Elia sudah memutuskan bahwa mereka harus menjelajahi dungeon. Bruno sang ajudan juga sangat setuju. Mereka kepalang tanggung jika harus pulang untuk meminta bantuan karena masalah perbekalan saja. Ada beberapa ksatria yang masih diatas dan tidak terjebak masuk ke dalam tanah yang ambruk. Elia pun mengutus mereka untuk keluar dari Hutan Wolbet dan mencari bantuan terdekat.Sisanya akan ikut masuk ke dalam dungeon. Elia sendiri merasa berdebar-debar karena ini pertama kalinya Dia menemukan Dungeon dan menjelajahinya. Akan ada bahaya apa di dalam pun Dia tidak tahu.Seluruh orang merasa waspada ketika mulai melangkah masuk. Kuda mereka, mereka tinggal di luar. Pintu masuk gua itu sendiri cukup lebar. Kira-kira 5 meter dengan ketinggian 3 meter. Didalam sangat gelap dan lembab. Aroma kelembaban tanah yang tak pernah tersentuh matahari pun menyeruak. Dari buku-buku pengetahuan dasar dungeon yang Elia baca, biasanya ada banyak jebakan sihir yang sengaja ditanam untuk menghindari pembajakan
Elia melangkah mendekati air mancur yang tampak tidak mencurigakan tersebut. Para ksatrianya hanya memandangnya pergi.Setelah sampai di air mancur tersebut, Elia mengamati air mancur itu dengan seksama.'Jika dinding dan lantai yang tersentuh saja menimbulkan bencana yang mengerikan, aneh sekali jika air mancur ini baik-baik saja,' pikirnya.Setelah berulang kali berpikir, ternyata memang semua pola dinding yang berbahaya itu mengelilingi air mancur tersebut, seakan ingin menghalangi siapapun untuk mendekati. Semua jebakan lantai di dekat air mancur sudah keluar, makanya ketika Elia melangkah mendekati air mancur tidak terjadi apa-apa. 'Kuncinya ada di air mancur tersebut,' pikirannya bersikeras demikian.'Tapi dimana?' "Apakah ada yang aneh Yang Mulia?" Bruno mengajukan pertanyaan karena sepertinya Sang Putra Mahkota tampak seperti melakukan sebuah pengamatan."Ah... Aku hanya merasa kalau air mancur ini adalah sebuah kunci" "Kunci?""Benar! Tidakkah kamu merasa kalau ada ksatria
Setelah ball pesta di kediamannya yang ramai banyak orang. Sekarang mansion menjadi normal kembali. Para pegawai paruh waktu pun sudah tidak ada lagi. Vania menjadi sangat sibuk setelah ya karena ternyata urusan Duchy of Ansel memang banyak sekali. Itu karena Vania juga harus membalikkan dokumen dari nama Gama Ansel ke Vania Vivia Pallas Pil Berta. Untungnya ada Viscount Nedd yang senantiasa membantu Vania sebagai pengacara resmi dari keluarga Duke of Ansel. Setelah membereskan semua dokumen Dan merasa Duchy sudah stabil kondisinya, Vania meminta tolong Jeff untuk menyiapkan sebuah perjalanan dengan kedua keponakannya. Kata banyak orang, perjalanan yang menyenangkan bisa membuat memori kenangan yang bagus dan membantu dalam merekatkan hubungan. Jadi Vania ingin mencoba untuk melakukan perjalanan ini agar Dia bisa dekat dengan kedua keponakannya tersebut. Saat diminta tolong Vania mengenai perihal perjalanan, Butler Jeff tersenyum dengan sangat lebar. Bahkan sang koki Piton siap m
Segera setelah Elia berhasil keluar dari Hutan Walbot membawa harta temuan. Di dungeon. Kepulangannya tengah dinanti-nantikan rakyat. Mereka kagum sekaligus bangga akan prestasi calon penerus Kerajaan Merden tersebut. Pangeran yang tampan tengah dielu-elukan oleh banyak orang. Bangsawan yang selalu dipihak Putra Mahkota kini bisa berdiri Dan meledek pengikut Duke Ibet yang berbaris ke barisan Pangeran Jehu. Duke Ibet semakin getah tentunya mengingat prestisenya semakin turun. "Sial...!" Umpat Duke Ibet pelan di ruang kerjanya. Ajudannya yang tengah melaporkan prestasi Putra Mahkota kini hanya diam sembari menundukkan kepalanya. Dia tahu kalau perubahan suasana hati Duke Ibet tengah buruk, maka Dia memilih untuk diam seribu bahasa sambil menunggu instruksi selanjutnya. Duke Ibet yang dulu berandai-andai bisa menjadikan cucunya Putra Mahkota kini malah harus selalu memalingkan mukanya di depan para bangsawan karena kelakuan Pangeran Jehu yang semakin menjadi, sementara Pangeran perta
Vania masih saja sibuk, tapi Dia selalu meluangkan waktunya untuk mengunjungi kedua keponakannya. Kalau pekerjaannya ringan seperti mengecek dokumen, Vania akan bekerja sambil mengunjungi keponakannya. Entah itu Kesha atau Kinan. Vania kadang menonton latihan sihir ata ilmu pedang Kinan. Lalu akan bertepuk tangan meriah sambil membawakan air minum dan kue. Tak lupa Dia juga menyanjung usaha Kinan yang sudah berlatih dengan sangat keras. Untuk Kesha, Vania selalu mencoba mendekat, untuk sebulan pertama Vania memfokuskan untuk diri agar dikenal Kesha dulu. Vania mengutamakan rasa aman dan nyaman. Karena akan sangat sulit membuka diri untuk orang asing. Ada kalanya Vania hanya akan di samping Kesha yang sedang melukis. Vania hanya diam saja tanpa bertanya, itupun Dia harus menjaga jarak radius 1 meter.Setelah hampir sebulan lebih, kini Kesha sudah mau menanyainya lebih dulu dan tidak ada kecanggungan lagi jika harus bersatu gurau. Masalahnya adalah hubungan kakak dan adik antara Kinan d
Vania dan kedua keponakannya akhirnya berangkat ke Ibukota. Mereka ditemani pengasuh dan beberapa ksatria dibawah komando Sir Letto. Vania memilih jalur darat daripada harus teleportasi menggunakan sihir. Pertama Dia mempertimbangkan kondisinya sendiri, sebagai orang yang tidak memiliki mana, Vania pasti akan oleng Dan ambruk begitu tiba di Ibukota, Dia bisa sakit selama 2-3 hari kedepan. Pun dengan kedua keponakannya meski memiliki mana, anak kecil yang belum belajar manifestasi mana dengan baik bisa sakit seluruh badannya. Jadilah perjalanan menggunakan kereta selama 14 jam. Mereka beristirahat beberapa Kali untuk makan siang Dan makan malam di jalan. Untungnya jalan sudah bagus, meskipun sepanjang jalan mereka harus melintasi daerah pinggiran Hutan yang sepi. Mereka tiba di mansion Ibukota jam 9 malam. Butler mansion Ibukota menyambutnya dengan sambutan hangat. Mansion Duke of Ansel yang ada di Ibukota hanya berlantai 4 dan tidak seluas mansion di Duchy. Karyawan disini juga lebi
Setelah berkeliling Ibukota dan melihat bangunan serta aktivitas, Vania merasa jenuh dan ingin pulang ke mansion. Tapi kembali ke mansion dengan tidak membawa apa-apa sangatlah tidak etis mengingat Dia punya dua keponakan kecil-kecil. "Pak kusir tolong antarkan Saya ke toko kue yang enak di sini ya!" Perintah Vania, Dia sendiri belum tahu nama kusir yang membawa ya jalan-jalan pagi itu sehingga Dia selalu memanggilnya 'Pak Kusir.' "Baik Nyonya..." Kereta melaju dengan pelan, menuju sebuah jalan yang ramai. Sebuah bangunan berlantai 3 mirip sebuah kafe. Disana sudah ada beberapa pelanggan yang duduk dengan memesan makanan. "Sudah sampai Nyonya," kata sang kusir memberi tahu. "Ah.. ya terimakasih" Vania turun dari kereta yang diparkir di pinggir jalan. Tak lupa Dia membawa kantong koin dukan untuk digunakan membeli kue. Vania berjalan lurus tanpa memperhatikan sekitar. "Klinting...." Bunyi sebuah lonceng yang diletakkan diatas pintu kafe jika ditarik ke dalam. "Selamat datang di
Vania yang mengamati ada pelanggan lain masuk dan memesan kue seperti yang Dia pesan, dilayani dengan baik sehingga Vania merasa ada yang janggal. 'Perempuan yang baru saja masuk dilayani dengan ramah dan dipersilakan menunggu,' sedangkan Dia harus dipastikan lagi dan akhirnya ditolak. "Kafe kami memasang harga yang tinggi karena kebanyakan yang membeli adalah para bangsawan Nona, dan yang semua Nona pesan adalah kue teratas dengan harga yang tinggi," kata Bella menjelaskan. "Hm..." Vania hanya bergumam. Bella lalu tersenyum dan menjelaskan lagi, "Saya bisa merekomendasikan kue-kue dengan harga terjangkau Nona, Nona bisa pergi ke pusat pasar ...." Belum selesai Bella berbicara, Vania lalu berucap, "Ya ampun, haruskan Aku beli bangunan ini" Kata Vania pelan sembari melihat sekeliling bangunan tersebut. Di depan bangunan itu, ada sederet bangunan yang sudah menjadi milik Duke of Ansel. Bangunan tersebut disewakan dengan harga lumayan murah kepada pedagang karena rasa kemanusiaan, Vani