Seorang cowok memasuki kediaman rumah bak istana tersebut, alih-alih dengan senyuman karna merayakan hari kelulusan cowok itu malah menampilkan raut dinginnya dan menghunusnya. Tatapan matanya tajam setajam burung hantu yang mampu mengintai musuh dimalam hari.
Seorang wanita paruh baya tersenyum tipis melihat kepulangan sang putra ia lantas mempercepat langkahnya turun dari tangga untuk menemui anak sulungnya tersebut, perasaan khawatir yang tadinya menghantui kini mulai memudar tergantikan oleh senyuman hangat dan mata yang berkaca-kaca.Ia membelai rambut putranya yang kotor karna terkena warna. "Happy graduation, sayang. Kapan wisuda kamu?" tanyanya namun diacuhkan. Cowok dengan seragam yang penuh warna serta coretan itu memilih pergi tak peduli dengan wanita tersebut. Karlina menarik nafas panjang rasanya sakit namun entah mungkin ia sudah sedikit terbiasa dengan sikap Langit yang selalu dingin dan ketus dengannya. Memang sangat sulit melelehkan es yang sudaMobil Avanza berwarna hitam terparkir manis dikediaman keluarga Husein, pintu dibuka menampakan tiga gadis remaja yang baru mengenakan seragam SMA. Dua diantaranya menelan salivanya susah payah membayangkan masalalu mereka yang cukup trauma akan sosok Agna Husein.Riana tersenyum kearah kedua temannya sedangkan mereka hanya menangguk lalu membuntuti langkah kaki Riana yang memasuki rumah bak istana tersebut."Ri, gue takut.." kata Amel was-was saat mulai memasuki rumah, Riana mengandeng tangan Amel meyakinkan gadis itu bahwa semua akan baik-baik saja.Pintu terbuka menampakan sosok wanita paruh baya dengan baju sederhananya, hal itu membuat Amel serta Niza tentu saja kaget atau mungkin sudah syok? Karna melihat penampilan Nyonya besar Husein berpakaian seperti itu? Biasanya Karlina akan lebih seing terlihat memakai pakaian formal, di rumah maupun diluar. Katanya dulu sih agar terlihat elegant dan glamour, sedangkan ini? Daster?Tak hana Amel dan Niza yang t
Semua duduk manis di meja makan mereka terlihat sangat menyukai sup buatan santi, minder? Oh iya tentu Karlina merasa tidak pantas berada disini hei coba kalian berada diposisi Karlina. Disaat dirimu sudah masak banyak namun anakmu sama sekali tidak memyetuh masakanmu yang sudah kau buat dengan berbagai harapan.Bukankah itu sakit?Karlina menatap Langit, cowok itu terlihat begitu akrab dengan Santi hal itu sangat terlihat menonjol, melihat itu Lina rasanya benar-benar ingin hilang saja dari dunia ini."Tante, San. Ini tu sup yang enakk banget, kalau dijual pasti laku keras deh Tan!" puji Niza sembari memasukan kuah sup tersebut kedalam mulutnya, sangat lahap sampai kuahnya tercecer dilantai, Amel menyadarkan gadis itu membuat Niza yang tersadar langsung meringis kecil akan ulahnya. Niza menatap Karlina was-was namun sepertinya Lina terlihat tidak memperdulikan itu ia masih menyendok nasinya namun tak ia makan.Santi terkekeh. "Kamu bisa aja Niza, oh iya ta
Pelukan dua orang wanita itu merengang keduanya saling menatap dengan mata yang sudah sembab, Karlina meneliti wajah ibunya yang sudah keriput, rambut panjangnya yang hitam kini memutih dimakan usia. Namun senyumannya masih hangat dan menangkan jiwa yang tak karuan.Sarah mengusap lembut pipi Karlina yang dibanjiri air mata lalu tangannya naik mengusap rambut panjang putrinya yang beberapa tahun ini tertidur seperti mayat dengan alat bantu yang menghiasi setiap tubuhnya."Kamu apa kabar?" tanya Sarah dengan lembut.Karlina menganggukan kepalanya, ia mengusap air mata ibundanya dengan lembut lalu berkata. "Lina baik, Bunda. Bunda sendiri bagaimana?""Bunda selalu baik kalau kamu baik, sayang. Yuk ke bawah bunda mau berbincang dengan kamu. Bunda rindu,"***Dan disini lah Karlina, duduk dimeja makan dengan meja yang sudah dipenuhi berbagai makanan yang menggiurkan, niat hati hanya ingin berkunjung eh malah mendapatkan jamuan seperti ini, ada banyak sekali
Karlina pulang dari rumah ibunya dengan wajah gusar, ia tak menyangka bahwa ia akan kehilangan ayahnya secepat itu, walau dalam dirinya yang baru belum melihat seperti apa wajah ayahnya, namun hatinya merasakan ikatan yang kuat antara anak ayah. Pikiran negatif pun berkelana dalan benaknya, seperti apakah ia hidup di dunia ini sekali lagi hanya untuk dipermainkan? Kenapa dalam dirinya yang ini ia belum sama sekali merasakan kebahagiaan? Jika kalian ingin tahu renggangnya hubungan Langit dan Karlina saja sudah sudah cukup menyiksa wanita dua anak itu, lalu nanti apa lagi? Ia harap sudah cukup, Langit sudah cukup membuatnya pusing. Karlina melangkahkan kakinya memasuki rumah megah tersebut. Disana sudah ada Killa serta Santi yang menyambutnya dengan senyuman hangat namun mood Lina sama sekali tidak bisa diajak kompromi. Karlina hanya bisa membalasnya dengan seulas senyum tipis. Killa yang menyadari mata sembab nyonya-nya be
"Mbak Karlin, mau ikut Santi nggak?" tanya Santi. Karlina yang tengah merajut bersama Killa sontak mengalihkan pandangannya."Hmm, kemana?" tanya Karlina."Ke tempat yang indah banget, pasti mbak Karlina suka deh sama tempatnya."Tawaran Santi cukup menarik bagi Karlina, akhirnya wanita itu menyetujui ajakannya namun sebelum itu terlebih dahulu ia pamit untuk menganti baju.Beberapa menit berlalu, Karlina datang dengan rok panjang hingga menutupi mata kaki berwarna putih tulang dengan atasan warna pink. Rambutnya dibiarkan terurai, kesan cantiknya memang elegant."Memangnya kita mau kemana sih, San?""Ke mall!!"****Karlina tidak pernah menduga Santi akan mengajaknya ke Mall, bukan untuk berbelanja melainkan untuk bermain di Timezone,Kalian tahu perasaan Karlina saat ini? Ia sangat malu, b
"Dia siapa Ma?" tanya Riana kala melihat keberadaan sosok gadis kecil dengan boneka beruang warna cokelat di pelukannya. Pasalnya tadi saat berangkat belum ada gadis itu.Karlina terkekeh. Ia membelai rambut panjang Yara. "Coba kalian kenalan dulu," kata Karlina. Yara menatap Karlina dan Riana bergantian."Hai kak, nama aku Yara kalau nama panjangnya Kayara Ayana." kata Yara memperkenalkan diri."Asal usul?" Pertanyaan itu membuat Yara bungkam. Ia tidak tahu dimana rumahnya yang jelas ia ditinggalkan sang Mama sendirian di mall lalu ditemukan oleh Karlina.Menyadari suasana mulai canggung bagi Yara. Karlina lalu berdehem untuk mencairkan suasana. "Yara masuk yuk, mandi dulu yah?" kata Karlina diangguki Yara.Mereka masuk ke rumah. Berulang kali Yara berdecak kagum mengamati desain rumah bak istana itu, bahkan rumah ini lebih bagus dari restoran bintang lima yang ia datangi tadi. Mungkin bisa dikatakan ia beruntung karna dipertemukan dengan orang ka
Dua hari sudah berlalu. Masih bum ada kabar tentang Mama Yara, gadis kecil itu juga sudah mulai akrab dengan keluarga Husein dan yah mereka mau menerima Yara. Bahkan nanti jika orang tua Yara belum ditemukan dalam waktu satu bulan, gadis itu akan diangkat menjadi keluarga besar Husein. Ya, Kayara Ayana Husein.Rasanya seperti mimpi keluarga Husein memberikan marga nya pada anak yang entah dari mana asalnya. Apalagi marga tersebut sangat terpandang dikalangan perusahaan entertainment bahkan sampai ke luar negeri.Semua itu berkat Karlina Agna Husein tentunya. Tanpa perjuangan wanita itu mungkin Husein Entertainment hanya dikenal sebagai perusahaan biasa."Tante Yara mau nambah lagi makannya!" ujar gadis itu, saat ini semua orang tengah makan malam.Karlina dengan senang hati memberikan Yara lauk serta nasi dan beberapa sayuran. Yara tersenyum kecil."Terima kasih."Oh iya, ngomong-ngomong Johan juga menerima Yara, gadis kecil yang mengemaskan
"Karlin, jangan larian sayang. Nanti jatuh sakit loh," ujar seorang wanita paruh baya pemilik senyuman terhangat sepanjang masa, dia Sarah ibu dari Karlina Agna.Karlina kecil terus berlarian tanpa peduli ibunya yang terus mengomeli, menyuruh gadis kecil itu untuk segera berhenti, namun tetap saja Karlina memilih berlarian."Bunda ayo main sama Karlin!" seru gadis itu sembari berputar-putar bersama boneka beruangnya. Saat tengah asik bermain, satu pria kecil muncul bersama ibundanya."Davv!!" Karlina kecil langsung berlari memeluk pria kecil yang dipanggil Dav tadi. Sementara Zara, Mama Dav memilih untuk duduk bersama Sarah.Dav membalas pelukan Karlina singkat, matanya beralih menatap boneka beruang yang ada digenggaman Karlina. "Masih main boneka ini?" tanya Dav diangguki Karlina."Iya dong, ini Boneka kesayangan aku tahu!" Tiba-tiba terlintas dalam pikiran Karlina, gadis itu menginggat sesuatu. "Bunda, Ana kapan datangnya?" tanyanya pada Sarah.