Beranda / Rumah Tangga / Suksesnya Wanita Terbuang / 2. Kedipan Nakal Sang Paman

Share

2. Kedipan Nakal Sang Paman

Penulis: Stara
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-19 15:30:47

"Apa yang kau lakukan? Mencuri?!" Dia melangkah ke arah kompor listrik yang sangat kotor. Mungkin Mrs. Davis terlalu sibuk sampai tak punya waktu untuk berbelanja ataupun membersihkan dapur.

Ini masih terlalu pagi untuk bangun dan melakukan pekerjaan. Namun Amber sudah menyiapkan seluruh keperluannya untuk melamar pekerjaan di beberapa perusahaan berlatarkan pendidikan sekolah menengah atas yang ia miliki. Setelah itu, Amber menuju ke dapur untuk membuat sarapan.

Amber membuka kulkas dengan harapan akan menemukan banyak makanan di sana, tetapi dia hanya menemukan sebungkus roti, beberapa butir telur, dan tiga botol minuman. Amber menatap isi kulkas dengan tatapan nanar. Apa yang bisa dia masak dengan bahan makanan seperti itu?

Amber membersihkan dapur dan menggoreng tiga butir telur. Mrs. Davis muncul dengan ekspresi sinis beberapa saat kemudian. Dia masih mengenakan mantel tidur dan rambutnya agak berantakan.

Amber terkejut. Dia buru-buru mematikan kompor. "Tidak. Hanya membuat sarapan."

"Siapa yang menyuruhmu melakukan itu?"

Amber menghela napas. "Aku hanya membersihkan dapur Anda yang terlihat kotor."

Mrs. Davis berdiri dengan gerakan arogan. "Kalau begitu, bersihkan seluruh ruangan di sini sekalian."

Amber mengerling. "Maaf?"

"Bersihkan juga ruang depan dan ruang keluarga, kamarku, dan kamar kosong lainnya."

Amber menatap tak percaya. "Tapi ..."

"Kau suka bersih-bersih, 'kan? Lagipula, aku harus dapat imbalan untuk memberimu tumpangan di rumah ini," kata Mrs. Davis lalu meninggalkan dapur.

Amber duduk di kursinya dengan gerakan pasrah. Seharusnya dia sudah tau akan diperlakukan seperti ini dan bukannya mengeluh.

Rumah ini memang tidak begitu besar, tapi melihat betapa kotornya dapur tadi, Amber tidak bisa membayangkan sekotor apa ruangan lain. Membersihkan semua itu akan menghabiskan banyak waktu sedangkan dia harus keluar untuk mencari pekerjaan.

"Tidak apa-apa, Amber. Kau pasti bisa melakukannya." Amber bangkit sambil menahan perutnya.

Amber hampir menyelesaikan seluruh pekerjaannya pada pukul 12 siang. Dia menahan rasa sakit di punggungnya karena terlalu sering berdiri. Amber pikir Mrs. Davis sibuk, makanya tega memberinya pekerjaan sebanyak itu. Nyatanya Mrs. Davis hanya duduk-duduk santai sambil menonton televisi sekaligus mencemooh Amber setiap kali gadis itu lewat.

Satu hal yang membuat Amber bersemangat, dia merasakan tendangan bayinya di dalam perutnya. Itu cukup membuat semangat Amber membara di tengah ejekan-ejekan Mrs. Davis. 

Amber beralih ke arah ruang depan. Saat itu, pintu diketuk dari luar. Amber melempar penyedot debunya dan membukakan pintu. Seorang wanita tua bergaun merah berdiri di sana. 

"Sarah, bisakah aku meminjam beberapa telur, aku kehabisan ...." Wanita berbaju merah itu menghentikan ucapannya begitu menyadari siapa yang membukakan pintu. Bibirnya tersenyum ramah saat melihat gadis di hadapannya sedang mengandung. "Hey, aku tidak menyangka Sarah akan segera punya cucu."

Amber tersenyum ramah. Kepalannya menggeleng pelan. 

"Apakah laki-laki atau perempuan?" tanya wanita berbaju merah itu seolah sudah melihat wajah bayi di perut Amber.

"Belum tau."

"Ouh, memangnya sudah berapa bulan?"

Mrs. Davis muncul dari balik pintu. Menggeser tubuh Amber, membuatnya berhadapan secara langsung dengan tamu perempuannya. "Hay Miss Spencer! Ada yang bisa saya bantu?"

"Sarah, kau tidak bilang padaku anakmu sedang mengandung."

"Oh tidak," sahut Mrs. Davis pura-pura tersenyum. "Dia bukan anakku."

"Benarkah? Siapa dia?"

"Dia ... adalah pelayanku," jelas Mrs davis tanpa ada keraguan sedikitpun. Dia senang menganggap Amber sebagai seorang pelayan.

Miss Spencer membelalak terkejut. "Pembantumu? Tapi dia sedang mengandung."

"Ya. Dia mengalami masa yang sangat sulit, makanya aku memberinya pekerjaan. Kau mau minta apa tadi? Telur? Maaf, Miss Spencer, aku pun kehabisan telur."

Miss Spencer menghela napas kecewa. "Baiklah, tidak masalah. Hampir saja lupa, kau bisa datang ke rumahku untuk berdiskusi tentang komunitas kita sore ini. Bagaimana?"

Mrs. Davis mengangguk ragu. "Boleh juga. Aku akan datang."

Miss Spencer meninggalkan halaman rumah keluarga Davis menuju ke rumah di ujung jalan. Mrs. Davis langsung menutup pintu hingga dinding bergetar menandakan dia sedang marah besar. "Seharusnya kau tidak menunjukkan wajahmu!"

"Maaf."

"Aku tidak terima kata maaf, jangan membuatku bersimpati!"

Amber baru saja ingin keluar dari ruang depan dan menuju ke kamar karena seluruh pekerjaannya telah selesai, tetapi Mrs. Davis mencegahnya.  "Selesaikan pekerjaanmu!" perintah Mrs. Davis.

"Aku sudah selesaikan," sahut Amber menahan punggungnya yang kram.

"Bersihkan gudang juga."

"Apa?!" pekik Amber tak menyangka. Dia tau bibinya bukan hanya tak punya hati, tapi berniat untuk menyiksanya. "Mrs. Davis, kau memberiku satu minggu berada di rumah ini. Jika kau tidak memberiku kesempatan untuk mencari pekerjaan, aku tidak akan dapat pekerjaan."

"Jangan menceramahiku. Kau pikir aku bodoh? Lakukan saja apa yang kuperintahkan!" teriak Mrs. Davis. Emosinnya meluap setelah menyadari bahwa dirinya salah.

Amber mau tak mau menuju ke gudang untuk malakukan apa yang disuruh Mrs. Davis. Dia akan punya waktu untuk keluar sore nanti jika Mrs. Davis mengunjungi rumah tetangganya.

Amber menghabiskan dua jam berikutnya dengan menumpuk beberapa kardus berisi barang-barang bekas. Keringat mengalir dari dahinya. Punggungnya seperti akan patah karena dia terlalu lama membungkuk.

Amber duduk di salah satu box berisi tumpukan majalah untuk beristirahat. Tiba-tiba dia merasakan sentuhan di lengan kanannya. Dia terlonjak kaget saat menemukan Mr. Davis sudah berada di sana dengan senyuman misterius di wajahnya.

"Hay!" sapa Mr. Davis dengan suara dalam dan menakutkan.

Amber buru-buru menggeser tubuhnya  untuk menjauhi laki-laki itu. Satu ruangan bersama Mr. Davis adalah bencana besar baginya. Dia ingat laki-laki itu bekerja di sebuah pabrik peternakan di sekitar rumah ini, dia pasti baru pulang beberapa saat yang lalu.

"Apa kau kelelahan?" tanya Mr. Davis. "Aku juga cukup lelah." Mr. Davis berdiri untuk memperlihatkan dadanya yang dipenuhi bulu ke arah Amber. "Kita bisa bersenang-senang untuk membuang rasa lelah itu." Salah satu matanya berkedip nakal.

Amber memegang sapu di tangannya untuk berjaga-jaga. Dia akan melempar sapu itu jika pamannya menyergapnya seperti beberapa saat yang lalu. "Mrs. Davis akan datang ke sini kalau kau macam-macam."

"Ayolah, sayang. Dia sedang keluar."

Amber baru ingat Mrs. Davis mengunjungi rumah tetangganya, karena itulah laki-laki ini berani mendekatinya.

"Tidak perlu khawatir, kita akan selesaikan sebelum dia kembali." Mr. Davis menatap ujung rambut hingga ujung kaki Amber dengan tatapan mesum. Bibirnya basah oleh ludah, siap menyergap Amber. Beruntung gadis itu berhasil menghindar dan keluar dari ruangan itu secepat mungkin.

Amber masih ketakutan saat sampai di kamarnya. Dia langsung mengambil tas dan seluruh barangnya. Tidak ada alasan untuk bertahan di rumah ini. Dia memilih untuk tidur di jalanan daripada mendapatkan perlakuan seperti ini selama seminggu.

"Mau kemana kau?" tanya Mr. Davis keheranan saat Amber keluar dari kamar bersama barang-barangnya.

"Terima kasih sudah memberiku tumpangan," kata Amber lalu meninggalkan rumah sambil menarik kopernya di atas jalanan. Mr Davis hanya bisa menyaksikan dengan tatapan tak percaya.

Kini Amber berbaur dengan sekian banyak orang di jalanan. Dia tidak tau harus kemana di tengah keadaan sesulit ini. Dia membutuhkan tempat tinggal, tapi dia tidak punya uang yang banyak. 

Air mata Amber sudah mengering sampai dia tidak bisa menangis lagi. Rasa penyesalan muncul dalam hatinya. Mungkin dia membuat kesalahan besar karena meninggalkan rumah keluarga Davis. Seharusnya dia bisa menahan diri setidaknya sampai dia mendapatkan pekerjaan, membiarkan Mr Davis menyentuh tubuhnya, dia sendiri sudah tidak punya harga diri, untuk apa berusaha melindungi harga diri itu?

"Hey!" sapa seorang laki-laki saat Amber duduk termenung di sebuah bangku taman. "Perhatikan barang-barangmu! Ada banyak pencopet di sini!" tegas laki-laki bermata biru langit yang lewat di depan Amber. Ada luka bakar di pipi sebelah kananannya, luka itu mencuri perhatian Amber.

Amber meraih tasnya untuk diletakkan di samping tempat duduknya. "Terima kasih."

Laki-laki itu menghentikan langkah. Memperhatikan Amber dengan tatapan menyelidik. "Kurasa kau membutuhkan bantuan."

Amber menggeleng kecil. "Tidak, terima kasih."

"Kau mau ke bandara atau lainnya? Hari ini hari ulang tahunku yang ke 35, aku akan membantumu tanpa meminta bayaran. Katakan apa yang perlu kubantu."

"Sebenarnya, aku ingin mencari penginapan," sahut Amber berusaha terlihat baik-baik saja.

"Penginapan? Aku punya apartemen yang bisa kau tinggali."

Amber mengerling. Muncul harapan dalam hatinya membuat seluruh tubuhnya bersemangat. "Oh ya? Bisakah aku membayar setelah mendapatkan pekerjaan?"

Laki-laki itu menatap penuh selidik. "Sepertinya kau berada di situasi sulit."

"Ya, sangat sulit."

Untuk pertama kalinya Amber merasakan senyuman di bibirnya. Dia tau kemanapun dia pergi, selalu ada orang baik yang akan membantunya,

"Tinggal lah di sana semaumu, kau bisa bayar kapan saja."

Bab terkait

  • Suksesnya Wanita Terbuang   3. Menjual Anak Sendiri

    "Usiamu baru 21 tahun, tapi kau sudah hamil?" Laki-laki yangduduk di meja HRD itu menatap perut Amber dengan raut tak suka. Ini adalah toko kelima yang Amber datangi untuk melamar pekerjaan. Diamendapatkan empat penolakan secara berutut-urut hanya dengan satu alasan, bahwadia sedang hamil besar dan pihak toko tidak ingin mengambil risiko menerimaAmber di usia kandungan yang sudah sebesar itu.Amber datang ke toko yang menjual furniture ini karena dia melihat salahsatu karyawan yang sedang hamil. Siapa tau dia akan dapatkan pekerjaan juga.Tapi melihat bagaimana pihak HRD menatapnya, Amber tidak begitu yakin.Amber mengangguk percaya diri."Apa kau sudah menikah?""Tidak.""Apa pacarmu bertanggung jawab dengan anak itu?"Amber ragu-ragu menjawab. Dia takut jawabannya akan mempengaruhinyamendapatkan pekerjaan. "Tidak sekarang."Laki-laki botak itu mengelus janggut di dagunya. menatap Amber dengantatapan menilai. "Bagaimana jika kau melahirkan saat kau sedang melayanipelanggan?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   4. Adam dan Putrinya

    "Hallo, Miss!" sapa laki-laki dengan suara bariton dalam.Bibirnya tersenyum hingga memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Dia dudukdi hadapan Amber tanpa dipersilahkan.Pintu ruang kerja Amber diketuk perlahan. Amber yang sedangmemperhatikan layar komputernya, mengalihkan pandangan ke arah seoranglaki-laki dari balik pintu kaca. "Masuk!" kata Amber sambilmenganggukkan kepala.Amber sangat terkejut saat menyadari laki-laki jangkung di hadapannyaini bukanlah seorang remaja seperti yang ia pikirkan, laki-laki itu sudahdewasa dan hampir seumuran dengan Amber.Amber ragu-ragu mengambil keputusannya dengan memberikan pekerjaankepada laki-laki ini."Saya senang bisa bertemu secara langsung dengan anda, Miss AmberJenn."Amber hanya menatap datar."Ini beberapa berkas yang sudah saya siapkan. Saya sangatberpengalaman dalam bidang komunikasi. Saya pernah mengisi acara di radionasional, meskipun cuma seminggu. Saya juga membuat channel youtube sayasendiri tentang jurnal hidup saya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   5. Putraku dan Putrimu

    "Silahkan masuk, Nyonya Amber!" Nancy membukakan pintu.Memberi jalan untuk Amber agar bisa masuk ke dalam ruangannya.Amber keluar mobil dan berjalan di koridor sekolah dengan langkah tegap.Pandangannya lurus ke depan meskipun banyak sekali murid yang menatap penasaranke arahnya.Begitu sampai di depan ruangan Miss Nancy, orang yang memanggil Amberkemarin, dia mengetuk pintu dengan anggun.Ruangan yang elegan, pikir Amber setelah mendudukkan diri di sebuahkursi tempat Nancy mempersilahkannya."Tunggu sebentar, Nyonya. Putra Anda sedang dipanggil darikelasnya.""Baik, terima kasih." Beberapa saat kemudian, pintu terbuka lagi. Amber mengira itu adalahputranya, tetapi sosok yang muncul dari balik pintu adalah laki-laki jangkungyang Amber lihat di ruangan kerjanya kemarin.Amber nyaris tak berkedip karena keheranan."Siang, Miss!" Adam mengangguk ke arah Nancy. "Dan ...kita berjumpa lagi, Miss Amber!"Amber buru-buru mengalihkan pandangan dan menatap lurus untuk memperlihatkank

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   6. Lelaki Pembuat Onar

    Laki-laki berambut kecoklatan itu duduk berhadapan dengan Amber. Matanya berkedip aneh. Salah satu tangannya berada di atas meja, nyaris menempel dengan tangan Amber padahal semua orang tau perlakuan seperti itu sama sekali tidak sopan. Amber tidak memperhatikan apapun kecuali mendengarkan lawan bicaranya di telepon. Saat itu pintu terbuka dari luar. Wanita berusia 26 tahun masuk dengan ekspresi marah. "Amber, aku muak dengan laki-laki itu." Amber menoleh dengan ekspresi kesal. "Aku sedang menjawab telefon, Kaylin Hayes!" "Ya, tapi kau harus dengarkan aku. Laki-laki bernama Adam itu berani mengancamku untuk bisa masuk ke sini. Dia datang untuk ketiga kalinya sejak pagi. Kedatangannya sungguh meresahkan." Kaylin baru sadar ada laki-laki duduk berhadapan dengan Amber sedang menatap datar ke arahnya. "James, apa yang kau lakukan di sini?" "Cuma melaporkan masalah," sahut lelaki berambut coklat itu dengan ekspresi salah tingkah. "Kau sudah selesai? Kalau begitu, silahkan keluar!" Kay

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-01
  • Suksesnya Wanita Terbuang   7. Meminta Maaf

    "Hey, penakut!" ejek Ovi ke arah Daniel yang sedang memakan sandwich di kantin sendirian. "Dasar penakut!" Ovi menjulurkan lidahnya. "Daniel tidak berani bicara di depan ibunya," jelas Ovi kepada teman-temannya."Mungkin karena dia tidak bisa bicara," sahut salah satu dari mereka lalu tertawa terbahak.Ovi mengajak teman-temannya mendekat ke meja Daniel. "Dasar penakut!"Daniel menggebrak meja. Gejolak emosi membakar dadanya. Matanya menatap marah ke wajah Ovi. Alih-alih takut, Ovi dan teman-temannya terbahak hingga menjadi satu-satunya suara terkeras di kantin."Kau pasti mau menangis, 'kan? Menangis saja sekarang. Aku mau menonton!" Ovi tertawa lagi.Daniel menarik kotak bekalnya dari atas meja dan berjalan keluar kantin diiringi suara tawa Ovi dan teman-temannya.Dia terus berjalan ketika seisi kantin menatap penasaran ke arahnya."Aduh!" Daniel sadar dia tidak memperhatikan jalan hingga tak sengaja menabrak seseorang di koridor. Makanannya berhamburan di lantai. Daniel menoleh ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Suksesnya Wanita Terbuang   8. Hari Pertama

    Adam sangat antuasias di hari pertamanya bekerja di perusahaan Amber J. Dia menyiapkan sarapan sambil berdendang riang bersama Ovi yang kini sedang menikmati roti bakar dan selai dari atas meja."When ... you want me!" dendang mereka sama-sama. Ovi tertawa-tawa karena sang ayah membuat nada seperti kakek-kakek tersedak."Papa, stop!" kata Ovi saat Adam ingin melanjutkan lirik lagunya. "Kau membuatku tertawa sampai sakit perut.""Oh ya?" Adam duduk di kursinya dan menggelitik perut Ovi sampai tawa gadis itu tak bersuara.Kring ...Keduanya menatap ke arah pintu utama saat seseorang membunyikan bel di depan rumah."Oh tidak, kau hampir telat!" pekik Adam, langsung menyiapkan tas Ovi yang sudah tergeletak di ujung ruangan. "Jangan sampai papa dipanggil ke sekolah lagi, oke? Jangan buat ulah!""Ya," sahut Ovi sambil mengedikkan bahunya. Dia merebut tasnya di tangan Adam. "Semoga hari pertamamu di sana menyenangkan.""Semoga."Itulah yang Adam bayangkan. Berangkat ke kantor dan memperken

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-03
  • Suksesnya Wanita Terbuang   9. Keadaan Kritis

    Adam mengendarai mobilnya sampai ke rumah sakit. Tanpa mengunci mobilnya, dia langsung berlarian menuju ke ruangan Ovi. Kebetulan saat itu dokter sedang keluar dari sana."Dokter!" seru Adam dengan dasi longgar dan rambut berantakan. "Saya ... saya ayahnya. Apakah Ovi baik-baik saja?""Dia mengalami cidera cukup dalam di kepala yang hampir melukai otaknya.""Oh tidak." Adam menelan saliva sebisanya."Jangan khawatir!" Dokter menepuk bahu Adam yang masih berguncang. "Putri Anda sangat kuat. Dia sedang dalam masa kritis saat ini, tapi sebentar lagi dia akan membaik."Adam langsung menghambur ke dalam ruangan. Lampu temaram di tengah ruangan memperlihatkan putrinya terbujur lemas di atas brangkar berwarna hijau. Hidungnya terpasang nasal kanul, sedangkan kepalanya terbalut perban."Ovi ...." Adam merasakan tubuhnya tertusuk ribuan pisau tepat di dadanya, dan itu tidak seberapa daripada rasa sakit yang sedang dia alami ketika melihat putrinya yang ceria dalam keadaan seperti ini."Dia cum

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-03
  • Suksesnya Wanita Terbuang   10. Pengakuan Daniel

    Hari berikutnya, Amber mendengar kabar bahwa Adam tidak berangkat ke kantor padahal hari ini adalah hari keduanya bekerja. Amber semakin dibuat marah. Memang bukan tugasnya mengurus karyawan, tetapi dia yang membuat kesepakatan untuk memberi waktu percobaan selama seminggu dan lelaki itu sama sekali tidak menganggap perintahnya serius.Keesokan harinya masih sama, Adam masih tak berangkat. Itu membuat keputusan Amber semakin bulat, dia akan memecat Adam sebelum menerimanya. Entah kenapa mengambil keputusan itu membuat Amber marah pada dirinya sendiri. Dia pernah terlena dengan cara Adam bicara, jujur saja, tetapi dia tidak ingin mengakuinya.Lagipula, Adam adalah tipe laki-laki yang suka main-main, buktinya dia tidak mengindahkan perintah Amber. Bahkan satu-satunya pekerjaan yang Amber berikan pun sama sekali tidak dikerjakan.Telepon berdering membuat lamunan Amber buyar. Dia menarik gagang telefon dan menjawab panggilan yang ternyata berasal dari resepsionisnya di luar."Ya, Kayli

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-03

Bab terbaru

  • Suksesnya Wanita Terbuang   16. Serasi

    Amber sudah mengemasi seluruh perlengkapan kerjanya ke dalam tas. Kedua asistennya membawa barang-barangnya ke dalam mobil sementara dia masih harus mengecek beberapa ruangan. Amber dan James sempat bertemu di koridor. Sialnya mereka harus satu lift. James tidak berhenti mencuri perhatian Amber, tetapi Amber berusaha untuk tidak peduli."Kau sudah baca undangan yang kuberikan padamu, 'kan?" James menatap tubuh Amber yang berdiri sangat jauh darinya. Terkadang dia agak tersinggung dengan cara Amber memandangnya. Dia bukan satu-satunya laki-laki yang Amber tatap dengan cara seperti itu.James sering mendengar dari Kaylin bahwa Amber punya masa lalu yang kelam. Itu sangat masuk akal. Banyak yang bertanya-tanya bagaimana Amber bisa menumbuhkan perusahaannya hingga sebesar ini padahal dia hanya seorang ibu tunggal sekaligus anak yatim piatu. James bersyukur dia tau sedikit tentang hal itu. James tau Amber belum pernah menikah seumur hidupnya. Mungkin Amber pernah terjebak dengan hubungan

  • Suksesnya Wanita Terbuang   15. Memberi Harapan

    "Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan ..." Ovi berdiri di samping Daniel tepat di depan papan tulis. Anak-anak menatap ke arah mereka dengan ekspresi penasaran apakah kerja sama Ovi dan Daniel yang merupakan musuh itu akhirnya berhasil, tetapi Ovi beberapa kali lupa dengan essai-nya dan harus dibisiki Daniel agar presentasi mereka berjalan lancar."Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan tumbuhan. Contohnya adalah kadal ... ups." Ovi menutup mulutnya karena salah ucap. Sontak satu kelas tertawa ke arahnya. "Apakah kadal makan tumbuhan? Memang benar, kan, Dan?" Ovi mengerling ke arah Daniel yang sedang menjaga sikap profesionalnya untuk tidak menjawab pertanyaan satu tim karena itu akan membuatnya terlihat kurang persiapan, padahal dia dan Ovi berlatih tiap hari."Tidak, Ovi!" jawab Miss Travizo dari kursi guru."Ya, aku baru ingat sekarang." Ovi berdehem dan kembali menatap ke hadapan kelas untuk melanjutkan presentasinya.Daniel mendapat giliran beberapa saat kemudian. Di

  • Suksesnya Wanita Terbuang   14. Sepak Bola

    Amber terpaksa duduk di sofa untuk menghargai kedatangan James yang sama sekali tidak dia harapkan. Seharusnya James bisa menyadari raut wajah Amber yang terlihat tak mendukungnya dan memilih memutuskan untuk pergi, tetapi ternyata James tidak putus asa."Apa semuanya baik-baik saja? Kau sudah tidak memikirkan hal yang membuatmu kepikiran di kantor tadi?" tanya James dengan nada halus penuh perhatian.Amber menghela napas bosan. Dia harus mengingat kekhawatiran itu lagi karena James. "Ya, aku baik-baik saja.""Aku sempat cemas. Mungkin kau sedang memikirkan tentang Daniel. Maksudku ... dia bergaul dengan anak yang salah. Anaknya McLarren itu membuatku ikut cemas padanya. Aku sering lihat gadis itu mengejek Daniel setiap kali aku menjemputnya di sekolah." James menampilkan ekspresi resahnya yang sengaja dibuat-buat."Syukurlah mereka sudah baikan dan aku baru saja mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.""Apa?" James terlihat sangat terkejut. "Ovi dan Daniel baru saja dari sini untuk

  • Suksesnya Wanita Terbuang   13. James Carmody

    Tok tok ..."Boleh aku masuk?" James berdiri di ambang pintu ruangan Amber."Ya," sahut Amber dengan nada lelah."Aku ingin membicarakan sesuatu. Mumpung ini masih jam istirahat." James duduk di hadapan Amber. Ekspresinya berubah lebih santai. Bibirnya agak membengkok ke atas agar tidak terlihat seram."Aku baru saja ... menjemput Daniel dari sekolah.""Oh ya? Kau baik sekali." Amber menoleh sekilas, lalu kembali mengalihkan pandangan keluar jendela untuk berpikir."Apa yang sedang kau pikirkan?"James menegakkan duduknya untuk memperhatikan lamunan Amber. "Aku perhatikan sejak meeting kau terlihat sedang memikirkan sesuatu.""Jika iya pun kau tidak berhak untuk tau."James mengulum senyum. "Aku bisa jadi teman curhat yang baik. Percayalah!""Oh ya? Kaylin punya lebih banyak masalah dalam hidupnya. Dia baru saja gagal menikah, kurasa dia punya banyak cerita yang harus diungkapkan kepada seseorang. Kau mungkin orang yang tepat."James terdiam beberapa detik. "Kaylin punya banyak teman c

  • Suksesnya Wanita Terbuang   12. Dan Mereka Berteman

    "Oke, anak-anak. Kalian akan membentuk kelompok yang beranggotakan dua anak untuk mengerjakan essai dariku. Tugas essai itu harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Kalian bisa meminta dampingan orang tua atau pengasuh kalian untuk mengerjakan tugas itu bersama-sama!" jelas Miss Travizo di depan kelas."Miss!" tangan milik seorang gadis yang duduk di bangku paling belakang terangkat ke atas, dia adalah Ovi. "Apakah kita bisa memilih partner kita sendiri?""Ya, tentu saja. Kalian bisa pilih partner yang kalian inginkan.""Ovi!" seru gadis berambut kepang yang duduk di samping Ovi. "Kau mau bersamaku, 'kan?""Tidak," sahut Ovi dengan nada mengejek. "Aku tidak mau sekelompok dengan anak yang tidak mau berkontribusi ketika menyelesaikan pr."Gadis berambut kepang itu menatap malas. "Lalu, kau mau dengan siapa?""Daniel," sahut Ovi dengan nada antusias."Daniel? Kau serius? Pasti kau hanya akan menghabiksan waktumu dengan memukulinya.""Tidak. Aku tidak akan memukulinya lagi." Daniel m

  • Suksesnya Wanita Terbuang   11. Bagaimana Membesarkan Anak?

    Adam mengemas seluruh barang miliknya di sudut-sudut meja ruangan Ovi. Ovi sudah diperbolehkan pulang. Infus dan alat-alat medis di tubuhnya sudah dilepaskan. Dia sudah bisa bergerak bebas, bahkan meloncat-loncat gaya balet seperti kebiasaan anehnya di rumah."Papa, apa setelah ini kau akan mengajakku ke AJ lagi?" tanya Ovi setelah dia kelelahan menjijitkan kedua kakinya dan melayang sampai nyaris menjatuhkan gelas dari meja."Ke AJ, untuk apa?""Untuk ikut kau bekerja."Adam menghentikan tangannya yang sedang memasukkan makanan sisa ke tempat sampah. "Sebenarnya sayang ... papa sangat sibuk hari ini. Papa akan menitipkanmu ke Bibi Anderson, lalu papa akan pergi. Setuju?""Tidak. Rumah Bibi Anderson bau makanan busuk. Aku tidak mau ke sana. Lebih baik aku menunggu di rumah daripada berada di rumah itu."Adam menghela napas. "Baiklah. Papa tidak akan protes.""Hay!" sapa suara bernada tinggi tetapi pelan. Daniel muncul dari balik pintu. Masih mengenakan seragam sekolah.Ovi langsung me

  • Suksesnya Wanita Terbuang   10. Pengakuan Daniel

    Hari berikutnya, Amber mendengar kabar bahwa Adam tidak berangkat ke kantor padahal hari ini adalah hari keduanya bekerja. Amber semakin dibuat marah. Memang bukan tugasnya mengurus karyawan, tetapi dia yang membuat kesepakatan untuk memberi waktu percobaan selama seminggu dan lelaki itu sama sekali tidak menganggap perintahnya serius.Keesokan harinya masih sama, Adam masih tak berangkat. Itu membuat keputusan Amber semakin bulat, dia akan memecat Adam sebelum menerimanya. Entah kenapa mengambil keputusan itu membuat Amber marah pada dirinya sendiri. Dia pernah terlena dengan cara Adam bicara, jujur saja, tetapi dia tidak ingin mengakuinya.Lagipula, Adam adalah tipe laki-laki yang suka main-main, buktinya dia tidak mengindahkan perintah Amber. Bahkan satu-satunya pekerjaan yang Amber berikan pun sama sekali tidak dikerjakan.Telepon berdering membuat lamunan Amber buyar. Dia menarik gagang telefon dan menjawab panggilan yang ternyata berasal dari resepsionisnya di luar."Ya, Kayli

  • Suksesnya Wanita Terbuang   9. Keadaan Kritis

    Adam mengendarai mobilnya sampai ke rumah sakit. Tanpa mengunci mobilnya, dia langsung berlarian menuju ke ruangan Ovi. Kebetulan saat itu dokter sedang keluar dari sana."Dokter!" seru Adam dengan dasi longgar dan rambut berantakan. "Saya ... saya ayahnya. Apakah Ovi baik-baik saja?""Dia mengalami cidera cukup dalam di kepala yang hampir melukai otaknya.""Oh tidak." Adam menelan saliva sebisanya."Jangan khawatir!" Dokter menepuk bahu Adam yang masih berguncang. "Putri Anda sangat kuat. Dia sedang dalam masa kritis saat ini, tapi sebentar lagi dia akan membaik."Adam langsung menghambur ke dalam ruangan. Lampu temaram di tengah ruangan memperlihatkan putrinya terbujur lemas di atas brangkar berwarna hijau. Hidungnya terpasang nasal kanul, sedangkan kepalanya terbalut perban."Ovi ...." Adam merasakan tubuhnya tertusuk ribuan pisau tepat di dadanya, dan itu tidak seberapa daripada rasa sakit yang sedang dia alami ketika melihat putrinya yang ceria dalam keadaan seperti ini."Dia cum

  • Suksesnya Wanita Terbuang   8. Hari Pertama

    Adam sangat antuasias di hari pertamanya bekerja di perusahaan Amber J. Dia menyiapkan sarapan sambil berdendang riang bersama Ovi yang kini sedang menikmati roti bakar dan selai dari atas meja."When ... you want me!" dendang mereka sama-sama. Ovi tertawa-tawa karena sang ayah membuat nada seperti kakek-kakek tersedak."Papa, stop!" kata Ovi saat Adam ingin melanjutkan lirik lagunya. "Kau membuatku tertawa sampai sakit perut.""Oh ya?" Adam duduk di kursinya dan menggelitik perut Ovi sampai tawa gadis itu tak bersuara.Kring ...Keduanya menatap ke arah pintu utama saat seseorang membunyikan bel di depan rumah."Oh tidak, kau hampir telat!" pekik Adam, langsung menyiapkan tas Ovi yang sudah tergeletak di ujung ruangan. "Jangan sampai papa dipanggil ke sekolah lagi, oke? Jangan buat ulah!""Ya," sahut Ovi sambil mengedikkan bahunya. Dia merebut tasnya di tangan Adam. "Semoga hari pertamamu di sana menyenangkan.""Semoga."Itulah yang Adam bayangkan. Berangkat ke kantor dan memperken

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status