"Di mana Hadi? Di mana kau menyembunyikannya?"Hana menatap Risma dengan tajam. Aura mengintimidasi tampak di wajahnya. Risma terkekeh sinis mendengar pertanyaan itu, dia mendekati Hana dan berjongkok di sebelahnya. "Kau tidak akan bisa bertemu dengannya lagi. Jadi, berhenti menyebut nama anakku!""Sebenci itukah kau padaku?"Risma tersenyum sinis. "Kenapa? Kau masih penasaran kenapa aku begitu membencimu? Kau serius mau dengar?"Hana tidak menjawab. Namun, Risma membuka suara. Dia mulai mengeluarkan segala unek-uneknya pada wanita itu. "Sudah sering kukatakan sebelumnya, bahwa aku tidak suka dengan gadis kampung. Karena gadis kampung kebanyakan sangat sok. Taunya cuma memoroti uang suaminya. Tidak berpendidikan, norak. Alasan lainnya, bahwa putraku Hadi, sudah aku jodohkan sejak lama dengan Dinda. Kau tau Dinda, kan? Dia lahir dari keluarga terpandang, berpendidikan tinggi, dan terhormat. Berbanding terbalik denganmu. Kau, sama sekali tidak masuk dalam kriteria menantu yang aku ing
"Hentikann!!"Tiga orang itu sontak menoleh ke asal suara begitu mendengar teriakan dari arah belakangnya. Mereka semua terkejut melihat Hadi tampak susah payah berjalan mendekat dengan keadaan tertatih.Nyai Dasimah melotot ke arah Risma, dia seolah mencari penjelasan kenapa Hadi bisa meloloskan diri padahal Risma sudah menyekap anaknya itu di tempat yang cukup aman."Mas Hadi, jangan mendekat!" Hana balas berteriak, mencegah Hadi agar tidak mendekatinya. Api terus berkobar dari dalam tanah yang retak menjadi dua bagian.Bukannya mendengarkan, Hadi justru semakin berani. Hana kian was-was, dia takut Nyai Dasimah akan mencelakai pria itu. Kondisinya yang masih terikat tidak memungkinkan untuk melindungi Hadi."Hana, bertahanlah. Aku akan menyelamatkanmu!" Hadi kini menatap tajam dukun serta ibunya dengan tatapan penuh amarah. Dia masih tidak percaya bahwa sang ibu bersekutu dengan dukun untuk mencelakai istrinya."Apa yang bisa kau lakukan untuk menyelamatkan istrimu?" tanya Nyai Dasi
Angin kencang tiba-tiba menderu dari arah hutan, pepohonan banyak yang tumbang, putaran angin mengelilingi Hana, matanya berwarna merah seperti darah.Melihat kejadian tersebut, Risma langsung melarikan diri dari sana. Tidak dihiraukannya Hadi yang tergeletak tanpa daya, hanya tersisa Hana dan dukun tua itu di sana sekarang."Kau ...." Nyai Dasimah berdecih. "Beraninya kau menggunakan kekuatan itu."Nyai Dasimah bisa melihat cahaya berpijar dari tubuh Hana, cahaya kehijauan yang menandakan separuh kekuatan sang dewi berada dalam tubuhnya.Nyai Dasimah terus mencemooh Hana, seakan kekuatan perempuan itu tak ada apa-apanya. Hana sendiri bisa merasakan aura ketakutan yang menyusup pada dukun tua tersebut. Kali ini Hana benar-benar tidak bisa diremehkan."Matilah!" Nyai Dasimah melemparkan bola api ke arah Hana, dengan cepat perempuan itu berkelit, serangan tersebut meleset."Mati? Hahaha!" Hana tertawa terbahak-bahak. "Jangan lupa, kita sama-sama jahat. Dalam tubuhmu sendiri tersimpan si
Nyai Dasimah menatap tajam Hana yang berjalan semakin dekat ke arahnya. Pedang tajam itu memercikkan api, seolah siap menghabisi nyawa dukun tua itu kapan saja."Kau iblis!" seru dukun itu pada Hana dengan segala sumpah serapahnya. Hana tertawa mendengar hal itu.Kedua tangannya mengangkat pedang memasang kuda-kuda menyerang. Tanpa menunggu jawaban Nyai Dasimah. Ia lalu berlari menerjang dimana wanita tua itu berada.Penyerangan brutal itu membuat Nyai Dasimah kewalahan menangkis kecepatan geraknya. Sampai kemudian ia merasakan tubuhnya terbakar dari dalam. Nyai Dasimah semakin mundur dengan tubuh gontai. Seolah-olah seluruh organ dalamnya remuk, meski tak ada setetes darah yang keluar dari kulitnya. Namun, seluruh tubuh bagian dalamnya seperti tersayat."Hueekk!"Nyai Dasimah memuntahkan darah segar yang kental. Tidak ada belas kasih yang terpancar dari mata Hana begitu melihat sang dukun berlutut di atas tanah dengan keadaan memprihatinkan."Bagaimana? Kau suka permainkanku?" Hana
"Minggir kau!"Risma membunyikan klakson berkali-kali, menyuruh Hana untuk minggir dari jalan. Namun, bukannya minggir, Hana malah semakin mendekat menuju mobil Risma.Ada rasa ketakutan yang menjalar saat Hana semakin mendekati mobilnya. Mata perempuan itu memancarkan kemarahan, Risma yakin sekali kalau Hana akan membunuhnya tanpa ampun."Kau telah membunuh anakku!" kata Risma mengamuk. "Semua ini salahmu, Hadi meninggal karenamu!"Hana justru tidak mengerti kenapa semua ini menjadi salahnya? Bukankah seharusnya wanita itu sadar kalau malapetaka yang menimpa keluarganya disebabkan oleh dirinya sendiri, karena keserakahannya.Kenapa semua kesalahan selalu dilemparkan pada Hana yang sudah jelas sejak dulu selalu menjadi korban ketamakan keluarga suaminya? Apakah kehancuran yang sedang terjadi saat ini tidak cukup menyadarkan wanita itu?Risma keluar dari dalam mobil, wanita itu menatap Hana dengan tajam, tangan kanannya menunjuk-nunjuk Hana."Aku akan membunuhmu," katanya. "Kau perempu
"Mas Hadi, kamu di mana?" Hana kembali ke hutan, dan terkejut saat tak mendapati seorang pun di sana. Tubuh Hadi yang semula tergeletak di antara puing-puing kekacauan itu pun menghilang, Hana jadi cemas, ke mana pria itu pergi?Nyai Ningrum juga tak berada di sana lagi, Hana jadi cemas, apakah Nyai membawa pergi suaminya? Tidak mungkin."Mas Hadi! Kamu ke mana, Mas?"Mustahil rasanya kalau Hadi pergi begitu saja dari dalam hutan, keadaannya saja sudah sangat lemah dan memprihatinkan. Hadi harus segera diobati sebelum kekuatan dari Nyai Dasimah semakin menggerogoti tubuhnya dari dalam.Hana keluar dari dalam hutan, dia bergegas kembali ke rumah pria itu untuk memeriksa, mungkin Hadi dibawa pulang oleh seseorang."Mas Hadi, bertahanlah. Kau akan hidup kembali!" katanya di tengah kecemasan yang melanda.Sementara itu, Surya dan Diana sibuk mengobati luka di tubuh Hadi, baju Hadi yang basah oleh darah segera dibersihkan, Surya terkejut saat melihat bekas terbakar lumayan besar di dadany
Hadi baru terbangun saat pagi menjelang dengan tubuh lelah luar biasa. Setelah tubuhnya diobati oleh Hana dia pingsan selama dua hari, Hadi sempat bertanya-tanya apa yang sudah terjadi di rumah tersebut, dan kenapa kepalanya sakit.Surya tidak banyak kata, Hana benar-benar sudah mengambil separuh ingatan Hadi. Pria itu tak bisa mengingat istrinya sama sekali.Meskipun begitu, Hadi selalu merasa ada yang hilang dalam dirinya. Tapi, entah apa itu, dia benar-benar tak bisa mengingat Hana. Tiba-tiba ada rasa sesak dalam hatinya, tetapi Hadi sendiri tak tahu mengapa.Hadi memandang Surya, dan Diana yang tengah berada di hadapannya. Meja bertaplak putih itu dipenuhi makanan. Mereka tengah merayakan kesembuhan Hadi.Dari semua kegembiraan itu, entah mengapa hatinya terasa kosong. Sangat kosong dan Hadi tak tahu apa penyebabnya. Lalu, sekarang hatinya tiba-tiba sakit juga cemas. Namun, dia sendiri tak tahu siapa atau apa yang dicemaskannya. Surya menoleh dan melihat sahabatnya tampak seperti
Dua tahun kemudian.Sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di depan sebuah rumah besar bergaya eropa. Sang empunya turun dari mobil seraya memperbaiki penampilam sebelum melangkah masuk ke dalam rumah.Rumah tersebut ramai oleh warga desa dan juga orang-orang penting. Hari ini sang tuan rumah tengah mengadakan pesta yang meriah sebagai bentuk syukuran atas kesuksesannya mendirikan sebuah sekolah di desa Cileuwi.Semua warga bebas makan sepuasnya dan menikmati pertunjukan musik yang tampil di acara tersebut. Semuanya larut dalam kebahagiaan."Wah, ada kepala sekolah baru. Apa kabar, Pak?" Surya dengan nada meledek langsung mendekati Hadi yang saat itu tengah berdiri di tengah-tengah keramaian, menyapa semua tamu yang hadir.Kedua sahabat itu saling berpelukan, Surya mengucapkan selamat. Keduanya berangkulan erat, setelah dua tahun melalui masa-masa sulit, mereka akhirnya bertemu juga di puncak kejayaan.Hadi tersenyum jenaka. Usai tragedi kelam hari itu, Hadi seolah memulai kehidupan
"Sebaiknya kau mati saja sejak dulu.""Hentikan! Semua bukan salahmu!""Aku akan membalas rasa sakit yang kurasakan selama ini."Hadi langsung terlonjak dari tidurnya ketika mimpi buruk itu kembali datang. Napasnya memburu. Rasanya seperti habis berlari puluhan kilo.Dua tahun sudah berlalu, tapi mimpi-mimpi buruk itu masih selalu mengganggunya setiap malam.Mimpinya selalu sama; sosok bertudung di tengah-tengah hutan, kobaran api yang entah berasal dari mana, serta suara-suara menakutkan yang bergema di alam bawah sadarnya. Ini bukan pertama kalinya Hadi bermimpi demikian, rasanya seperti kenyataan. Tempatnya pun sangat tidak asing, dia familiar. Namun, dia tidak ingat. Setiap kali Hadi berusaha mengingat, kepalanya selalu sakit.Keringat dingin membasahi pelipis, Hadi menghela napas dan melihat jam dinding baru menunjukkan pukul dua dini hari. Padahal dia baru tidur pukul sebelas malam."Sial, aku tak bisa tidur lagi." Hadi mengacak rambut frustrasi.Setiap kali Hadi terbangun di t
Perempuan bernama Ratna itu masih memperhatikan Hadi, seolah tengah menunggu jawaban. ''Bagaimana menurutmu?"Hadi sampai bingung harus menjawab apa. Mereka baru saja berkenalan beberapa saat yang lalu dan Ratna tiba-tiba saja mengajaknya menikah.Dia jelas belum tahu seperti apa sifat asli wanita itu, mana mungkin Hadi langsung menerima begitu saja. Secara fisik mungkin dia memang cantik, tapi Hadi bukanlah pria yang meletakkan fisik di atas segalanya."Bagaimana?" tanya Ratna lagi diiringi senyum manisnya, dia menatap Hadi dengan serius."Ah, saya ...." Hadi bingung sendiri. "Maaf, sepertinya ini terlalu cepat. Jujur saja, saya belum memikirkan soal pernikahan. Saya bersedia dikenalkan denganmu demi menghargai sahabat saya tentunya."Mendengar jawaban Hadi yang langsung to the point, Ratna hanya terkekeh, dia mengerti kalau pria itu sedang tak siap memberinya jawaban.''Jadi, maksudmu pertemuan ini atas dasar rasa iba pada sahabatmu, dan kamu tidak bermaksud untuk memperpanjang ke
"Siapa di sana?"Hadi semakin mendekat, dia berusaha memeriksa siapa perempuan yang tengah bersembunyi di balik pohon itu. Dia hanya bisa melihatnya dari luar hutan karena tidak memungkinkan jika dia harus masuk ke dalam sana.Perempuan bertudung merah itu sempat memperhatikan Hadi. Namun, dia cepat-cepat bersembunyi. Seolah tak ingin keberadaannya diketahui oleh siapa pun, termasuk oleh pria itu."Apakah Anda tersesat di hutan ini? Mau saya bantu untuk keluar?" Hening, tak ada jawaban.Hadi malah menawarkan bantuan. Padahal dia tidak yakin orang yang bersembunyi di hutan tersebut adalah manusia, bisa saja dia manusia jadi-jadian bukan orang betulan."Jangan ke mana-mana, aku akan mengeluarkanmu dari sana!"Pandangan Hadi berkeliling memindai. Entah mengapa dia merasa orang yang berada di balik pohon itu tengah menantikan bantuannya. Hadi menatap semak-semak yang bergerak-gerak lalu terdiam kala ditatapnya. Pikirannya memerintah agar dia tak maju, tetapi kakinya begitu saja melangka
Dua tahun kemudian.Sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di depan sebuah rumah besar bergaya eropa. Sang empunya turun dari mobil seraya memperbaiki penampilam sebelum melangkah masuk ke dalam rumah.Rumah tersebut ramai oleh warga desa dan juga orang-orang penting. Hari ini sang tuan rumah tengah mengadakan pesta yang meriah sebagai bentuk syukuran atas kesuksesannya mendirikan sebuah sekolah di desa Cileuwi.Semua warga bebas makan sepuasnya dan menikmati pertunjukan musik yang tampil di acara tersebut. Semuanya larut dalam kebahagiaan."Wah, ada kepala sekolah baru. Apa kabar, Pak?" Surya dengan nada meledek langsung mendekati Hadi yang saat itu tengah berdiri di tengah-tengah keramaian, menyapa semua tamu yang hadir.Kedua sahabat itu saling berpelukan, Surya mengucapkan selamat. Keduanya berangkulan erat, setelah dua tahun melalui masa-masa sulit, mereka akhirnya bertemu juga di puncak kejayaan.Hadi tersenyum jenaka. Usai tragedi kelam hari itu, Hadi seolah memulai kehidupan
Hadi baru terbangun saat pagi menjelang dengan tubuh lelah luar biasa. Setelah tubuhnya diobati oleh Hana dia pingsan selama dua hari, Hadi sempat bertanya-tanya apa yang sudah terjadi di rumah tersebut, dan kenapa kepalanya sakit.Surya tidak banyak kata, Hana benar-benar sudah mengambil separuh ingatan Hadi. Pria itu tak bisa mengingat istrinya sama sekali.Meskipun begitu, Hadi selalu merasa ada yang hilang dalam dirinya. Tapi, entah apa itu, dia benar-benar tak bisa mengingat Hana. Tiba-tiba ada rasa sesak dalam hatinya, tetapi Hadi sendiri tak tahu mengapa.Hadi memandang Surya, dan Diana yang tengah berada di hadapannya. Meja bertaplak putih itu dipenuhi makanan. Mereka tengah merayakan kesembuhan Hadi.Dari semua kegembiraan itu, entah mengapa hatinya terasa kosong. Sangat kosong dan Hadi tak tahu apa penyebabnya. Lalu, sekarang hatinya tiba-tiba sakit juga cemas. Namun, dia sendiri tak tahu siapa atau apa yang dicemaskannya. Surya menoleh dan melihat sahabatnya tampak seperti
"Mas Hadi, kamu di mana?" Hana kembali ke hutan, dan terkejut saat tak mendapati seorang pun di sana. Tubuh Hadi yang semula tergeletak di antara puing-puing kekacauan itu pun menghilang, Hana jadi cemas, ke mana pria itu pergi?Nyai Ningrum juga tak berada di sana lagi, Hana jadi cemas, apakah Nyai membawa pergi suaminya? Tidak mungkin."Mas Hadi! Kamu ke mana, Mas?"Mustahil rasanya kalau Hadi pergi begitu saja dari dalam hutan, keadaannya saja sudah sangat lemah dan memprihatinkan. Hadi harus segera diobati sebelum kekuatan dari Nyai Dasimah semakin menggerogoti tubuhnya dari dalam.Hana keluar dari dalam hutan, dia bergegas kembali ke rumah pria itu untuk memeriksa, mungkin Hadi dibawa pulang oleh seseorang."Mas Hadi, bertahanlah. Kau akan hidup kembali!" katanya di tengah kecemasan yang melanda.Sementara itu, Surya dan Diana sibuk mengobati luka di tubuh Hadi, baju Hadi yang basah oleh darah segera dibersihkan, Surya terkejut saat melihat bekas terbakar lumayan besar di dadany
"Minggir kau!"Risma membunyikan klakson berkali-kali, menyuruh Hana untuk minggir dari jalan. Namun, bukannya minggir, Hana malah semakin mendekat menuju mobil Risma.Ada rasa ketakutan yang menjalar saat Hana semakin mendekati mobilnya. Mata perempuan itu memancarkan kemarahan, Risma yakin sekali kalau Hana akan membunuhnya tanpa ampun."Kau telah membunuh anakku!" kata Risma mengamuk. "Semua ini salahmu, Hadi meninggal karenamu!"Hana justru tidak mengerti kenapa semua ini menjadi salahnya? Bukankah seharusnya wanita itu sadar kalau malapetaka yang menimpa keluarganya disebabkan oleh dirinya sendiri, karena keserakahannya.Kenapa semua kesalahan selalu dilemparkan pada Hana yang sudah jelas sejak dulu selalu menjadi korban ketamakan keluarga suaminya? Apakah kehancuran yang sedang terjadi saat ini tidak cukup menyadarkan wanita itu?Risma keluar dari dalam mobil, wanita itu menatap Hana dengan tajam, tangan kanannya menunjuk-nunjuk Hana."Aku akan membunuhmu," katanya. "Kau perempu
Nyai Dasimah menatap tajam Hana yang berjalan semakin dekat ke arahnya. Pedang tajam itu memercikkan api, seolah siap menghabisi nyawa dukun tua itu kapan saja."Kau iblis!" seru dukun itu pada Hana dengan segala sumpah serapahnya. Hana tertawa mendengar hal itu.Kedua tangannya mengangkat pedang memasang kuda-kuda menyerang. Tanpa menunggu jawaban Nyai Dasimah. Ia lalu berlari menerjang dimana wanita tua itu berada.Penyerangan brutal itu membuat Nyai Dasimah kewalahan menangkis kecepatan geraknya. Sampai kemudian ia merasakan tubuhnya terbakar dari dalam. Nyai Dasimah semakin mundur dengan tubuh gontai. Seolah-olah seluruh organ dalamnya remuk, meski tak ada setetes darah yang keluar dari kulitnya. Namun, seluruh tubuh bagian dalamnya seperti tersayat."Hueekk!"Nyai Dasimah memuntahkan darah segar yang kental. Tidak ada belas kasih yang terpancar dari mata Hana begitu melihat sang dukun berlutut di atas tanah dengan keadaan memprihatinkan."Bagaimana? Kau suka permainkanku?" Hana
Angin kencang tiba-tiba menderu dari arah hutan, pepohonan banyak yang tumbang, putaran angin mengelilingi Hana, matanya berwarna merah seperti darah.Melihat kejadian tersebut, Risma langsung melarikan diri dari sana. Tidak dihiraukannya Hadi yang tergeletak tanpa daya, hanya tersisa Hana dan dukun tua itu di sana sekarang."Kau ...." Nyai Dasimah berdecih. "Beraninya kau menggunakan kekuatan itu."Nyai Dasimah bisa melihat cahaya berpijar dari tubuh Hana, cahaya kehijauan yang menandakan separuh kekuatan sang dewi berada dalam tubuhnya.Nyai Dasimah terus mencemooh Hana, seakan kekuatan perempuan itu tak ada apa-apanya. Hana sendiri bisa merasakan aura ketakutan yang menyusup pada dukun tua tersebut. Kali ini Hana benar-benar tidak bisa diremehkan."Matilah!" Nyai Dasimah melemparkan bola api ke arah Hana, dengan cepat perempuan itu berkelit, serangan tersebut meleset."Mati? Hahaha!" Hana tertawa terbahak-bahak. "Jangan lupa, kita sama-sama jahat. Dalam tubuhmu sendiri tersimpan si