Reva yang sudah berada di luar masuk lagi ke dalam Butik Amanda. Kejahilan untuk membuat Amanda cemburu belum membuatnya puas. Kebetulan sekali di tas Reva ada dua buah cokelat merk ternama. "Oh ya, Mand." Amanda gemas sekali ketika Reva ternyata belum pulang dan kembali masuk ke dalam Butiknya. "Ada apa lagi?" Amanda sedikit berkisap ketus pada Reva dan membuat Reva semakin ingin menjahilinya. "Aku suka membahas soal Bara, apalagi bercerita denganmu." Amanda dengan malas mendengarkan Reva bercerita mengenai Bara. Amanda berharap ocehan Reva segera selesai namun ternyata semakin panjang. Hampir satu jam Reva bicara membahas soal Bara. Reva tahu jika Amanda makin sebal dengan ceritanya namun bagaimana lagi, ini memang tujuan Reva. "Ini bibir apa gak keluar busa ya." batin Amanda. "Mand, titip cokelat ini buat Bara ya." Reva mengulurkan dua buah cokelat padanya. Amanda terpaksa memenuhi permintaan Reva. "Huft selesai juga radio rusak." gumam Amanda. "Apa Mand? mau dengerin lagi
Amanda terpaksa mengantarkan cokelat pada Bara meski hatinya sebal sekali pada Reva. Bara melihat mobil Amanda masuk ke parkiran Cafe Bara. Bara mulai bersandiwara cuek padanya. Kebetulan Cafe sudah tutup jadi tidak ada pengunjung. Terlihat Rani dan Bu Maya sedang merapikan kursi yang sempat berantakan."Bar, ada titipan dari Reva." Amanda memberikan cokelat titipan Reva pada Bara, Bara menerimanya dan memakannya tanpa melihat perasaan Amanda. Bara terlihat sangat menikmati cokelat pemberian Reva padanya. "Kalian beneran punya hubungan?" Amanda ingin tahu yang sebenarnya namun Bara tetap asik dengan memakan cokelat pemberian Reva."Mau?" Bara memberi sebuah cokelat untuk Amanda namun tidak tertarik sedikitpun. Amanda justru semakin benci ketika cokelat itu dimakan oleh Bara.Bara tetap melanjutkan makan cokelatnya hingga membuat Amanda bete dicueki Bara. Amanda memilih pergi namun Bara mencekal tangannya."Ada apa, Mand?""Kamu yang kenapa? dari kemarin kamu cueki aku, apa karena sud
Sore ini Faris sengaja menunggu Amanda di lobi tempat kerja Amanda. Faris sudah lama ingin bicara berdua dengan Amanda. Amanda sedikit gugup saat bertemu dengan Faris. Khawatir jika akan menyakiti perasannya."Kak Faris." Faris berbalik dan tersenyum melihat Amanda di depannya."Amanda." "Ada perlu apa, Kak?" "Hanya ingin bertemu saja denganmu." Faris dan Amanda berjalan ke Cafe tepat di sebelah tempat kerja Amanda."Mand, apakah kamu mencintai Bara?" Amanda terkesiap dengan pertanyaan Faris. Antara menjawab jujur atau tidak."Kenapa Kak Faris bertanya seperti itu?""Kakak mengerti apa yang kamu pikirkan, kamu menyukai Bara kan? Kakak mengerti kok, cinta memang tak bisa dipaksakan." Faris mencoba untuk tegar meski hatinya sedang goyah."Iya, Kak. Maafkan Amanda sudah membuat Kakak terluka." Faris hanya tersenyum melihat Amanda tidak berani menatapnya. Faris sadar jika dirinya tidak bisa bersikap egois apalagi sakit yang dideritanya. Faris merasa tidak akan sanggup untuk menjaganya
Amanda kecewa dengan apa yang diucapkan Bara. Sikap Bara berubah sangat membencinya. Amanda kembali pulang merebahkan bobot tubuhnya di ranjang miliknya dan berderai air mata."Bar, kenapa kamu begini?" Amanda sengaja hari ini tidak bekerja karena kondisinya yang terlalu lelah. Amanda memutuskan untuk istirahat penuh demi menjaga kesehatannya.Tok tok tokAmanda membuka pintu kamarnya dan Adi berada di depan pintu sembari membawa susu hangat untuk Amanda."Kakak tidak bekerja?""Kakak lelah, Di. Kakak izin dulu hari ini." Adi masuk ke kamar Amanda dan duduk di kursi yang ada di kamar Amanda."Apa tidak sebaiknya Kakak resign dari pekerjaan Kakak? Adi lihat Kakak sering capek. Bisnis Kakak juga sudah meningkat drastis." Amanda berpikir sejenak. Ada benarnya apa yang diucapkan Adi. Dirinya bisa fokus mengembangkan bisnisnya."Jika Kakak resign, Kakak ingin tinggal di kampung, Di." "Kenapa? apa karena Bang Bara?""Bukan, Kakak hanya rindu suasana kampung." Adi menyetujui permintaan Ama
Pagi ini Amanda bersiap ke tempat kerja untuk mengajukan pengurunduran dirinya. Semalaman Amanda mencerna keputusan yang sudah dia ambil. Rencana fokus menjalani bisnis Butiknya yang semakin meningkat. Amanda melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ke tempat kerjanya. Amanda berharap mengundurkan diri dan berlibur ke kampung adalah sesuatu yang dia inginkan saat ini. Usai mengajukan pengunduran diri, Amanda segera menuju ke salon milik Reva. Tak lupa, Amanda mampir sebentar ke gerai membeli kue untuk Reva. Sampai di salon milik Reva, Amanda segera masuk ke salon dan terlihat Reva sedang melihat laporan di tempat kasir. "Reva." "Hai, Amanda. Yuk ikut aku." Reva membawa Amanda menuju ke ruang perawatan yang paling bagus. "Mm Reva, lebih baik ke ruang perawatan yang biasa saja." Amanda berusaha menolak secara halus "Apa itu kue untukku?" Amanda mengangguk dan memberikan kue itu kepada Reva. Selanjutnya Amanda menuju ke ruang yanh sudah disiapkan Reva untuknya. Beberapa ahli tera
Usai shalat subuh, Amanda membantu sang Ibu memasak di dapur. Amanda merasa semua masalah yang dia hadapi hilang dan memudar seiring rasa bahagianya bisa tinggal bersama kedua orang tuanya tanpa banyaknya masalah yang datang."Setidaknya aku disini sedikit lebih tenang." gumam Amanda."Nduk, ikut Ayah ke sungai yuk! menangkap ikan segar untuk makan siang nanti. Kamu apa tidak rindu dengan suasana mencari ikan di sungai?" Amanda langsung mengiyakan ajakan Ayahnya. Sudah lama sekali tidak main di sungai.Amanda dan Pak Lukman berjalan menyusuri jalan setapak untuk menuju ke sungai. Melewati lahan sawah yang hijau dan ada sebagian sawah yang menguning karena padi siap di panen."Kak Manda." Asep salah satu pemuda di kampung menyapa Amanda. "Asep, bagaimana kabarmu? wah dapat ikan banyak ya." Amanda melihat Asep membawa ikan hasil tangkapan di sungai."Iya, Alhamdulillah bisa buat lauk, Neng. Neng Manda mau kemana?""Mau ikut Ayah ke sungai mencari ikan sama kayak kamu, Sep.""Wah, Kak M
Amanda masuk ke dalam rumah dan mendapati Adi sedang menonton tivi sambil menikmati semangkuk mie instan kesukaannya."Cie, yang lagi jatuh cinta." Adi melihat rona wajah Amanda berubah lebih cerah."Di, Kakak masih rindu Ayah dan Ibu. Rencana Kakak liburan sebulan di kampung terancam gagal deh." Amanda merebahkan bobot tubuhnya di sofa setelah semalaman begadang menjaga Bara Drrt drtttPonsel Amanda berdering, panggilan dari sang Ibu dari kampung."Assalamu alaikum, Bu." "......""Baiklah, setelah ini Amanda pulang kok. Urusan Amanda sudah selesai." Amanda kembali ke posisi duduk."Di, Ibu meminta kita berdua pulang. Bawa mobil kamu ya? mobil Kakak ditahan Bara." "Ecieeeeee. Yang sedang mulai protektif karena takut ditinggal Kakakku yang cantik ini." Wajah Amanda bersemu merah mendengar ledekan adik lelaki satu - satunya."Bagaimana dengan Bang Bara?""Kita pamit saja lewat pesan, dia kan sudah sembuh. Kakak masih rindu dengan Ayah dan Ibu." Amanda berlalu meninggalkan Adi mengha
Bara tidak enak ketika acara rekreasi keluarga Amanda tertunda."Eee tidak gagal kok, Pak. Kita berangkat saja." Bara berusaha tidak mengecewakan acara keluarga Amanda.Adi mengemudikan mobilnya menuju ke pantai bersama kedua orang tuanya. Bara memilih satu mobil dengan Amanda. Tangan Amanda tak luput dari genggaman Bara, entahlah takut kehilangan lagi atau takut berjauhan dengan Amanda."Bar, gak capek apa dari dari pegang tanganku terus." bukannya mendengarkan ucapan Amanda namun Bara malah mencium tangan Amanda. Amanda hanya diam melihat ulah Bara padanya."Aku hanya ingin selalu dekat dengan sumber kekuatanku, yaitu kamu, Mand. Cinta ini seakan tak pernah luntur bahkan semakin menjadi hingga aku memutuskan untuk melamarmu di depan kedua orang tuamu." "Ya, aku memang bukan seorang keturunan hartawan, orang tuaku juga seorang single parents tapi aku mampu dan sanggup membuatmu bahagia dunia akhirat. Kau tahu, Mand? di sepertiga malamku aku selalu menyebutmu untuk menjadi pendamping
Tiga hari usai mendapatkan tiket pemberian Faris, Bara mengajak Amanda pergi berlibur ke Disneyland selama sepekan. Melihat kebahagiaan Amanda apalagi tawa Amanda membuat Bara tak hentinya merasa bersyukur. Bara selalu menjaga senyum Amanda tetap terjaga tanpa pernah ingin menyakitinya sedikitpun. "Sayang, jujur aku bahagia sekali." Bara memeluk Amanda dari belakang ketika Amanda berdiri dekat jendela kaca kamar hotel mereka. Bara menghirup aroma wangi parfum tubuh Amanda."Aku juga Sayang, aku sangat bahagia bersamamu. Kebahagiaanku sudah lengkap hanya saja.."Kita akan berusaha dan berdoa agar segera dikaruniai buah hati lagi, Sayang." Amanda menggenggam tangan Bara yang melingkar di perutnya.Tiga bulan setelah berlibur dari Disneyland, Amanda mendapatkan hadiah tepat dihari ulang tahun Bara. Hadiah berupa garis dua yang tertera di tespacknya, Amanda diam - diam melakukan USG untuk memastikan jika dirinya tengah hamil tanpa memberitahukan kepada Bara. Bara begitu terharu dan sanga
Tiga minggu usai pulang dari rumah sakit, Bara tak hentinya menghibur Amanda supaya tidak terlarut dalam kesedihan. Dalam hati Bara memang berkeinginan untuk memilihi buah hati hanya dari rahim Amanda namun bagaimana lagi, pemilik alam bekehendak lain. Bagaimanapun ini adalah ujian dalam rumah tangganya."Sayang, jangan melamun dong." Amanda menerawang kaca di balkon. Bara memeluknya dari belakang sembari menikmati harumnya tubuh Amanda yang terawat. Amanda merasakan pelukan suami tercintanya sembari ikut menggenggam tangan Bara yang melingkar di pinggangnya."Aku tidak melamun, Sayang. Hanya rasa syukur memiliki suami terbaik sepertimu." Amanda berbalik menatap wajah Bara, perlahan kedua tangannya menangkup ke pipi Bara. Bara seketika membawa Amanda dalam dekapannya."Tak ada yang bisa menggantikanmu, Amandaku sayang." "Kita jalan - jalan yuk!" Bara mengajak Amanda untuk jalan - jalan sekedar refresing sejenak dari musibah yang telah menimpa keluarga kecilnya. Amanda dan Bara segera
Karena sudah tidak ada lagi hubungan dengan Rina, Tedi pagi ini berencana menemui Naya dan keluarganya untuk melamar Naya. Tedi melajukan mobilnya ke kediaman Naya dan keluarganya. Kedatangan Tedi disambut hangag oleh kedua orang tua Naya termasuk Naya dan Sony. Naya begitu canggung bahkan untuk menatap Tedi rasanya tidak mampu."Maaf sebelumnya, Om dan Tante. Niat Tedi kemari karena Tedi memiliki rasa cinta teramat besar pada Naya sehingga Tedi memberanikan diri untuk meminta restu kepada Om dan Tante." ucapan mulai sedikit tidak nyambung karena Tedi begitu grogi bahkan keringat dingin sebesar biji jagung mengalir deras. Takut jika niat baiknya melamar Naya ditolak oleh keluarga Naya. Frans dan Riana hanya tersenyum melihat kepolosan seseorang ketika mau melamar Naya. Sony yang ikut mendengarkan bahkan menahan tawa dan sesekali menggoda Naya."Iya, saya tahu jika kamu menyukai anak saya. Tapi saya rasa kurang tepat jika kamu menyukai Naya hanya dengan rasa cinta. Jika nanti kamu mene
Pagi ini Amanda tidak seperti biasanya. Amanda setiap hari akan bangun sebelum subuh untuk menyiapkan semuanya dibantu dengan Bu Maya, Ibu mertua yang selalu terbuka padanya. Namun kali ini Amanda tidur lagi usai shalat subuh. Bara menghampirinya memastikan jika Amanda baik - baik saja."Sayang, sudah siang loh. Ayo bangun." Bara menggoyang - goyangkan tubuh Amanda dengan pelan karena takut membuat Amanda sakit atau tidak nyaman."Badanku capek semua, Sayang." Sahut Amanda yang masih berada dalam selimut. Bara meletakkan punggung telapak tangannya di dahi Amanda."Alhamdulillah tidak demam, ya sudah istirahat saja, Sayang." Bara meninggalkan Amanda dan menuju ke dapur membuatkan sarapan untuk Amanda."Amanda mana? kok gak turun." Bu Maya melihat Bara turun sendiri."Amanda sedang tidak enak badan, Ma.""Biasa ibu hamil ya begitu, Mama dulu lebih parah dari Amanda saat hamil kamu." Bara menyimak penjelasan Bu Maya saat hamil dulu. Bara akhirnya mengerti tentang apa saja yang akan terja
Bu Fatimah mengamati dari kejauhan pada lelaki yang bersama dengan Rina. Lelaki itu bahkan terlihat mesra sama seperti Rina yang bergelayut manja. Usai dari Cafe, Rina dan Dodit menuju ke sebuah hotel yang berada di sebelah Cafe tempat nongkrongnya mereka berdua. Bu Fatimah segera mengikuti mereka berdua secara diam - diam supaya tidak kehilangan jejak.Rina dan Dodit masuk ke dalam sebuah kamar. Bu Fatimah menuju ke resepsionis dan meminta nomor kamar Rina dan Dodit sekarang, akan tetapi pihak hotel tetap merahasiakan privasi pengunjung hotel. Bu Fatimah mengatakan jika pihak wanita adalah calon tunangan anaknya sehingga pihak hotel akhirnya memberikan nomor kamar yang Rina dan Dodit.Bu Fatimah segera naik ke lantai dua tepat nomor kamar yang disewa Rina dan Dodit.tok tok tokBu Fatimah mengetuk pintu dan betapa terkejutnya ketika Rina membuka pintunya dan masih memakai lingerie merah. "Ri - Rina?""Ta - Tante?" Rina terkejut sekali melihat Bu Fatimah memergokinya sedang bersama
Meskipun mendapatkan banyak dukungan dari keluarganya namun Naya tetap merasa tidak percaya diri. Masa lalu yang begitu kelam tak lebih dari pelacur murahan yang dipakai orang banyak. Naya tak bisa tidur memikirkan ekspresi Tedi nanti seandainya Naya sudah mengungkapkan isi hatinya."Bantu hamba, Ya Allah." ucapan tersebut yang selalu dia lantunkan, berharap dari kekuasaan Allah yang menentukan akan nasibnya.Ting[Bang Tedi besok mau bicara sebentar dengan Naya. Bolehkan?] sebuah pesan dari Tedi[Iya boleh, Bang] balas Naya dengan harap - harap cemas.[Istirahat besok kita makan di warung biasanya] Tedi mengacak bicara Naya di warung Bh Faridah.[Baik, Bang Tedi jangan pernah kecewa ketika mengetahui apa Naya sampaikan besok] Tedi terkejut dengan pernyataan Naya, itu artinya ada sesuatu yang disembunyikan Naya dan akan diungkapkan besok. Semalaman mereka berdua tidak ada yang bisa tidur karena memikirkan pertemuan besok. Perasaan mulai maju mundur ketika dirinya harus mengungkapkan s
Meskipun Naya hidup bersama kedua orang tuanya yang cukup kaya, namun Naya tak serta merta memanfaatkan semua harta Ibunya. Naya tetap bekerja di tempatnya yang lama karena sudah merasa nyaman. Riana bahkan meminta sopir untuk mengantar jemput Naya ketika bekerja.Tedi selalu saja terbayang wajah Naya yang selalu tersenyum. Tedi ingin sekali bertemu dengan Naya dan menyatakan cintanya, tak peduli siapapun yang akan mencekal hubungannya dengan Naya.Seperti biasa, di waktu istirahat Tedi akan menunggu Naya di warung tempat Naya membeli minum. Tedi kali ini membawa kue brownis untuk Naya berharap Naya mau menerima pemberian sederhananya.Tak butuh waktu lama, Naya muncul dan menuju ke warung tempat Tedi berada. Perasaan Tedi mulai tak beraturan saat Naya mulai berjalan mendekati warung. Pemilik warung yang sudah lama mengenal Tedi sebagai pelanggan setia warungnya. "Suka dengannya?" celetuk Bu Farida ketika melihat tatapan Tedi mengarah pada Naya."Banget, Emak." sahut Tedi tanpa melih
Bu Ratna kembali merasakan sakit di kakinya, nanah kembali keluar dari luka bekas luka palsu. Baunya begitu amis dan anyir sehingga Bu Ratna segera ke kamar mandi membersihkannya meski harus mengesot untuk sampai ke kamar mandi. Berkali - kali Bu Ratna membersihkan lukanya dengan air, nanah itu selalu keluar kembali. Satu jam Bu membersihkan lukanya, Bu Ratna segera ke ruang tamu untuk mengoleskan salep anti septik ke dalam lukanya. Berharap jika lukanya segera sembuh seperti sedia kala.Bu Ratna merasa pengap jika pintunya ditutup dan segera membukanya supaya lebih segar dan sejuk. Namun beberapa tetangga kontrakannya merasa terganggu dengan aroma yanh ditimbulkan oleh luka Bu Ratna. Beberapa orang yang lewat bahkan sampai menutup hidungnya karena tidak kuat."Bu, tolong dong lukanya itu dibawa kerumah sakit supaya tidak bau seperti ini." Mak Rika termasuk salah satu penghuni kontrakan menegur Bu Ratna, namun bukannya menyahuti dengan baik, Bu Ratna malah bersikap sok jagoan meski ti
Pagi ini Riana beserta suami dan anak mereka pergi mengunjungi Naya di kosnya. Rencananya Bu Ratna akan mengajak Naya sekedar menikmati kebersamaan di taman."Assalamu alaikum." Riana mengucap salam di depan pintu kamar Naya. Ceklek"Waalaikum salam." Naya membuka pintu dalam posisi masih menggunakan mukenah karena habis melaksanakan shalat dhuha dan mengaji sebentar."MasyaAllah Naya." Riana menangkupkan kedua tangannya ke pipi Naya. Kecantikannya begitu natural dan manis."Ibu, ayo masuk dulu." Naya mempersilahkan masuk Riana dalam kamarnya. Riana masuk ke kamar sembari melihat - lihat kamar kos sederhana milik Naya. Hanya terdapat dipan beserta kasur berukuran single, lemari dan meja. Terdapat juga sebuah kipas dinding sebagai penghilang rasa panas. Karena kos Naya khusus untuk wanita maka Frans dan Sony menunggu di mobil."Nay, ikut Ibu, yuk!""Kemana?""Jalan - jalan, Papa kamu ada di bawah dengan Adikmu, Sony. Dia ingin sekali bertemu denganmimu, pengen tahu dengan Kakak peremp