Yusuf menghembuskan nafas kasar, "Bukan nya gak boleh, sayang. Hanya saja untuk saat ini belum bisa deh. Aku masih banyak keperluan soalnya. Nanti jika kamu yang pegang dan aku minta terus sama kamu, kamu pasti akan berpikir macam-macam. Aku boros lah, aku gak bisa ngatur uang lah. Pokoknya aku gak mau kalau sampai itu itu terjadi nantinya,""Nggak lah, mas. Aku percaya kok sama kamu. Aku juga tahu kamu orang yang jujur. Jadi aku tak akan berpikir macam-macam tentang kamu, mas," "Tetap saja, sayang,,.""Yaudah deh, berarti apa yang kamu katakan tadi ku anggap bohong," ucap Melinda memotong kalimat Yusuf."Bohong bagaimana? Aku benar-benar mencintai kamu, sayang," Melinda memberengut sebel, "Tapi kamu tidak ingit menuruti permintaan ku. Padahal itu bukan sesuatu yang susah untuk mu. Apa kamu takut jika aku akan mengambil lebih dari jatah yang kamu berikan, mas? Percaya deh sama aku, mas. Aku gak akan mengambil lebih dari jatah ku,"Mendengar ucapan Melinda, Yusuf makin terlihat sanga
"Sayang!!!" teriak Yusuf dari luar kamar."Kenapa teriak-teriak, mas?" tanya Melinda seraya memainkan ponsel dari dalam kamarnya."Mana ponsel ku? Katanya suruh menghubungi bapak sendiri?" tanya Yusuf begitu masuk ke dalam kamar."Oh iya sampai lupa. Nih, eh tapi sandi nya masih salah, ponselnya gak bisa di buka, mas. Kamu pakai ponsel ku saja nih," kata Melinda seraya menyodorkan ponsel miliknya dan mengambil ponsel lama milik Yusuf."Pakai ponsel ku saja, sini," sahut Yusuf."Tapi kan ini sandi nya salah, gak bisa di buka ponsel sebelum di bawa ke konter," jelas Melinda."Coba sini ponselnya, biar aku coba dulu. Mungkin kamu saja yang kemarin salah memasukkan sandi nya," kata Yusuf kemudian dia langsung menekan beberapa angka di ponselnya."Loh kok gak bisa?" lirih Yusuf, tapi masih bisa di dengar oleh Melinda. Melinda tertawa di dalam hatinya."Emang gak bisa, mas. Kan udah ku bilang dari kemarin juga," sahut Melinda. Namun Yusuf tetap kekueh, dia masih saja mencoba menekan beberap
Melinda tak menggubris perkataan Yusuf. Dia terus melangkah masuk ke dalam rumah. Dengan langkah cepat Yusuf mengejar Melinda masih berusaha untuk menghentikan langkah istrinya."Kenapa sih, mas? Udah disini juga. Nah itu dia orang nya. Pak! Bapak sini sebentar!" panggil Melinda seraya melambaikan tangan kepada lelaki tadi yang kebetulan juga dia keluar rumah."Saya?" tanya lelaki itu seraya menunjuk ke arah dirinya sendiri.Melinda mengaguk dengan pasti, "Iya bapak!"Saat melihat interaksi Melinda dan lelaki itu wajah Yusuf berubah seratus delapan puluh derajat. Keringat dingin mulai bercucuran dimana-mana.Meskipun Melinda sudah mengetahui kebohongan Yusuf. Tapi dia sengaja mengikuti skenario yang telah dibuat oleh Yusuf dan Riska. Hanya mengubahnya sekidit, jika mereka mengira Melinda perempuan lugu dan bodoh. Sekarang Melinda berubah menjadi perempuan lugu dan cerdik."Ada apa, mbak?" tanya lelaki itu ketika sudah berada di depan Melinda dan Yusuf."Bagaimana pembangunan rumah ny
Setelah membuat Ramlah shock, Melinda memutuskan kembali ke kamarnya. Namun untuk menuju kamarnya, ia harus melewati mertuanya dan Riska yang masih asyik mengobrol."Mau kemana, Mel? Sini aja ngobrol bareng," ujar Imel menghentikan langkah Melinda."Mau istirahat, ma. Capek banget soalnya,""Tuh kan jadi kecapean sekarang. Kan mama udah bilang tadi gak usah pergi aja tapi kamu gak nurut sih,""Ya udah aku masuk kamar dulu ya, ma. Ris eh maksud nya Putri," ucap Melinda hampir saja kecoplosan."Ya udah, selamat istirahat ya," sahut Imel.Melinda meneruskan langkah nya menuju kamar. Begitu memasuki kamar, dia melihat Yusuf sedang berganti pakaian. Dia terlihat kembali rapi sekarang. Bahkan lebih rapi dan wangi dari sebelumnya."Mau kemana, mas?" tanya Melinda ketika melihat Yusuf ingin keluar kamar."Mau ke konter. Tadi kan kita gak jadi kesana,""Udah pakai aja ponsel baru mu, yang lama disimpen saja,"Yusuf menyerngit bingung, "Kamu serius? Ponsel itu mau kamu kembali kan lagi padaku?"
"Pulang lah mas. Mau kemana lagi memangnya?" sahut Melinda."Loh, kok pulang sih? Katanya tadi mau jalan-jalan,""Siapa yang bilang ingin jalan-jalan sih? Aku bilang kan hanya mau ikut nganterin Putri pulang aja,""Jadi kita langsung pulang aja nih?" tanya Yusuf memastikan."Iya," jawab Melinda singkat.Yusuf menuruti permintaan Melinda. Mereka langsung pulang setelah menurunkan Riska di minimarket tadi.Dalam perjalanan Melinda pun memberanikan diri untuk menanyakan tentang Riska. Ia ingin tahu bagaimana reaksi suaminya."Mas, kalau menurut kamu Putri itu cantik gak?" tanya Melinda memulai obrolan."Apa sih, yank? Kok nanya gitu?""Em gak papa. Kan nanya aja, gimana mas cantik tidak?""Ya cantik kan kamu dong, sayang," ucap Yusuf seraya menoel hidung Melinda. Namun di tepis dengan cepat oleh Melinda."Yakin?" "Iya dong, kan kamu istriku. Masa aku bilang cantik kan dia sih? Aneh-aneh wa e," sahut Yusuf terkekeh."Memang nya Putri bukan istrimu juga, mas?" tanya Melinda langsung membu
Mendengar ucapan Melinda, Yusuf sama sekali tidak menjalankan mobilnya sama sekali. Dia terus membujuk Melinda untuk tidak menggugat cerai dirinya. Dia juga berkata akan menceraikan Riska. Bahkan dia juga meminta Melinda untuk tidak memberitahu semua orang tentang masalah ini."Ini kita mau jalan atau tidak sih? Kalau tidak, lebih baik aku pulang naik taksi saja," ujar Melinda."O-oke, baiklah kita akan pulang sekarang. Tapi kamu jangan beritahu mama dan papa bahkan semua orang dirumah tentang masalah ini, ya. Kita selesaikan masalah ini baik-baik ya, sayang," bujuk Yusuf lagi.Melinda menghela nafas panjang dan menghembuskan nya kasar, sembari tangannya meraih pintu mobil."Iya kita pulang sekarang!" kata Yusuf ketika melihat Melinda ingin keluar dari dalam mobil. Dia langsung menyalakan mesin mobilnya.Melinda hanya diam, dia hanya fokus ke jalanan tanpa menghiraukan ucapan Yusuf. Sedangkan Yusuf terus saja membujuk Melinda untuk tidak mengatakan masalah ini kepada semua orang, ia i
Dari luar terdengar suara Imel menggelegar sampai ke dalam kamar Melinda. Dia sangat marah besar ketika mengetahui perempuan yang sudah dinikahi oleh Yusuf adalah anak angkatnya Ramlah, pembantu di rumah mereka sendiri.Melinda kembali keluar membawa ponsel lama Yusuf yang masih disimpannya. Dia akan menunjukkan semua bukti yang telah di dapatnya selama ini. Namun sepertinya Imelda dan Eddy tidak memerlukan bukti yang akurat lagi. Mereka sudah percaya dengan apa yang di katakan oleh Melinda. Mereka juga sedang terlihat marah-marah kepada Yusuf dan Ramlah.Ramlah sudah terduduk lemas di lantai. Berkali-kali dia meminta maaf kepada majikannya. Melinda melihat semua itu dari kejauhan."Apa semua yang Melinda katakan tadi benar? Perempuan itu adalah anak angkatnya bik Ramlah? Orang sudah kami anggap seperti keluarga sendiri?" tanya Imel kepada Ramlah.Semua orang bugkam, termasuk juga Ramlah ikut diam. Jelas-jelas pertanyaan itu di lontarkan Imel kepada Ramlah, tapi Ramlah tak bergeming
"Kamu benar-benar mempermalukan keluarga kita, Suf!" kata Santi seraya membawa Syifa masuk ke dalam kamarnya.Yusuf tak menyahut dia hanya diam mendengar perkataan kakaknya."Mama benar-benar masih tidak mengerti dengan jalan pikiran mu. Bisa-bisanya kamu mencintai anak pembantu kita sendiri, Suf. Ahh,, pokoknya mama gak mau tahu. Akhiri hubungan kalian secepatnya. Jangan sampai ada orang lain lagi yang tahu soal ini. Cukup kita saja tahu. Jangan bikin malu keluarga kita!" kata Imel masih emosi.Yusuf menghela nafas panjang, sepertinya sangat berat untuk melepaskan orang yang dia cintai."Dan buat Melinda, mama minta tolong dengan sangat. Beri lah Yusuf kesempatan kedua ya, sayang. Mama jamin Yusuf tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Yusuf tidak akan berbuat macam-macam lagi dibelakang mu setelah ini. Bahkan mama bisa menjamin kalau pernikahan siri Yusuf akan segera berakhir, Mel," kata Imel terus membujuk Melinda."Iya, Mel. Papa juga memohon padamu, ya. Tolong maafkan Yusuf sek
Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k
Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!
Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba
Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.
Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag
Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau
Argadana menemui Resa setelah Rio dan Melinda pulang."Bu!" panggil Argadana menghampiri Resa yang masih duduk di ranjang, sama saat Melinda menemuinya tadi."Mau minum jus?" tanya Argadana basa-basi."Nggak! Kamu kesini mau menawari jus atau ada maksud lain?" tanya Resa sudah tahu maksud kedatangan anaknya."Aku eh, au,.." ucap Argadana tergagap."Kamu kalah sama Rio dan Melinda, Arga! Keduanya tidak ada yang takutnya saat bicara dengan ku," ledek Resa."Jadi kapan Rio akan melamar perempuan itu?"Argadana langsung shock ketika mendengar pertanyaan Resa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi."Kamu kenapa?" tanya Resa menatap heran ke arah anaknya."Aku terkejut karna pertanyaan ibu tadi," jujur Argadana."Kok bisa?"Argadana menggeleng, "Ibu yakin mau menerima Melinda?""Bukankah sudah aku katakan barusan? Apakah harus aku tarik kembali kata-kataku?" sahut Resa kesal."Ti-tidak seperti itu, Bu! Ya, kalau sudah pas, biar Riana yang mengurus semuanya. Aku akan segera bilang padanya
Semua orang memuji masakan Melinda. Mereka makan dengan lahap, termasuk Resa. Tapi dia tidak mencibir atau memuji masakan Melinda. Riana yang melihat itu, bersorak gembira sebab calon mantunya selangkah lebih maju. Biasanya Resa selalu mengkritik masakannya dan Gendis jika tidak enak, walaupun hanya kurang tingkat kematangannya sedikit. Namun sekarang, mertuanya itu makan dengan lahap tanpa protes sedikit pun.Setelah makan, semua anggota keluarga Argadana kembali berkumpul di ruang tamu, termasuk Resa. Dia ingin menunjukkan kepada Melinda siapa dirinya."Hmm, Ma, Pa, Oma, dan Tante. Sebenarnya kedatangan Rio membawa Melinda kesini, ingin meminta restu. Agar hubungan ini bukan hanya untuk jalan bersama. Rio minta izin untuk melamar Melinda secepatnya," ucap Rio tegas hanya dengan satu helaan nafas."Kamu itu! Baru aja kenal beberapa hari, sudah sok sokan mau lamaran. Mbok harus di kenali dulu bibit, bebet, dan bobotnya dulu. Kamu kan tahu kita ini siapa, Rio?" sela Resa, dia memotong
"Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story