Share

POV Abi

"Fran?" Aku menyenggol pinggang anakku sambil terus menatapnya.

"Iya, Bun. Manis, cantik!" jawabnya spontan.

Ya Allah, rasanya ingin tertawa melihat reaksi anak lelakiku yang sampai segitunya saat melihat adiknya Syailendra.

"Bunda nggak minta pendapat dia cantik apa enggak, tapi nanya dia itu yang nabrak kita di acaranya Om Rendi atau bukan?" kataku lagi, mengulangi pertanyaannya yang aku ajukan.

"I--iya kayaknya, Bun." Pria berusia hampir dua puluh tiga tahun itu menjawab sambil tersipu malu.

Aku melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri, dan ternyata sudah pukul tiga sore. Aku pun pamit pulang kepada tuan rumah, karena tidak bisa terlalu lama meninggalkan Zafir sendirian.

"Loh, Mbak Hanin. Kenapa buru-buru sekali?" tanya Mbak Sania saat kami pamit kepadanya.

"Soalnya anak bungsu saya lagi sakit dan sendirian di rumah. Kasihan takut dia butuh apa-apa," sahutku.

"Oh, seperti itu? Kalau begitu Mba
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
dianrahmat
penyesalan itu belakangan, klw diawal namanya pendafatarn! pdhal tak muda lagi tp msh gak bisa kendalikan nafsu. ooo mgkn krn puber kedua x ya. tp klw imannya kuat mah tetap aja bisa terjaga. baguslah msh ada menyesal nya... berarti udah sadar klw yg dilakukan salah.
goodnovel comment avatar
Siti Hasanah
kalau sudah merana baru ingat anak ya,kemaren kemana aja...lagu lama
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status