling ruangan. Ia melihat keberadaan Nabila yang sedang duduk di sofa seraya memainkan ponselnya.Dahi Siska pun mengerut, ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sampai ia harus ada di ruangan ini.Sontak kedua mata Siska membelalak dengan sangat lebar. Ia langsung memegang perutnya yang terasa sakit, buliran cairan bening mulai keluar dari kedua sudut matanya."Anakku," gumamnya lirih.Kemudian, ia beralih melihat Nabila sambil m

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 29. Kebimbangan Ilham

    Pagi ini setelah membuka ponselnya dan mendapatkan kabar bahwa Siska sudah berhasil melewati masa kritisnya Ilham segera bergegas menuju rumah sakit dan menitipakan Aqila kepada tetangga mertuanya yang memang sudah sangat akrab.Setelah semalaman ia tak bisa tidur akibat memikirkan Siska akhirnya, kini dapat bernapas lega. Di sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya mengucap syukur.Begitu senangnya ia menyambut kedatangannya Siska kembali ke rumah. Ternyata ia memang sangat tidak rela jika harus kehilangan istri pertamanya itu. Walau Siska tetap akan meminta cerai setelahnya sehat nanti, Ilham tak akan mengabulkan permintaanya itu.Bagi Ilham, Siska adalah sosok perempuan dan istri yang sempurna. Selalu pengertian dan tidak banyak menuntut. Dan yang paling penting adalah Siska tipe orang yang setia."Mas adalah orang yang paling beruntung bisa memilki kamu, Sis. Bagiamana bisa Mas akan bercerai denganmu, pastinya Mas tidak mau," gumam Ilham saat menyetir mobilnya.Sejak semalaman,

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 30. Nabila Keterlaluan

    "Mas mau menceraikan aku?" sahut Nabila dengan nada suaranya yang meninggi seraya mengeryitkan dahinya.Ucapan Ilham seolah membuatnya langsung terhenyak dan berfikiran buruk."Iya! Mas Ilham pasti akan menceraikan kamu wanita jalang! Kamu pikir kamu itu siapa? Hah? Bisa seenaknya masuk ke dalam keluarga orang lain dan merusaknya," balas Siska lalu tersenyum getir.Nabila langsung berjalan menghampiri Siska dengan tatapan tajamnya."Saya nggak nanya sama kamu! Jadi, lebih baik tutup saja mulutmu!" bentak Nabila.Ilham tersentak dan langsung menatap Nabila dengan heran."Tenang, Nab! Istighfar! Jaga sikapmu! Siska ini kakak madumu, kamu nggak boleh bicara kasar seperti itu dengannya!" sahut Ilham dengan tegas."Mas dia dulu yang mulai! Kenapa jadi Mas yang marahin aku?" sanggah Nabila sembari menepuk ringan dadanya saat mengatakan kata terakhir."Memang sikap dia selalu sepertu itu, Mas! Ya itu sikap aslinya muncul juga akhirnya," sahut Siska tersenyum seraya memutar kedua bola matanya

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 31. Akhirnya Sikap Aslinya Terlihat

    Nabila terhenyak tak percaya dengan perkataan Ilham. Kedua matanya mengembun lalu tanpa aba buliran bening mengalir begitu saja di pipinya."Mas, kenapa gitu? Apa salahku? Aku cuma ngebela diri, Mas. Bukan aku dulu yang mulai, kenapa Mas tega banget sama aku? Mas jahat," gerutu Nabila kesal."Turun di sini, Nab! Pesan taksi online, kamu pulang ke rumah!" ucap Ilham dengan tegas."Mas kok tega banget sama Nabila? Aku ini juga istrimu, Mas! Kita baru 3 hari menikah dan Mas udah mau menelantarkan aku? Aku nggak terima dengan semua perilakumu ini, Mas! Pulangin aja aku ke rumah Abah, Mas! Pulangin," balas Nabila lalu menangis tersedu-sedu."Arghh..." Ilham mengacak rambutnya frustasi."Mas bingung, Nab! Bingung! Pusing kepala Mas ini!" Ilham memukul setir mobil dengan keras lalu memejamkan kedua matanya.Nabila hanya terdiam seraya menundukkan kepala. Air matanya

Latest chapter

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 110. Keihklasan (Tamat)

    Satu bulan sudah Ilham kembali ke Indonesia. Hampir setiap hari lelaki itu selalu mengunjungi putri kecilnya dan tak jarang pula mengajaknya pergi keluar. Sebenarnya ia juga sangat ingin kembali membangun kedekatan dan memperbaiki hubungannya dengan Siska. Namun, sayang sekali. Hal tersebut sama sekali tak mampu untuk Ilham wujudkan dan hanya menjadi sebuah angan belakang. Hampir setiap kali Ilham datang Siska tak pernah berada di rumah. Kalau pun sedang di rumah ia hanya akan menemui Ilham sebentar untuk memberikan minuman dan sebuah makanan ringan. Lalu, kemudian melanjutkan aktivitasnya sendiri. Sama halnya dengan sore hari ini. Siska dan Ibu tengah sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam. Sedangkan Bapak dan Aqila tengah duduk bersantai di teras rumah sembari menikmati secangkir kopi dan brownis basah buatan Siska. “Ayah...” panggil Aqila lirih seraya mendongakkan kepalanya. Menatap wajah sang Ayah yang kini tengah memangku tubu

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 109. Ada Sesuatu Yang Ibu Sembunyikan

    Sebelum menjawabnya Siska terlebih dahulu menatap Ibunya, dan Ibunya tersebut menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa beliau menyetujuinya. Seketika itu juga Ilham langsung tersenyum dengan lebarnya, walau Siska sendiri belum memberikan jawaban. “Ya sudah, ayo kita pulang,” seru Ibu, beliau membalikan tubuh untuk mengambil tas yang masih berada di atas kursi taman. “Ibu sama Siska naik apa?” tanya Ilham lirih. “Taksi,” jawab Siska, ia hendak mengambil alih tubuh Aqila dari gendongan Ilham. Namun, ternyata putri kecilnya itu justru semakin erat memeluk leher Ayahnya. “Nggak, Bunda!” Aqila menggeleng pelan, “Qila mau sama Ayah aja,” lanjutnya. Ilham begitu senang dengan sikap manja putri manisnya ini. Bahkan posisi wajah mereka kini tengah berhadap-hadapan, hanya berjarak lima senti saja. Padahal sebelum pertemuan ini gadis kecilnya itu juga tak selengket ini kepadanya. Justru Aqila sediki

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 108. Pertemuan Singkat Yang Manis

    Mendengar namanya dipanggil lelaki itu pun menoleh ke kanan dengan wajah datarnya. Namun, beberapa detik kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya kepada Aqila dan juga Siska. Senyumnya terukir dengan sangat lembutnya, bahkan saat ini kedua matanya mulai berbinar bersamaan dengan bibir yang bergetar pelan. “Qila Sayang,” ucapnya begitu lirih sembari mengusap pucuk kepala Aqila yang masih nampak kebingunan. Sedangkan Siska, kini wanita itu justru tampak terkesiap dengan apa yang kini tengah berada di hadapanya. Seolah tak percaya dan begitu ragu, benarkah yang saat ini sedang berdiri tepat di depannya ini adalah Ilham? Sang mantan suami yang sudah berbulan-bulan lamanya tak pernah terlihat. “Ini beneran kamu, Mas?” ucap Nabila lagi, kedua matanya tampak terbelalak. Seolah begitu kagum dengan sosok lelaki yang juga berada di hadapannya ini. Namun, lagi-lagi tetap tak mendapatkan respon. Lelaki itu justru teta

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 107. Kembalinya Ilham Dengan Perubaha

    Hari-hari berjalan dengan damai. Akhirnya setelah bertubi-tubi masalah selalu hadir 5 bulan Siska benar-benar bisa merasakan sebuah ketenangan. Ia tengah sibuk bekerja, mengembangkan tokonya dan melakukan promosi sebanyak-banyaknya. Perlengkapan di tokonya juga sudah semakin banyak lagi, serta bapak dan ibunya tidak perlu capek-capek untuk melayani para pembeli. Karena, Siska sudah mempekerjakan 3 orang di tokonya itu. Mungkin Ibu dan Bapak hanya sesekali saja ke sana untuk memantau. “Alhamdulillah ya, Nduk. Perlahan tokonya semakin ramai dan keuangan sudah kembali membaik. Maaf kalau Ibu sama Bapak cuma bisa nyusahin kamu aja, Nduk.” Ibu mengusap lembut punggung tangan Siska. Kini mereka tengah duduk di kursi taman. Memperhatikan Aqila yang tengah bermain-main dengan teman sebayanya di hari minggu ini. Siska menatap Ibu dengan lekat, “Ibu ini ngomong apa, sih? Nggak ada yang namanya nyusahin, Bu. Apa yang udah Siska lakuin sekarang ju

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 106. Akhirnya Memilih Resign

    Tidak hanya Lestari, bahkan fatya pun juga cukup geram mendengarnya. Pasalnya mereka benar-benar menganggap perkataan Haris baru saja menerangkan bahwa lelaki itu menggunakan Siska sebagai umpan untuk menyeleksi para karyawannya. “Bener-bener ya kamu ini, Haris. Mana bisa kamu memperalat Siska kaya gitu, kamu nggak kasian sama dia? Hah?! Emang paling bener dia nggak perlu kerja di perusahaanmu lagi, ya. Di luar sana masih banyak kok yang bakalan nerima karyawan kompeten sepertinya. Nggak usah bertahan di perusahan toxicmu itu,” sentak Fatya yang sudah mulai tak bisa lagi menahan amarahnya. Sedari ia sudah berusaha untuk tenang dan sabar, tapi mendengar hal itu jelas saja emosinya langsung meledak. Dengan cepat Haris pun langsung menggelengkan kepalanya dan segera menjelaskan kesalapahaman itu, “tunggu-tunggu! Ini nggak seperti yang kalian pikirkan. Sumpah... saya nggak ada maksud untuk menjadikan Siska umpan. Saya suka sama dia makanya sa

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 105. Negoisasi Antara Haris dan Sahabat Siska

    “Apa sudah lebih baik?” tanya Dewi, sembari mengusap lembut lengan kanan Siska. Sore ini setelah pulang bekerja, Dewi menyempatkan diri untuk kembali menengok sahabatnya itu. Sedangkan, Fatya dan juga Linda masih ada urusan sehingga mereka akan tiba saat malam nanti. Begitu juga dengan Ika, malam ini ia tidak bisa ikut menemani Siska di rumah sakit karena ada urusan mendadak. Siska tersenyum tipis seraya mengangguk pelan, “udah kok, Dew. Dokter bilang besok juga udah boleh pulang.” “Lalu, apa lagi kata dokternya? Nggak ada yang bahaya kan sama kepala kamu?” tanya Dewi tampak cemas. “Untuk sekarang masih belum diketahui, Dew. Mungkin satu minggu lagi hasilnya akan keluar.” “Masih pusing banget, enggak? Kalau emang masih pusing sebaiknya besok jangan pulang dulu ya, Sya. Urusan orangtua sama anak kamu biar kita yang urus. Tadi, sebelum ke sini juga aku sempetin mampir ke rumah orangtua kamu, kok,” ujar Dewi,

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 104. Siska Pembawa Dampak Negatif

    Malam ini di tengah rasa cemas, khawatir, dan bercampur bimbang Haris dengan terpaksa harus mengikuti keinginan Rosalinda untuk makan malam di luar bersama Syakira. Jangan anggap lelaki itu tidak menolaknya, sudah berulang kali Haris tidak mau, tetapi Sang Mama tetap saja memaksannya. Padahal malam ini ia ingin menemani Siska di rumah sakit, sekaligus menyelesaikan percakapan mereka yang ia anggap belum sepenuhnya selesai. Masih banyak hal yang ingin Haris katakan untuk membuat wanita itu mau memberinya kesempatan dan kepercayaan. Namun, sayangnya keadaan sama sekali tak mendukungnya. “Makan, Haris!” seru Rosalinda, sedari tadi wanita itu memperhatikan putranya yang terus sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan dirinya dan juga Syakira. “Haris nggak lapar, Ma,” balas Haris lirih, lalu menghela napas panjang karena sedari tadi Siska tak mau mengangkat panggilan telepon atau pun membalas pesan-pesannya. Ingin rasanya saat ini juga ia k

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 103. Siska Meminta Haris Untuk Mengabaikan Perasaannya

    Kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya Ika sendiri sangat malu. Apalagi kenyataannya dia tak mempunyai hak untuk memiliki rasa cemburu itu, bahkan sekedar dekat dengan bosnya itu pun tidak. Lalu, kenapa dia harus marah dengan Ika waktu itu? Ahhh... Ika sendiri juga tak paham tentang persoalan rasa seperti ini. Sungguh rumit dan tak bisa dijelaskan. “Iya, Kaa. Aku juga udah jaga jarak banget sama Pak Haris setelah ditegur sama Bu Rosalinda, beliau ngelarang aku buat deketin anaknya. Padahal aku sendiri juga nggak ada fikiran sampai ke sana. Nggak tahu kenapa Bu Rosalinda dan Syakira justru beranggapan yang enggak-enggak tentang aku,” balas Siska, sedih rasanya kalau semakin banyak orang yang tak menyukai dirinya seperti ini. “Namanya juga manusia, Siska. Mereka pasti berasumsi sendiri-sendiri, karena para pembenci nggak akan peduli dengan semua kebaikan yang udah kamu berbuat. Di mata mereka apa yang kamu lakukan itu akan selalu buruh,” sambun

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 102. Di Mana Pertanggung Jawaban Ilham?

    Drttt... Drttt... Drttt... Berulang kali ponsel Siska berdering, menandakan ada beberapa pesan WhatsApp yang masuk. Namun, wanita itu sengaja mengabaikannya dan justru memejamkan kedua matanya dalam posisinya yang masih duduk bersender. Ia tak mau memikirkan apapun yang akan membuat kepalanya semakin pusing. Hari ini sudah banyak sekali hal yang membuatnya penat, ingin sekali ia sejenak untuk beristirahat dari segala permasalahannya. Hingga beberapa saat kemudian Ika pun telah datang bersama dengan Fatya dan juga beberapa sahabat Siska yang lain. Wanita itu bahkan tak tahu jika Ika telah memberitahukan keadaannya yang sedang tidak baik-baik ini kepada mereka. “Assalamualikum....” ucap Ika pelan sembari berjalan ke arah Siska, namun kedua matanya justru fokus pada dua paper bag di atas nakas. “Waalaikumsalam,” balas Siska yang sudah kembali membuka kedua matanya setelah mendengar suara pintu yang terbuk

DMCA.com Protection Status