Share

Menyusahkan

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-03 09:47:54

Hai, mari lanjut 🍃

_______

"Selamat siang, Pak Kemal," sapa seorang pria seraya membukakan pintu mobil SUV hitam saat Kemal sudah berdiri di depan lobi bandara.

"Siang," jawabnya singkat. Pintu tertutup, sopir itu segera berlari memutar bagian belakang mobil untuk menempati posisinya dibalik kemudi.

"Langsung ke lokasi, Pak?"

"Ya."

Kemal tak mau banyak bicara, ia sedang menyiapkan tenaga untuk bertemu Ines juga mengatur emosinya.

Emosi? Kok emosi?

Ya... karena akhir pekannya terganggu dengan urusan sepupu kakak iparnya itu.

Lima tahun mereka tak bertemu muka, seperti apa Ines sekarang Kemal juga tak paham. Ia bahkan tidak menyimpan nomor ponsel wanita yang usianya beda dua tahun di bawahnya. Kenapa? Karena Kemal tak mau saja. Ia terlalu sibuk kerja ... kerja ... dan kerja.

Bayangkan, sejak kehidupan keluarganya sudah terangkat karena ia dan Keira, Kemal sama sekali tak memikirkan hubungan baik dengan keluarga besar. Jika ada acara keluarga, seringnya ia tak hadir walau kiriman bunga,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Sidang terbuka

    Met baca 🍃____________Pesawat mereka akan lepas landas pukul tiga sore. Sopir yang tadi diminta tolong memesan tiket segera memberikan ke Kemal."Pak Kemal butuh sesuatu, saya bisa siapkan?" Sopir itu begitu melayani bosnya."Nggak. Makasih. Ini cukup," jawab Kemal sambil melempar tatapan serius."Kalau gitu saya pamit pulang. Terima kasih pemberiannya tadi, semoga rejeki Pak Kemal semakin lancar.""Sama-sama." Lalu Kemal berjalan ke arah counter check in. Ines tersenyum ke arah sopir yang membalas dengan satu kali anggukan kepala.Koper Ines sudah selesai ditimbang lalu masuk cargo. Ines mengusap lehernya, ia haus."Mal," panggilnya. Kemal menoleh. "Gue mau beli minum, lo tunggu di mana? Apa mau ikut?""Ikut. Gue mau denger semua. Lo harus jujur, Nes." Kemal dan Ines menuju ke tempat menjual kopi, walau Ines tampak ragu mau menceritakan apa yang terjadi dengannya selama ini.***Semua berkumpul di rumah Reynan dan Keira. Bunda, ayah Alex bahkan ada di sana. Om Wisnu beserta istri

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Buaya jadi-jadian

    Met baca 🍃__________Rumah terasa sepi karena Keira sibuk di tempat usaha cateringnya sedangkan Reynan, om Wisnu, istrinya, pergi ke Surabaya untuk mengurus kasus Ines.Makanan sudah tersedia, sebelum Keira berangkat kerja ia pasti sudah masak untuk penghuni rumah."Tante, bisa temenin ke salon nggak? Aku mau potong rambut, nih," pinta Vinka."Oke. Adek mana?""Diajak Mama kerja. Mas Alta masih tidur, kecapean latihan kemarin. Om Kemal mana?" Vinka mencari om tersayangnya."Pulang. Kamu mau sarapan sekarang? Tante siapin, ya." Ines segera ke rak piring tapi Vinka larang."Aku bisa, kok. Tante duduk aja." Bocah kecil itu segera mengambil piring juga gelas lalu kembali duduk di meja makan."Kamu kecepetan mandirinya, Vin." Ines keheranan, namun Vinka segera menjelaskan peraturan di rumah yang berakhir membuat Ines berdecak kagum."Mas Alta gimana? Menang terus ya kejuaran renangnya?" Ia menyendok nasi kuning beserta lauk lainnya."Iya," jawab Vinka dengan mulut sudah ada tempe goreng

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Jadi tumbal?

    Met baca 🍃__________Ines menikmati hidangan diacara nikahan, bisa dibilang enak-enak kecuali minuman tadi. Kemal makan hanya sedikit, kebiasaannya memang karena Kemal bukan tipikal aji mumpung kalau hadir disatu acara."Lo mau cobain beef welingtonnya nggak, Mal. Enakan mana sama Mbak Kei bikin?" Ines sudah menyendok makanan. Kemal menoleh, membuka mulutnya. "Gue suapin? Jangan aneh-aneh, deh. Lo nggak sadar dari tadi Tatiana merhatiin elo. "Kemal menutup mulutnya lagi lantas menoleh ke arah Tatiana duduk. Benar saja, wanita itu menatapnya seraya melempar senyuman."Bisa kompak ya, Mal. Cewek disekitar lo inisialnya T semua. Ada Tatiana, terus ... Tanara."Mendengar itu Kemal menoleh cepat ke arah Ines."Apa? Kaget gue tau tentang Tanara? Gue punya informan handal," senyum Ines juga menaik turunkan kedua alis matanya. "Bilang single ternyata udah punya cewek. Lo mau jadi buaya?""Ngaco." Sinis Kemal."Lalu?" Ines menyuap makanan ke mulutnya tapi dengan serius menatap Kemal."Manta

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Ide yang ditolak

    Met baca 🍃__________Ines pulang berjalan kaki hingga ke rumah walau Kemal tetap mengikuti dengan mobil secara perlahan dari arah belakang. Terlihat Ines melepaskan sepatu lalu menentengnya masuk ke dalam rumah yang dibuka Keira.Kemal menghela napas seraya menyandarkan kepala pada jok mobil. Ia turunkan kaca mobil saat Keira menghampirinya."Kalian ribut?" Keira membungkuk ke arah Kemal yang tidak turun dari dalam mobil."Salah faham dikit. Mbak, gue mau pulang ke rumah Ibu malam ini.""Ibu pergi, diajak sama keluarga Minah ke Bogor, besok baru pulang. Lo mau di sini? Tidur sama Alta."Kemal malas kembali ke apartemennya malam itu, hatinya gundah."Oke, deh." Saat Kemal hendak melajukan mobilnya masuk ke garasi, Keira menahan dengan tangannya memegang bahu adiknya saat kaca belum tertutup kembali."Mal, Bapak sama Ibunya Ines ngotot mau jodohin dia. Masih dalam bahasan keluarga tanpa Ines tau, menurut lo gimana? Gue kasihan, Mal." Keira begitu sendu. Kemal sendiri hanya mengedikka

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Jauh lebih bego

    Met baca 🍃___________Ines mengaduk kopi untuknya di pantry, beberapa perempuan datang dengan terlihat grasak grusuk. "Ya, ada apa?" Ines memegang telinga cangkir lantas berdiri menghadap ke arah lima orang staf perempuan di kantor itu."Hai, Bu Ines," sapa mereka bergantian sambil senyam senyum."Iya, kenapa? Kalian dari tadi saya lihat kayak mau tanya sesuatu tapi nggak jadi-jadi." Ines tersenyum ramah."Kita penasaran, Bu Ines ... saudara atau keluarganya Pak Reynan sama Pak Kemal?""Iya. Benar. Pak Reynan sepupu saya dan Pak Kemal adik ipar Pak Reynan. Ada apa, ya?" Ines meneguk kopi perlahan, masih panas soalnya, harus hati-hati."Oh gitu ... nggak, Bu, cuma kok Pak Kemal mendadak hari ini datang tapi bawa aspri baru, nggak pakai seleksi lagi. Ya kami mikir yang enggak-enggak jadinya, kan. Kalau ternyata benar saudara ya wajar ... tetep unsur orang dalam bermain ya, Bu," ujar salah satunya."Iya benar. Saya akui kok saya kerja jadi aspri Pak Kemal tanpa seleksi atau interview a

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Sakit apa

    Met baca 🍃____________Satu minggu berlalu, Ines mengutak ngatik ponselnya melihat media sosial hingga merasa kesal sendiri karena jam sudah menunjukkan pukul enam pagi tapi Kemal belum datang."Nes, Kemal masih belum dateng?" Keira membuka pintu kamar yang ditempati Ines."Belum, Mbak. Tau ke mana adek iparnya Mbak Keira," tukas Ines lalu berjalan ke arah meja rias, ia meraih kunciran rambut. "Aku naik ojol aja, deh, Mbak.""Nggak mau diantar Pak Darmo, sekalian antar anak-anak sekolah.""Nggak, deh, malu. Diantarnya pake mobil mewah gitu." Ines meraih tas kerja, berjalan ke arah Keira yang menggendong anak ketiganya. "Tante kerja ya, ganteng ... nanti malem bobo di sama Tante lagi, ya." Ines menciumi pipi keponakannya lalu menyalim tangan Ines. "Mbak ke kantor?""Nggak, mau ke sekolah Alta, guru olahraganya mau jelasin teknis kompetisi renang sabtu ini. Kamu dateng, ya, support Alta. Masuk semi final dia.""Siap, Mbak. Alta keren banget, bangga aku sebagai Tante kecehnya." Ines be

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Kemal Nakal?

    Met baca 🍃__________"You freaking me out, Kemal!" geram Ines. Kemal tertawa pelan lalu meringis karena sakit di kepalanya."Sorry, i just try to make a joke karena lo terlalu ... drama.""Drama lo bilang!" teriak Ines. Kemal memejamkan mata dengan kening mengkerut. "Lo pikir omongan lo berkualitas. Kita saling membutuhkan? Kalimat apaan itu!" Ines berjalan ke arah meja kecil kemudian membuka makanan yang ia beli. "Mendingan lo tidur dari pada keluarin kalimat nggak penting."Kemal menghela napas panjang, ide Ines benar juga toh efek obat membuatnya mengantuk.Pukul lima sore, Ines pamit pulang setelah Kemal bangun tidur. Tetapi pria itu melarang, justru meminta Ines menemaninya. Perdebatan alot kembali terjadi, Ines tidak bawa baju ganti juga peralatan mandi."Dompet gue lo pegang, kan? Beli baju dan yang lo butuh di mal, black card gue pake aja."Seketika Ines tersenyum lebar. "Boleh beli apapun?""Hm. Asal jangan lo minta dibeliin mobil atau rumah. Gue siksa lo seumur hidup jadi

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Permintaan kemal lagi?

    Met baca 🍃__________"Yakin kamu?" Keira mencoba kembali bertanya untuk kesekian kalinya kepada Ines saat ia sedang merapikan pakaiannya untuk segera pindah dari sana. Kemal sudah keluar dari rumah sakit dan pulang ke apartemennya lebih dulu."Yakin. Mbak tenang aja, kalau Kemal macam-macam aku udah siap semprotan lada. Aman ...." Ines menutup koper kedua miliknya lalu bersiap menyeret keluar karena pak Darmo sudah menunggu di garasi."Yaudah. Kabarin kalau ada apa-apa, ya. Orang tua kamu tau?""Nanti aku bilang. Sekarang aku masih ngehindar mereka, karena setiap telepon bahas perjodohan itu. Awalnya aku, sih, yang tanya apa bener mereka ada niat begitu. Ternyata ya bener." Ines memakai tas selempang lalu pamit ke Keira yang ikut mengantar ke garasi.Reynan sudah di teras, duduk menunggu. Saat Ines pamit, Reynan berpesan untuk tetap jaga diri, bagaimana juga sebenarnya tak boleh tinggal bersama tanpa ikatan sah. Tak baik dicontoh, ya."Hati-hati, Nes," pesan Reynan. Ines mengangguk.

Bab terbaru

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Kabar buruk

    Met bacaaa 🌿_______"Maksud kamu apa?" Tatiana menahan air mata supaya tak jatuh sedangkan kedua orang tuanya menahan kecewa dan marah terhadap Kemal."Saya tidak bermaksud mempermainkan atau menyakiti Tatiana, Om ... Tante, tapi saya benar-benar minta maaf karena harus ambil keputusan ini." Dengan berani Kemal membatalkan acara pertunangan yang sudah empat puluh persen siap."Siapa perempuan itu, Mal?" Air mata Tatiana jatuh juga, Kemal menunduk sejenak sebelum menjawab."Ines," jawab Kemal jujur. Tatiana membungkam mulutnya, ia patah hati seketika itu juga. Namun, Kemal dan Ines sudah sepakat. Lagi pula ini menjadi cara mereka bersatu."Kurang ajar," geram Tatiana."Saya yang salah karena terlalu jauh bertindak saat kami di Surabaya, saya dan Ines--""STOP!" Tatiana mengangkat telapak tangan, ia tak mau mendengar apa-apa lagi. Ia beranjak pergi menangis berlari menuju ke kamarnya. Kedua orang tua Tatiana mengusir Kemal, ah ... yasudah lah, kesempatan baginya pergi juga.Di rumah R

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Batal!

    Met baca 🌿__________Ada keterangan sedikit, ya ; - Alta punya kakak sambung 3, namanya : Cakra (17th), Biru dan Bumi (15 th). Usia Alta sendiri 14 th di kisah ini, ya. Nanti saya edit di awal bab supaya nggak rancu.Markijut, mari kita lanjut!_______"Ayah mau sampai kapan duduk di situ! Ayo ke rumah sakit!" Bhumi sudah bersiap, ia terlihat kesal karena Tomy masih duduk seperti sedang berpikir keras."Berapa usia Alta?" tanya ke Ines yang sudah berdiri di dekat pintu."Empat belas tahun. Mau sampai kapan anda duduk. Anak anda menunggu di sana!" kesal Ines. Tomy mendongak, segera ia menyambar kunci mobil lalu meminta Ines pergi duluan.Saat Ines sudah berlalu dengan mengemudikan mobil Reynan, Tomy menarik tangan Bhumi yang hendak menuju ke posisi penumpang bagian kiri depan mobil SUV mewah itu."Kamu jangan cerita ke Kakakmu," pintanya.Bhumi menyeringai, "Ayah masih ingat sama Kak Cakra? Dia udah pergi dari rumah tiga bulan, Yah! Kita cari nggak ketemu sampai Biru celaka karena n

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Donor Darah

    Met baca 🌿____________Kemal terus merangkul Ines saat mereka di bandara, bahkan menggenggam jemari tangan Ines seolah tak mau melewatkan momen apapun saat di dalam pesawat.Ines menyandarkan kepala di bahu kiri Kemal, ia hanya diam menyiapkan hati saat tiba di Jakarta semua akan berubah seperti semula.Benar saja, mereka melihat Tatiana datang menjemput tanpa janji terlebih dahulu. Bagus keduanya tau jauh-jauh waktu sebelum Ines melihat Kemal menggandeng jemari Ines sambil berjalan."Here we go," lirih Ines. Ia memberi jarak saat berjalan menuju luar lobi bandara. "Gue beli greentea latte dulu, lo kalau mau duluan, duluan aja, Mal. Its okey," tutur Ines saat sudah dekat beberapa langkah lagi ke arah Tatiana yang tersenyum sumringah melihat calon suaminya di depan mata."Iya." Kemal menjawab singkat, karena ia memakai kacamata hitam, sorot mata kesedihannya tidak bisa terbaca Tatiana."Hai!" pekik tertahan Tatiana. Ia memeluk Kemal singkat yang tidak dibalas Kemal karena tangan kana

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Keep secret

    Met baca 🌿_____________Alunan musik berdentum keras di dalam club mewah yang ada di kota itu. Ines dan Kemal duduk sambil menatap manusia melantai meliukkan tubuh."Minum nggak?" tawar Kemal."Sinting," ketus Ines melirik Kemal yang bahkan sejak tiba beberapa menit lalu belum memesan apapun."Kenapa ke sini, sih, Mal." Ines menyenggol bahu Kemal dengan bahunya."Gue pikir lo suka ke tempat kayak gini. Biasanya orang lagi galau ya ke sini.""Gila. Mendingan gue lo ajak makan rawon tiga mangkok sama es krim." Ines masih sewot."Tadi kan udah makan sebelum ke sini, rawon juga. Masih kurang?" Kemal tak kalah ngegas."Gue nggak suka di sini. Gue nggak mau." Wajah Ines memberengut, Kemal beranjak, menggandeng tangan Ines berjalan keluar dari club malam itu."Tempat ini padahal mahal dan mewah, bukan sembarangan, lo nggak mau." Kemal masih menggandeng tangan Ines sambil berjalan keluar. Sekuriti terkejut karena Kemal tak lama di sana."Kenapa pulang, Boss? Belum ketemu Gilbert," tanya sek

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Kenyataan pahit Ines

    Met baca 🌿_____________Ines bergerak cepat, ia mencari tau kantor lelaki yang pantas dipanggil papa oleh Alta karena ayah kandungnya. Di kantor, ia menggali informasi hingga rinci.Tujuannya, memastikan jika Alta tidak boleh tau fakta sebenarnya karena usia belum cukup matang. Sesuai rencana Keira, ia akan jujur saat Alta sudah cukup umur."Bu Ines, ada surat nih, tapi kok dari pengadilan Surabaya," tukas resepsionis seraya menyerahkan amplop coklat."Oh, iya, makasih, ya." Ines menerima amplop, ia buka dan membaca. Surat panggilan sidang kasusnya, ia harus ke Surabaya dalam waktu dekat.Segera Ines menghubungi om Wisnu yang ternyata sudah tau dan memang mau Ines hadir. Ines sedang serius bicara dengan om Wisnu di telepon saat Kemal berdiri di depan meja kerja, merebut surat yang tergeletak di atas meja kerja Ines.Ia baca dengan seksama, lalu memperhatikan Ines hingga selesai menelpon omnya."Berangkat sama gue," putus Kemal. Ines menggeleng. "Gue temenin lo, Nes," lirih Kemal kar

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Si labil Kemal

    Met baca 🌿_____________Makan siang bersama Tatiana juga di kediaman Keira sengaja diadakan. Kali itu Kei tak masak, ia memesan makanan khas arab juga makanan penutup dari toko kue langganannya.Ines membantu menata piring, gelas, serta peralatan makan lainnya di meja panjang tertutup taplak meja warna emas di halaman belakang."Gue bantu," tukas Kemal lantas mengambil alih nampan besar berisi sendok juga garpu dari tangan Ines."Udah, nggak usah. Temenin sana calon istri," celetuk Ines. "Luar biasa lo, Mal, baru sekali dikenalin langsung sat set," lanjut Ines lagi.Kemal menunduk sejenak, lalu mengangkat kepala menatap Ines yang lanjut menata peralatan makan."Ibu yang nyeplos begitu. Gue sama sekali belum kepikiran ke arah sana."Ines tersenyum, "ya bagus, dong. Tandanya lo emang harus menyegerakan." Ia menatap Kemal yang berdiri sambil memegang pinggiran meja, wajahnya tampak kebingungan. "Mal, turuti maunya Ibu."Kemal hanya bisa diam mematung, kedua matanya mengikuti gerak Ines

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Calon istri Kemal

    Met baca 🌿_________Ines memasukan dress dan sepatu yang ia beli ke dalam kotak lalu meletakkan di dalam lemari pakaian. Segera ia beranjak untuk istirahat karena hari sudah malam. Dexter juga tidak menghubungi karena berada di pesawat menuju Madrid.Janjinya pria itu akan menghubungi Ines jika sudah tiba atau tidak terlalu sibuk karena pekerjaan di sana sudah menunggu dirinya.Jemari Ines mengusap layar ponsel, melihat-lihat aplikasi belanja online sekedar cuci mata. Awalnya, hingga ia justru belanja beberapa barang kebutuhan pribadi."Yah, kok udah sejuta aja. Aduhhh ...," keluh Ines setelah sadar melakukan pembayaran. Saldo di rekeningnya tersisa dua juta hasil pinjam dari Keira. "Gimana gue idup. Mulai besok nggak mau berangkat dan pulang bareng Kemal."Pusing memikirkan keteledorannya, ia putusnya menerima fakta harus irit. Pintu kamarnya di ketuk, Ines beranjak cepat. Kaget seketika saat Kemal sudah pulang dari acara bersama Tatiana."Udah.""Oh, yaudah." Kemal memutar tubuh,

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Terjerat perlahan

    Met baca_______"Kopi gue mana?" tegur Kemal saat Ines menyerahkan draft bahasan rapat yang akan Kemal lakukan lima belas menit lagi dengan para manajer."Emang lo minta? Lagian rapat lo juga nggak pernah ngopi, Mal." Ines masih berdiri di sisi kanan Kemal tepat di tepi meja kerja."Lagi pingin," jawab Kemal tanpa menatap, ia sibuk membaca draft yang diberikan Ines."Nggak usah, deh, gue sibuk."Mendengar itu seketika Kemal mendongak menatap Ines yang sedang senyam senyum. "Sibuk apa.""Balesin chat dari Dexter," jawab Ines santai. Kemal mengerutkan kening. "Gue mau coba LDR sama dia. Ya, nggak jelas statusnya sih, tapi kayaknya dia naksir gue, deh, Mal.""Ck. Jangan gampang luluh. Inget nggak cerita sebelum-sebelumnya?" sindir Kemal yang menutup map lalu menyiapkan tablet juga ponselnya, ia bersiap beranjak pergi."Mal, dia beda, deh. Gue mau coba. Lo aja deketin Tatiana, masa gue nggak. Nggak adil, lah." Ines bersedekap."Terserah lo. Kalau ada apa-apa tanggung sendiri akibatnya. N

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Get closer

    Met baca_______"Aku masih nggak percaya secepat ini kamu mau untuk kita coba lebih dekat, Mal." Tatiana menunduk malu, bahkan menyembuyikan wajahnya yang memerah dengan beberapa kali menatap keluar saat keduanya berada di dalam mobil saat perjalanan pulang. Kemal mengantar Tatiana pulang, hal itu spontan ia lakukan karena sudah terlanjur bicara jika ia mau memulai menjalin hubungan dengan Tatiana di depan Ines dan Dexter."Maaf kalau kesannya mendadak juga, buru-buru." Kalimat Kemal direspon gelengan kepala Tatiana."Nggak, kok, nggak mendadak." Tatiana memejamkan mata, ia terlihat terlalu bahagia. "Maksudku, jadi ... gini, lho ... kamu tau aku—"Kemal menghentikan mobil saat lampu merah di perempatan pintu masuk menuju komplek elite rumah Tatiana. Kepalanya menoleh ke Tatiana. Ia tersenyum tipis. "Besok pagi ke kantor jam berapa?""Aku?" tunjuk Tatiana."Iya, lah," kekeh Kemal. Tatiana mengulum senyum."Jam tujuh. Kenapa?" Begitu lemah lembut suara Tatiana, beda dengan Ines yang ka

DMCA.com Protection Status