Usai shalat subuh, Amanda membantu sang Ibu memasak di dapur. Amanda merasa semua masalah yang dia hadapi hilang dan memudar seiring rasa bahagianya bisa tinggal bersama kedua orang tuanya tanpa banyaknya masalah yang datang."Setidaknya aku disini sedikit lebih tenang." gumam Amanda."Nduk, ikut Ayah ke sungai yuk! menangkap ikan segar untuk makan siang nanti. Kamu apa tidak rindu dengan suasana mencari ikan di sungai?" Amanda langsung mengiyakan ajakan Ayahnya. Sudah lama sekali tidak main di sungai.Amanda dan Pak Lukman berjalan menyusuri jalan setapak untuk menuju ke sungai. Melewati lahan sawah yang hijau dan ada sebagian sawah yang menguning karena padi siap di panen."Kak Manda." Asep salah satu pemuda di kampung menyapa Amanda. "Asep, bagaimana kabarmu? wah dapat ikan banyak ya." Amanda melihat Asep membawa ikan hasil tangkapan di sungai."Iya, Alhamdulillah bisa buat lauk, Neng. Neng Manda mau kemana?""Mau ikut Ayah ke sungai mencari ikan sama kayak kamu, Sep.""Wah, Kak M
Amanda masuk ke dalam rumah dan mendapati Adi sedang menonton tivi sambil menikmati semangkuk mie instan kesukaannya."Cie, yang lagi jatuh cinta." Adi melihat rona wajah Amanda berubah lebih cerah."Di, Kakak masih rindu Ayah dan Ibu. Rencana Kakak liburan sebulan di kampung terancam gagal deh." Amanda merebahkan bobot tubuhnya di sofa setelah semalaman begadang menjaga Bara Drrt drtttPonsel Amanda berdering, panggilan dari sang Ibu dari kampung."Assalamu alaikum, Bu." "......""Baiklah, setelah ini Amanda pulang kok. Urusan Amanda sudah selesai." Amanda kembali ke posisi duduk."Di, Ibu meminta kita berdua pulang. Bawa mobil kamu ya? mobil Kakak ditahan Bara." "Ecieeeeee. Yang sedang mulai protektif karena takut ditinggal Kakakku yang cantik ini." Wajah Amanda bersemu merah mendengar ledekan adik lelaki satu - satunya."Bagaimana dengan Bang Bara?""Kita pamit saja lewat pesan, dia kan sudah sembuh. Kakak masih rindu dengan Ayah dan Ibu." Amanda berlalu meninggalkan Adi mengha
Bara tidak enak ketika acara rekreasi keluarga Amanda tertunda."Eee tidak gagal kok, Pak. Kita berangkat saja." Bara berusaha tidak mengecewakan acara keluarga Amanda.Adi mengemudikan mobilnya menuju ke pantai bersama kedua orang tuanya. Bara memilih satu mobil dengan Amanda. Tangan Amanda tak luput dari genggaman Bara, entahlah takut kehilangan lagi atau takut berjauhan dengan Amanda."Bar, gak capek apa dari dari pegang tanganku terus." bukannya mendengarkan ucapan Amanda namun Bara malah mencium tangan Amanda. Amanda hanya diam melihat ulah Bara padanya."Aku hanya ingin selalu dekat dengan sumber kekuatanku, yaitu kamu, Mand. Cinta ini seakan tak pernah luntur bahkan semakin menjadi hingga aku memutuskan untuk melamarmu di depan kedua orang tuamu." "Ya, aku memang bukan seorang keturunan hartawan, orang tuaku juga seorang single parents tapi aku mampu dan sanggup membuatmu bahagia dunia akhirat. Kau tahu, Mand? di sepertiga malamku aku selalu menyebutmu untuk menjadi pendamping
Sudah beberapa bulan ini Naya menjadi simpanan Miko, itupun sang istri sah Miko tidak mengetahui karena sakit. Hana curiga dengan sikap suaminya yang berubah akhir - akhir ini. Hana bukanlah sosok yang lemah, hanya saja beberapa bulan yang lalu Hana sakit disekujur tubuhnya dan membuatnya seperti orang lumpuh. Sampai saat ini Hana mencari kebenaran atas apa yang telah dilakukan suaminya. Hana sudah sembuh namun tetap berpura - pura sakit karena pengobatan dan terapi yang dijalaninya tanpa sepengetahuan suami. Hana semakin terkejut melihat rekaman CCTV yang menampilkan perbuatan Miko ketika mencampur sebuah obat kedalam minuman Hana. Hana geram atas apa yang dilakukan Miko padahal Miko hanyalah orang miskin yang kebetulan dipercayai oleh keluarganya untuk menjalankan perusahaannya. Hana meminta salah satu rekannya untuk mencari dimana keberadaan Miko sepulang kerja. Rekan Hana menginformasikan jika Miko membeli sebuah apartemen mewah yang dia gunakan untuk menginap ketika tidak pulan
Naya ke dapur untuk membersihkan bekas sarapan. Sarapan yang cukup menyakitkan seumur hidupnya."Woy pelakor!" suara Hana kembali menggema membuat Naya terkejut.PrangPiring yang ada di tangannya jatuh dan pecah tepat di depan Hana. Hana marah sekali melihat piringnya pecah akibat kelalaian Naya. Hana menghampiri Naya dan menarik rambutnya."Aduh sakit, Nyonya." Naya merintih kesakitan karena tarikan Hana yang kuat. Bahkan beberapa helai rambut tertinggal di tangan Hana."Ini adalah balasan untuk pelakor, oh ya aku dengar kamu sudah pernah merebut suami orang ya. Jadi udah kebal dong dengan siksaan istri sahnya." Naya semakin takut dengan kegilaan Hana. Hana menarik rambutnya dan membawa Naya ke kamar mandi. "Rasakan ini!" Hana mendorong kepala Naya ke dalam wastafel berisi air hingga Naya memberontak takut kehabisan nafas."Rasakan ini pelakor!" Hana lagi - lagi memasukkan kepala Naya ke dalam watafel berisi penuh air. Nafas Naya tersengal - sengal atas perlakuan Hana padanya."Amp
Amanda hampir tak bisa tidur karena beberala hari lagi Bara akan datang bersama keluarganya untuk melamarnya. Meski masih dua hari lagi tetapi perasaan Amanda sudah tidak karuan.Ting[Mand, aku kangen. Video call yuk!] ingin Amanda menolaknya karena akan menambah rasa grogi padanya namun itu mustahil baginya untuk menolaknya. Bara akan tetap mengajaknya Video Call. Benar saja, panggilan Video Call dari Bara berbunyi dan Amanda harus menerima panggilan tersebut."Sayang." Bara senyum - senyum ketika Amanda menerima panggilannya."Apa?" "Kangen." sahut Bara."Jangan kangen, kangen itu bikin bisulan." sahut Amanda sontak membuat Bara tertawa."Tak apalah badanku penuh bisul asalkan ada kamu." Bara mulai dengan jurus gombalnya."Ee, aku gak mau sama orang bisulan." "Ini kan bisul cinta, Sayang." Bara lagi - lagi membuat Amanda bersemu merah."Mand.""Iya.""Kalau kita sudah menikah aku ingin punya anak lima." Amanda terkejut dengan rencana Nara yang menginginkan anak lima darinya."Apa
Malam menuju hari yanh dinantikan membuat Bara tidak bisa tidur. Besok adalah pernikahannya dengan Amanda. Bara gembira, tak sabar namun gelisah karena rasa grogi sudah menjalarinya malam ini."Duh, aku deg degan." Bara memegang dadanya dan merasakan detakan jantung berdetak cepat.Bara mencari nomor ponsel Amanda namun kembali meletakkan ponselnya di nakas. Melihat wajah Amanda malam ini akan semakin membuatnya deg degan."Muter terooossss, kayak baling - baling." Rani tertawa melihat Bara yang mondar mandir di kamarnya. Bara tak terima dengan sindiran Rani segera mengejar Rani."Awas kamu ya!" Bara mengejar Rani yang menghindar darinya setelah menyindir Bara"Ampun, Bang!" Rani menghindar dari Bara. Bara menangkap Rani dan merrmas pipi Rani adik perempuan kesayangannya. Bu Maya hanya tersenyum melihat mereka berdua. Meski sudah sama - sama dewasa tetapi saat keluar jurus jahilnya Rani maka mereka seakan bertingkah seperti anak kecil.Hari ini acara yang dinanti dua manusia saling ja
Waktu magrib sudah tiba, dua sejoli ini melakukan ibadah shalat magrib berjamaah untuk pertama kalinya. Lantunan ayat suci Al Quran yang dibaca oleh Bara membuat Amanda terasa sejuk. Murotalnya sangat menyentuh sanubari pendengarnya. Amanda sendiri baru kali ini mendemgar suara Bara melantunkan ayat suci saat menjadi imam shalatnya. Usai shalat, Amanda mencium punggung telapak tangan Bara yang kini resmi menjadi suaminya.Usai shalat magrib berjamaah, mereka lanjutkan dengan mengaji bersama. Hati serasa ingin menangis kala Amanda merasakan sosok suaminya yang mampu membawanya ke surga. Berbeda dengan yang dulu, tak terasa air mata menetes begitu saja."Kenapa menangis, Istriku?" Bara terkejut kala melihat Amanda mengusap air matanya dengan kasar. Bara menghampirinya dan menangkupkan kedua tangannya ke pipi Amanda."Aku bahagia sekali, suamiku kini adalah imam terbaik untukku. Semoga kelak kamu bisa membimbingku dan membawaku ke surga bersamamu." Bara mencium kening istrinya. Hangat da
Tiga hari usai mendapatkan tiket pemberian Faris, Bara mengajak Amanda pergi berlibur ke Disneyland selama sepekan. Melihat kebahagiaan Amanda apalagi tawa Amanda membuat Bara tak hentinya merasa bersyukur. Bara selalu menjaga senyum Amanda tetap terjaga tanpa pernah ingin menyakitinya sedikitpun. "Sayang, jujur aku bahagia sekali." Bara memeluk Amanda dari belakang ketika Amanda berdiri dekat jendela kaca kamar hotel mereka. Bara menghirup aroma wangi parfum tubuh Amanda."Aku juga Sayang, aku sangat bahagia bersamamu. Kebahagiaanku sudah lengkap hanya saja.."Kita akan berusaha dan berdoa agar segera dikaruniai buah hati lagi, Sayang." Amanda menggenggam tangan Bara yang melingkar di perutnya.Tiga bulan setelah berlibur dari Disneyland, Amanda mendapatkan hadiah tepat dihari ulang tahun Bara. Hadiah berupa garis dua yang tertera di tespacknya, Amanda diam - diam melakukan USG untuk memastikan jika dirinya tengah hamil tanpa memberitahukan kepada Bara. Bara begitu terharu dan sanga
Tiga minggu usai pulang dari rumah sakit, Bara tak hentinya menghibur Amanda supaya tidak terlarut dalam kesedihan. Dalam hati Bara memang berkeinginan untuk memilihi buah hati hanya dari rahim Amanda namun bagaimana lagi, pemilik alam bekehendak lain. Bagaimanapun ini adalah ujian dalam rumah tangganya."Sayang, jangan melamun dong." Amanda menerawang kaca di balkon. Bara memeluknya dari belakang sembari menikmati harumnya tubuh Amanda yang terawat. Amanda merasakan pelukan suami tercintanya sembari ikut menggenggam tangan Bara yang melingkar di pinggangnya."Aku tidak melamun, Sayang. Hanya rasa syukur memiliki suami terbaik sepertimu." Amanda berbalik menatap wajah Bara, perlahan kedua tangannya menangkup ke pipi Bara. Bara seketika membawa Amanda dalam dekapannya."Tak ada yang bisa menggantikanmu, Amandaku sayang." "Kita jalan - jalan yuk!" Bara mengajak Amanda untuk jalan - jalan sekedar refresing sejenak dari musibah yang telah menimpa keluarga kecilnya. Amanda dan Bara segera
Karena sudah tidak ada lagi hubungan dengan Rina, Tedi pagi ini berencana menemui Naya dan keluarganya untuk melamar Naya. Tedi melajukan mobilnya ke kediaman Naya dan keluarganya. Kedatangan Tedi disambut hangag oleh kedua orang tua Naya termasuk Naya dan Sony. Naya begitu canggung bahkan untuk menatap Tedi rasanya tidak mampu."Maaf sebelumnya, Om dan Tante. Niat Tedi kemari karena Tedi memiliki rasa cinta teramat besar pada Naya sehingga Tedi memberanikan diri untuk meminta restu kepada Om dan Tante." ucapan mulai sedikit tidak nyambung karena Tedi begitu grogi bahkan keringat dingin sebesar biji jagung mengalir deras. Takut jika niat baiknya melamar Naya ditolak oleh keluarga Naya. Frans dan Riana hanya tersenyum melihat kepolosan seseorang ketika mau melamar Naya. Sony yang ikut mendengarkan bahkan menahan tawa dan sesekali menggoda Naya."Iya, saya tahu jika kamu menyukai anak saya. Tapi saya rasa kurang tepat jika kamu menyukai Naya hanya dengan rasa cinta. Jika nanti kamu mene
Pagi ini Amanda tidak seperti biasanya. Amanda setiap hari akan bangun sebelum subuh untuk menyiapkan semuanya dibantu dengan Bu Maya, Ibu mertua yang selalu terbuka padanya. Namun kali ini Amanda tidur lagi usai shalat subuh. Bara menghampirinya memastikan jika Amanda baik - baik saja."Sayang, sudah siang loh. Ayo bangun." Bara menggoyang - goyangkan tubuh Amanda dengan pelan karena takut membuat Amanda sakit atau tidak nyaman."Badanku capek semua, Sayang." Sahut Amanda yang masih berada dalam selimut. Bara meletakkan punggung telapak tangannya di dahi Amanda."Alhamdulillah tidak demam, ya sudah istirahat saja, Sayang." Bara meninggalkan Amanda dan menuju ke dapur membuatkan sarapan untuk Amanda."Amanda mana? kok gak turun." Bu Maya melihat Bara turun sendiri."Amanda sedang tidak enak badan, Ma.""Biasa ibu hamil ya begitu, Mama dulu lebih parah dari Amanda saat hamil kamu." Bara menyimak penjelasan Bu Maya saat hamil dulu. Bara akhirnya mengerti tentang apa saja yang akan terja
Bu Fatimah mengamati dari kejauhan pada lelaki yang bersama dengan Rina. Lelaki itu bahkan terlihat mesra sama seperti Rina yang bergelayut manja. Usai dari Cafe, Rina dan Dodit menuju ke sebuah hotel yang berada di sebelah Cafe tempat nongkrongnya mereka berdua. Bu Fatimah segera mengikuti mereka berdua secara diam - diam supaya tidak kehilangan jejak.Rina dan Dodit masuk ke dalam sebuah kamar. Bu Fatimah menuju ke resepsionis dan meminta nomor kamar Rina dan Dodit sekarang, akan tetapi pihak hotel tetap merahasiakan privasi pengunjung hotel. Bu Fatimah mengatakan jika pihak wanita adalah calon tunangan anaknya sehingga pihak hotel akhirnya memberikan nomor kamar yang Rina dan Dodit.Bu Fatimah segera naik ke lantai dua tepat nomor kamar yang disewa Rina dan Dodit.tok tok tokBu Fatimah mengetuk pintu dan betapa terkejutnya ketika Rina membuka pintunya dan masih memakai lingerie merah. "Ri - Rina?""Ta - Tante?" Rina terkejut sekali melihat Bu Fatimah memergokinya sedang bersama
Meskipun mendapatkan banyak dukungan dari keluarganya namun Naya tetap merasa tidak percaya diri. Masa lalu yang begitu kelam tak lebih dari pelacur murahan yang dipakai orang banyak. Naya tak bisa tidur memikirkan ekspresi Tedi nanti seandainya Naya sudah mengungkapkan isi hatinya."Bantu hamba, Ya Allah." ucapan tersebut yang selalu dia lantunkan, berharap dari kekuasaan Allah yang menentukan akan nasibnya.Ting[Bang Tedi besok mau bicara sebentar dengan Naya. Bolehkan?] sebuah pesan dari Tedi[Iya boleh, Bang] balas Naya dengan harap - harap cemas.[Istirahat besok kita makan di warung biasanya] Tedi mengacak bicara Naya di warung Bh Faridah.[Baik, Bang Tedi jangan pernah kecewa ketika mengetahui apa Naya sampaikan besok] Tedi terkejut dengan pernyataan Naya, itu artinya ada sesuatu yang disembunyikan Naya dan akan diungkapkan besok. Semalaman mereka berdua tidak ada yang bisa tidur karena memikirkan pertemuan besok. Perasaan mulai maju mundur ketika dirinya harus mengungkapkan s
Meskipun Naya hidup bersama kedua orang tuanya yang cukup kaya, namun Naya tak serta merta memanfaatkan semua harta Ibunya. Naya tetap bekerja di tempatnya yang lama karena sudah merasa nyaman. Riana bahkan meminta sopir untuk mengantar jemput Naya ketika bekerja.Tedi selalu saja terbayang wajah Naya yang selalu tersenyum. Tedi ingin sekali bertemu dengan Naya dan menyatakan cintanya, tak peduli siapapun yang akan mencekal hubungannya dengan Naya.Seperti biasa, di waktu istirahat Tedi akan menunggu Naya di warung tempat Naya membeli minum. Tedi kali ini membawa kue brownis untuk Naya berharap Naya mau menerima pemberian sederhananya.Tak butuh waktu lama, Naya muncul dan menuju ke warung tempat Tedi berada. Perasaan Tedi mulai tak beraturan saat Naya mulai berjalan mendekati warung. Pemilik warung yang sudah lama mengenal Tedi sebagai pelanggan setia warungnya. "Suka dengannya?" celetuk Bu Farida ketika melihat tatapan Tedi mengarah pada Naya."Banget, Emak." sahut Tedi tanpa melih
Bu Ratna kembali merasakan sakit di kakinya, nanah kembali keluar dari luka bekas luka palsu. Baunya begitu amis dan anyir sehingga Bu Ratna segera ke kamar mandi membersihkannya meski harus mengesot untuk sampai ke kamar mandi. Berkali - kali Bu Ratna membersihkan lukanya dengan air, nanah itu selalu keluar kembali. Satu jam Bu membersihkan lukanya, Bu Ratna segera ke ruang tamu untuk mengoleskan salep anti septik ke dalam lukanya. Berharap jika lukanya segera sembuh seperti sedia kala.Bu Ratna merasa pengap jika pintunya ditutup dan segera membukanya supaya lebih segar dan sejuk. Namun beberapa tetangga kontrakannya merasa terganggu dengan aroma yanh ditimbulkan oleh luka Bu Ratna. Beberapa orang yang lewat bahkan sampai menutup hidungnya karena tidak kuat."Bu, tolong dong lukanya itu dibawa kerumah sakit supaya tidak bau seperti ini." Mak Rika termasuk salah satu penghuni kontrakan menegur Bu Ratna, namun bukannya menyahuti dengan baik, Bu Ratna malah bersikap sok jagoan meski ti
Pagi ini Riana beserta suami dan anak mereka pergi mengunjungi Naya di kosnya. Rencananya Bu Ratna akan mengajak Naya sekedar menikmati kebersamaan di taman."Assalamu alaikum." Riana mengucap salam di depan pintu kamar Naya. Ceklek"Waalaikum salam." Naya membuka pintu dalam posisi masih menggunakan mukenah karena habis melaksanakan shalat dhuha dan mengaji sebentar."MasyaAllah Naya." Riana menangkupkan kedua tangannya ke pipi Naya. Kecantikannya begitu natural dan manis."Ibu, ayo masuk dulu." Naya mempersilahkan masuk Riana dalam kamarnya. Riana masuk ke kamar sembari melihat - lihat kamar kos sederhana milik Naya. Hanya terdapat dipan beserta kasur berukuran single, lemari dan meja. Terdapat juga sebuah kipas dinding sebagai penghilang rasa panas. Karena kos Naya khusus untuk wanita maka Frans dan Sony menunggu di mobil."Nay, ikut Ibu, yuk!""Kemana?""Jalan - jalan, Papa kamu ada di bawah dengan Adikmu, Sony. Dia ingin sekali bertemu denganmimu, pengen tahu dengan Kakak peremp